All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 131 - Chapter 140
172 Chapters
Obsesi
Damian memegangi pakaian Selena yang ada di mansionnya. Dia menghirupnya hingga menemukan aroma yang biasanya dia temukan dari Selena. Terlihat gila, namun begitulah kondisi Damian saat ini. Dia gila karena tak menemukan Selena selama beberapa hari terakhir. Obsesinya membuatnya kini harus melampiaskan rasa rindunya pada Selena menggunakan cara yang tak biasa. Seperti saat ini. Pakaian-pakaian Selena yang ditinggalkan begitu saja adalah satu-satunya hal yang dengan sengaja dia gunakan untuk memenuhi fantasinya sendiri. Dia merindukan tubuh yang kecil di tangannya itu. Dia amat sangat ingin menggenggamnya lagi seperti dia miliknya. “Di mana kau, Selena? Sebenarnya di mana kau bersembunyi dariku?” Damian mengeram pelan, memejamkan matanya cukup erat, mengisyaratkan rasa frustasinya saat ini. Di kamar mandi, suara desahannya terdengar. Berusaha untuk melampiaskan semua rasa rindunya seorang diri. Dia merindukannya secara sepihak. Dia tidak tahu jika semua
Read more
Mengejar Selena
Perkataan Derek berhasil membuat Damian memikirkan perkataannya selama perjalanan pulang. Bagaimana tidak? Derek menyinggungnya jika ada yang salah dengannya hingga Selena meninggalkannya. Dan apa yang salah dengannya? “Ada yang salah denganku?” Damian bertanya sambil melirik Luca yang berada di sebelahnya, duduk sambil memandang tanya seperti biasa di mana pun dan kapan pun. Luca menoleh pada Damian dengan sedikit keraguan di wajahnya. Dia melirik ke jalanan sebentar, memikirkan jawaban seperti apa yang bisa dia berikan pada Damian. “Sebenarnya, ini hanya karena perbedaan latar belakang. Kita menggerakkan perusahaan legal dengan bisnis yang ilegal, sehingga cara kita mengatasi masalahnya pun tentu tidak begitu memikirkan moral. Sementara Selena hanya rakyat polos yang mungkin bahkan tidak tahu keberadaan dan bagaimana pebisnis sepertimu bergerak,” jelas Luca.Damian bisa mengerti pernyataan Luca dengan jelas meski Luca tidak mengatakannya seca
Read more
Pergaulan Kelas Atas
Setelah menolak Axel, Selena merenung di kamarnya dengan televisi yang menyala. Dia memakan makanan yang baru dibelinya sambil memikirkan baik-baik apa yang dikatakannya pada Axel. Yang dia rasakan, dirinya berbeda dengan dirinya yang dulu. Namun, dia juga merasa dia sama seperti dulu. Dia hanya gadis berpendirian yang tegas terhadap keputusannya. Walau kadang dia memang selalu merasa membutuhkan seseorang untuk ada di sampingnya. Kali ini, keadaan sedikit berbeda. Dia tak perlu bekerja keras dan memikirkan tentang uang. “Aku bosan...” gumam Selena. Selena menghabiskan waktunya untuk menonton beberapa film yang ingin dia tonton sebelumnya, sambil memakan camilan. Belakangan ini dia banyak makan, namun tak menyadari jika berat badannya bertambah. Pipinya bahkan lebih tebal dari saat dia meninggalkan mansion Damian. Tengah malam, Jian kembali ke apartemen. Dia mendapati Selena belum tidur dan sedang asyik dengan camilan dan juga tontonannya. “Kau belum tidur? Kau bahkan mengemil di
Read more
Pertemuan Tak Terduga Lainnya
Tanpa berlama-lama di ruangan yang penuh orang itu, Axel membawa Selena keluar ruangan, keduanya berdiri di sebuah balkon. Hanya mereka berdua yang ada di sana. Selena tampaknya pega karena bisa bertemu dengan Axel dan Axel dengan cepat menemukannya. “Wah, ini sangat melegakan. Jian meninggalkanku begitu saja begitu seorang pria mendekatinya, berbisik dan kemudian menarik tangannya begitu saja. Dasar tidak sopan! Apa dia tidak punya tata krama? Jian kan, sedang bersamaku. Setidaknya dia izin dulu dan berpamitan!” cerocos Selena. Selena mengungkapkan kekesalannya. Sementara Axel memandanginya terus, dia menatap Selena seolah dia tidak akan pernah menatap Selena lagi atau bahkan tidak pernah menatap Selena sama sekali. Senyuman di wajahnya melukiskan betapa senangnya dia melihat Selena di acara seperti ini. “Ck, menyebalkan!” Selena masih menggerutu sendiri. Tangannya terangkat, Selena meneguk minuman yang dia ambil dari pelayan dan mengasongkan
Read more
Menghindar
“Ayo pulang!” bisik Selena sembari menarik tangan Jian, dia mengguncang tubuhnya dengan ketakutan seperti baru saja melihat setan. Sementara Jian mengernyitkan dahinya kebingungan dan menatap ke arah Damian juga Axel yang sekarang menatapi punggung Selena dengan tatapan tak senang. Itu membuat Jian curiga jika Selena mungkin melakukan kesalahan di mana dia baru pertama kali datang ke pesta topeng. “Apa yang kau lakukan? Kenapa mereka sampai menatapmu dengan begitu tajam?” bisik Jian. “Aku tidak melakukan apa pun. Ayo pulang saja! Aku benar-benar tidak nyaman, tahu!” desak Selena, dia terus mengguncang tangan Jian layaknya gadis kecil yang meminta mainan.“Dia punya masalah denganku.” Damian berjalan mendekat, melihat gerak gerik Selena saja dia sudah tahu jika gadis itu ingin segera pergi meninggalkan tempat itu. “Masalah? Katakan padaku, apa yang kau lakukan?” Jian menatap Selena dengan serius. Dengan cepat, Damian memenang
Read more
Jangan Kabur Lagi
Karena lokasinya sudah diketahui Axel, Axel jadi selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung. Hanya untuk melihat apa yang sedang Selena lakukan atau membawakannya makanan. Dan pagi itu, Axel membawakannya sarapan tepat saat Selena hendak sarapan di luar. “Oh, kau mengejutkanku!” pekik Selena saat dia membuka pintu, Axel sudah berada di sana.“Mau sarapan bersama?” Axel mengangkat bingkisan yang dia bawa sambil tersenyum padanya.Sementara Selena mendesis, menatapnya dengan sinis beberapa saat sebelum menghela nafasnya panjang. Ini makanan. Dia bisa menghemat waktu dan uang jika Axel membawakannya begitu saja. Dia membiarkan Axel masuk untuk sarapan bersamanya di apartemennya.Selena menyiapkan peralatan makan di meja makan, saat Axel membuka apa yang dia bawa untuk sarapan hari itu. Cukup sederhana, cream soup dan ayam panggang. Namun, kelihatannya Selena yang sudah kebingungan mau makan apa, tampak bersemangat menyantap makanannya. Axe
Read more
Godaan
Kaki Selena yang melingkar di pinggang Damian menjadi lebih erat. Tangan Selena yang berada di bahunya yang lebar juga terlihat punya keraguan pada kekuatan Damian yang menopang tubuhnya. Menyadari hal tersebut, Damian hanya mengangkat salah satu ujung bibirnya. “Tenang. Kau meragukanku? Jika kau meragukanku, aku benar-benar bisa melepaskanmu. Jangan meragukanku! Tenang...” ujar Damian seraya mengusap pelan pinggang belakang Selena. “Bagaimana bisa aku tenang? Perhatikan tanganmu! Jangan menyentuhku sembarangan!” protes Selena, seraya berusaha menghentikan tangan Damian dengan salah satu tangannya, dia juga sedikit menggeliat kegelian karena sentuhan dari tangan Damian.Damian terkekeh pelan dan menghentikan tangannya. Damian melirik film yang sedang ditonton Selena. Dan melihat bagaimana sofa yang luas dibuat nyaman untuk dirinya sendiri bersama selimut, beserta camilan dan minuman di meja. Dia benar-benar sedang menikmati waktunya sendiri. “H
Read more
Dipergoki
Damian mendorong Selena hingga Selena terbaring di sofa. Dengan tangannya mengusap halus bahu Selena. Sentuhan lembutnya yang memberikan rasa nyaman membuat Selena terbuai dalam permainannya untuk ke sekian kalinya. Selena menikmati sentuhan bibir Damian yang cukup lama tidak dia rasakan lagi. Dan Damian melampiaskan rasa rindunya dengan sedikit brutal. Malam itu dihabiskan keduanya dengan menonton televisi. Selena menolak melakukannya meski Damian terlihat jelas menginginkannya. Meski begitu, entah apa yang merasuki Damian, Damian juga menghormati keputusan Selena untuk tidak melakukan apa pun selain menonton bersama. Selena dan Damian berbaring di sofa, menikmati film yang sedang ditonton Selena sebelumnya. Tangan Damian merangkul bahu Selena, sementara Selena hanya diam di pelukan Damian. Pagi tiba. Keduanya tertidur bersama di depan televisi. Damian memeluk Selena cukup erat, dalam posisi seperti sendok. Tangan Damian melingkari pinggang Selena, dan
Read more
Kabur?
Setelah kejadian pagi itu, Selena akhirnya meminta untuk pulang. Selena meminta kembali ke negaranya secepat mungkin. Dan Jian tentunya harus ikut pulang juga dengan Selena, yang membuatnya sedikit murung karena harus berpisah dengan pria yang dia temui di pesta topeng. Pria itu datang ke bandara untuk berpisah dengan Jian. Dia mengusap kepala Jian dengan halus, dan Jian bersandar padanya seperti gadis umum biasanya, yang manja. Dia tidak terlihat seperti Jian yang biasanya saat bersama pria itu, membuat Selena menatapi mereka sambil menghela nafasnya. “Jika kau memang masih mau di sini, kau tidak perlu memaksakan diri untuk pulang bersamaku. Kau bisa tinggal di sini beberapa hari lagi,” ucap Selena, dia merasa bersalah padanya. “Tidak, tidak bisa. Tujuanku di sini hanya untuk menemanimu sebelumnya. Dan jika kau pulang, maka tentu aku harus pulang. Itu berarti pekerjaanku selesai,” balas Jian. “Kau bisa tinggal bersamaku, jika kau mengkhawatir
Read more
Gairah dalam Panggilan
Jantung Selena seketika berdebar kencang ketika mendengar perkataan Damian tentang dirinya yang sedang menstruasi atau tidak, dan ada hal baru yang ingin dia coba. Sangat mencurigakan. “Aku tidak mengangka kau akan menghubungiku. Kupikir kau akan mengabaikanku lagi. Ini benar-benar mengejutkan, kau menghubungiku lebih dulu.” “Tidak ada yang aneh untuk itu. Kau yang memberikan nomorku. Kau tidak akan mendapatkan nomorku sama sekali jika aku tidak menghubungimu,” balas Selena sedikit ketus. “Ya, meski begitu, aku tetap tidak menyangkanya. Kau bisa saja langsung menghapus lagi nomorku, kan? Aku penasaran, apa yang membuatmu terdorong untuk menghubungiku sekarang.” Selena meneguk ludahnya. Entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat dan dopamin memenuhi tubuhnya saat ini. Ada perasaan yang menggelitik di perutnya, seperti dia sedang jatuh cinta. “Tidak ada. Seperti yang kubilang, aku hanya iseng.” Selena berusaha menjawabnya dengan tena
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status