All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 71 - Chapter 80
172 Chapters
Di Atas Meja Makan
Percakapannya dengan Luca semalam hingga mabuk masih terngiang-ngiang di kepala Damian saat dia bangun dari tidurnya. Damian mendudukkan dirinya sambil meregangkan tubuhnya sejenak. Dan dia menghela nafas untuk menghadapi hari yang berat lainnya. Dia mengabaikan mereka saat mereka masih ada dan mulai merindukan mereka begitu mereka tiada. Itu adalah sebuah hukum alam. Dan dia mengabaikan mereka karena Selena di penghujung hidup mereka. Kini, hanya Selena yang tersisa. Bukankah dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin? Pagi itu, Damian sarapan sendirian. Dia duduk saat pelayan mondar-mandir menyiapkan makanan. Dia hendak menyentuh alat makan di sisi piring, namun tiba-tiba teringat punggung dan pinggang Selena yang berada tepat di depannya ketika dia melakukannya di kantor, di atas meja. “Ah, sial. Panggil Selena ke sini!” ucapnya, terdengar kesal. Dia sudah cukup lama tak melakukannya. Yang mana membuat dirinya membutuhkan Selena untuk mengata
Read more
Para Penggoda
Selena mengurung dirinya di kamar mandi. Dia berada di bak shower, berjongkok sambil membasahi tubuhnya. Air matanya terus menetes. Pelakunya sudah jelas Damian. Dia tidak pernah menangis sesering ini jika bukan karena Damian. Tekanan yang dia alami, rasa stres dan depresi membuat mentalnya semakin hancur. Keluar dari kamar mandi, Selena hanya berbaring di kasurnya. Dia memikirkan apa yang biasanya sedang dia lakukan di jam seperti ini. Dia merindukan kebebasannya, walau dia tahu di saat jam seperti ini dia sedang sibuk dan sesekali bergurau dengan teman-teman di tempatnya kerja. Damian sendiri langsung pergi setelah itu. Ada bisnis yang harus tetap berjalan. Dan sepertinya semangatnya kembali setelah dia melakukannya dengan Selena hingga dia benar-benar merasa puas. Tanpa memikirkan bagaimana kondisi Selena. *** Axel memandang langit sambil merenungkan semua yang telah dia lakukan. Mengingat fakta tentang Selena yang sekarang bersama Damian m
Read more
Rasa Belas Kasih
“Tidak, dia tidak mudah didekati. Dia benar-benar selektif memilih orang-orang yang ada di sekitarnya. Termasuk wanita. Dia memang punya banyak wanita sebelumnya, tapi dia tidak berani menyentuh wanita lain begitu saja.” Wanita itu bicara sambil memandangi Damian dari jauh, meneguk minumannya dengan perlahan. Ditatapnya lekat sosok Damian yang sedang asyik mengobrol. “Sepertinya dia memang masih berduka juga. Ah, kehilangan satu saja sudah menyakitinya. Dia kehilangan enam sekaligus. Pasti sangat berat untuknya sampai dia tidak datang di acara lain selama dua minggu ke belakang. Dia ternyata pria yang manis.” “Manis? Oh, aku akui dia memang tampan dan kaya. Hanya saja enam wanita?! Kau pasti bercanda. Sebentar lagi, aku yakin sebentar lagi dia juga akan seperti sebelumnya. Dia akan memiliki banyak wanita di sisinya,” balas yang lainnya. Ketiga wanita itu melihat ke arah Damian lagi. Saat Damian kelihatannya akan meninggalkan pesta yang tenang
Read more
Perubahan?
Selena makan dengan cukup lahap, walau terlihat siaga dan waspada. Dia cukup takut dan gelisah saat melihat piring makan Damian sudah hampir habis. Diperhatikannya cukup lama bagaimana Damian menghabiskan makanannya, dan Selena tertunduk sambil terus sibuk pada makanannya. Selena melirik Damian yang menaruh alat makannya dan diam. Dia melanjutkan makannya dengan ragu-ragu. Damian tidak memberi tahunya apa dia harus berhenti saat Damian selesai makan atau tidak. Jadi, dia hanya melanjutkan makan dengan canggung. Sementara Luca yang duduk di depan Damian memperhatikan Damian dan Selena. “Apa jadwalku hari ini?” Damian melirik Luca sambil mengancingkan lengan kemejanya. “Anda harus mengecek perusahaan cabang, karena sepertinya ada beberapa kendala. Lalu makan siang bersama dengan klien di sebuah restoran dan di sore hari, ini jadwal Anda berolahraga. Saya bisa menyingkirkan jadwal olahraga—”“Tidak perlu. Badanku mulai terasa sakit karena tidak be
Read more
Ride Him
Selena menatap Damian untuk beberapa saat. Memperhatikannya merokok dan kemudian mendekat dengan ragu. Dia tahu ini pasti akan terjadi. Yang dia lakukan menurut dan duduk di pangkuan Damian. Kaki Damian yang terbuka saat itu membuat Selena duduk di salah satu kakinya. “Kau merokok?” tanya Damian, menatapi Selena yang tidak memprotes tentang rokoknya. Selena menganggukkan kepalanya perlahan. “Dulu aku merokok jika aku merasa stres.” Damian mengangkat alisnya, dia terkejut untuk sesaat walau tak menunjukkan ekspresinya. Dia tak menyangka jika Selena dulunya merokok. Dan yang tidak dia ketahui, Selena berhenti merokok sejak ada Axel. Axel yang melarangnya merokok waktu itu. “Tunjukkan!” Damian seolah meragukan jawaban Selena dan memberikan batang rokoknya. Selena menatapnya sesaat dan kemudian hendak mengambilnya dengan jemarinya, namun Damian langsung menjauhkannya. Dia ingin rokok itu tetap berada di tangannya. Dan Selena mendekatkan
Read more
Penghinaan
Damian menatap Selena yang terbaring meringkuk ke kanan. Dia tampak tertidur setelah membersihkan dirinya. Dan Damian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, sambil duduk di sisinya, memperhatikan bahu polos Selena yang dilihat dari belakang saja cukup indah. Punggung tangannya perlahan menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajahnya dan menyisipkannya ke belakang telinga dengan jemarinya secara perlahan. Begitu pagi tiba, Selena membuka matanya dan pemandangan pertama yang dia lihat saat bangun tidur adalah tubuh Damian yang polos. Dia sepertinya baru saja mandi dan sedang melihat sesuatu di ponselnya. Wajah Selena memerah dan dia menutup kembali matanya seraya memindahkan tubuhnya untuk menghadap ke arah lain. Dia baru bangun dan jantungnya sudah heboh sendiri. “Kau bangun?” Damian menoleh ke arah Selena saat melihat pergerakan Selena sambil menaruh ponselnya dan menghadap ke arah Selena. “Ya,” jawab Selena seraya membuka kembali
Read more
Gadis Sebatang Kara
Selena tersungkur ke lantai. Kepalanya membentur lantai cukup keras dan kulit pelipisnya yang tipis mengeluarkan darah setelah dipukul oleh kepalan tangan salah satu pelayan. Yang mana pelayan itu tampak terengah-engah sambil menatap Selena. Di kepalan tangannya, ada cincin yang menyebabkan pelipis Selena terluka setelah dia pukul. Gadis yang tersungkur itu merintih pelan sambil memegangi kepalanya. Dia kemudian mendudukkan dirinya perlahan, kepalanya terasa pusing saat itu. Saat dia duduk dan menahan sakit, para pelayan lainnya mendekat secara bersamaan. Saat itu juga, mereka menendang dan menginjak Selena di waktu yang bersamaan. Mereka sepertinya tidak memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka. Namun, sepertinya hari itu mereka akan selamat untuk sementara waktu, hingga luka Selena membaik. Lantaran di hari itu, ada kabar Damian yang tidak akan pulang selama beberapa hari untuk urusan bisnis. Dia akan pergi ke luar negeri untuk melakukan hubungan internasion
Read more
Dia Mual
Damian tak menjawab pertanyaan Luca. Dia juga memikirkan apa yang sebenarnya dilakukan pada Selena. Mungkin memang itu yang dia inginkan, menahannya, merampas kebebasannya dan menjadikan miliknya seorang. Saat Damian disibukkan dengan pekerjaannya, Selena memandangi kakinya, yang penuh dengan memar. Dan luka bakar di lututnya dia perhatian dengan seksama saat itu. “Sakit...” gumamnya dengan pelan, sambil menyentuh bahunya yang terasa pegal dan linu. Dia memandang cermin lagi, menatapi pantulan dirinya dalam keadaan yang agak mengerikan. Perban yang dia taruh sendiri di pelipisnya, tulang pipinya yang memar dan sudut bibirnya yang dihiasi dengan darah kering. Bahkan saat darah itu masih basah, rasanya menyiksa ketika dia membutuhkan air. “Huek!” Selena menutup mulutnya, saat dirasa ada sesuatu yang naik dari lambungnya. Selena termenung sesaat, yang kemudian matanya melebar karena perasaan mual yang dia alami. Dia berusaha mengingat k
Read more
Permintaan Segera Menikah
Selena mengurungkan niatnya untuk menuju ke unit kesehatan dan membantu para pelayan lain untuk menyuguhkan makanan ringan di ruang tamu. Di mana terlihat ada beberapa orang yang tak Selena kenali di sana. Setelah itu, dia juga menyiapkan ruang makan saat jam makan siang semakin dekat, para tamu akan makan siang di sana. Begitu tamu duduk di meja makan untuk makan siang, Selena berada di sana untuk melayani juga. Beberapa kali Selena berkontak mata dengan Damian dan keduanya bersikap tak saling mengenal. Benar-benar hanya sebatas budak yang terasing dan tuannya. “Kau harus segera menikah. Mau di umur berapa kau melahirkan seorang penerus?” Seorang pria tua terkekeh pelan sambil menatap ke arah Damian. “Ayah tidak perlu mengkhawatirkan aku. Khawatirkan saja pasangan hidup Ayah,” jawab Damian. Dan pria itu tertawa renyah, seolah menganggap bercanda atas ucapan Damian. Beliau adalah Tuan Hendry, ayah dari Damian. Yang mana kemudian, Hendry menata
Read more
Berendam Bersama
“Kau melukai pelayan lain. Tiga orang, bukan begitu?” “Itu tidak benar!” sangkal Selena, dia menatap Damian dengan serius. “Lalu? Bagaimana yang sebenarnya?” Damian menatap Selena, berhasil memancingnya untuk menjelaskan semuanya tanpa perlu bertanya secara langsung seolah dia mengkhawatirkannya atau tahu jika semua laporan yang dia terima salah. “Mereka yang mulai duluan,” jawab Selena, dia memulai menjelaskan apa yang terjadi hari itu. Damian memandangi tubuhnya. Dia tahu betul, jika Selena korbannya. Terlihat dari luka memar yang berada di seluruh tubuhnya. Yang mana selain memar berwarna ungu atau hijau, atau kebiruan, beberapa bercak merah yang dia tinggalkan beberapa hari lalu ternyata masih ada. Dan dia masih ingat di mana saja dia meninggalkannya. “Intinya, mereka memancingku lebih dulu. Membuatku merasa harus membela diriku. Aku tidak tahu apa yang mereka katakan padamu. Tapi, aku hanya melakukan perlawanan secara kata. Aku
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status