All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 81 - Chapter 90
172 Chapters
Tidur Bersama atau Tidak?
Sesosok tangan lembut berpegangan pada pinggiran bak, namun tangannya tergelincir beberapa kali sebelum dia mendapatkannya sebagai pegangan. Gerakan tangannya tak stabil akibat guncangan berlebih. Yang mana itu terjadi pada Selena, saat Damian berusaha mengejar puncaknya. Selena bersandar ke tubuh Damian, sisa-sisa pelepasan membuatnya lemas. Damian menyadari itu dan memperhatikan Selena yang kelihatannya tak punya tenaga. Dan membiarkannya beristirahat sejenak sebelum membawanya keluar dari kamar mandi. Keduanya keluar dari kamar mandi dengan mantel mandi. Damian menggosok rambutnya dengan handuk lain dan mendekati lemarinya, mengambil minyak rambut yang kemudian dia oleskan ke rambutnya. Sepertinya itu yang membuat rambutnya lebat, hitam berkilau. Selena memperhatikan Damian, dia terdiam di walk in closet itu.Sejenak, dia teringat akan Axel. Bagaimana pun, dia tidak bisa melupakan Axel secepat itu walau kelihatannya kadang kali dia memang su
Read more
Unit Kesehatan
Mungkin satu-satunya yang bersikap baik dan ramah padanya di mansion saat itu hanya satu. Tukang kebun yang ceria dan sepertinya hidup tanpa beban. Dia seolah mengabdi pada Damian dengan tulus, hidup sederhana di pondok kecil yang dibangun di perkebunan. “Siapa namamu?” tanya Selena sambil memakan ubi rebus itu dengan lahap, benar-benar manis. “Aku Xena,” jawabnya sambil tersenyum manis pada Selena. “Xena? Nama kita hampir sama. Selena, Xena!” Selena terlihat ceria karena bertemu seseorang yang mampu membawa suasana hati siapa pun menjadi menyenangkan. “Oh, betul. Aku baru menyadarinya.” Xena tertawa. Keduanya mengobrol sambil memisahkan sampah-sampah itu dengan menyenangkan. Hingga Xena memperhatikan wajah Selena yang dipenuhi keringat padahal apa yang dilakukannya bukan hal berat. Dan dia juga tidak sedang berada di luar mansion, dia masih di dalam. “Kau baik-baik saja?” Xena memperhatikannya dengan prihatin. “A
Read more
Kabar Kehamilan
“Terus lacak markas Axel! Kali ini aku tidak akan berdamai sama sekali.” Damian menatap anak buahnya yang sekarang tampak sedang dikumpulkan dalam suatu ruangan rapat. “Baik!” Mereka menjawab secara serentak dengan tegas. Damian memegangi keningnya. Beberapa saat yang lalu dia terlalu rapuh untuk memikirkan hal seperti ini. Keadaannya menjadi lebih baik, namun hatinya tetap tidak bisa menerima begitu saja yang apa yang telah terjadi beberapa hari silam yang padahal mulai berbenam di pikirannya. Luca mendapatkan panggilan, yang membuat Damian melirik ke arah Luca saat pria itu mengangkat ponselnya yang berdering. “Ada apa? Kau tahu aku sedang—”“Ini darurat. Bisakah kau segera kembali ke mansion bersama Tuan Damian? Ini benar-benar darurat dan menurutku, Tuan Damian harus mengetahui ini.“Luca terdiam sejenak. Dia tak tahu apa yang membuat ini terdengar sangat darurat dan nada bicara dari rekannya di mansion juga membuatnya ik
Read more
Rupa Anak Kita
“Tenangkan dirimu! Ada apa dengan Anda hari ini? Anda baru saja bersenang-senang dengan Selena tadi malam. Dan begitu Anda tahu dia hamil, Anda bersikap seperti itu padanya?” “Lalu? Kau berharap aku akan terharu dan memeluknya, lalu mengatakan jika ini saat yang tepat karena ayahku mendesakku untuk menikah dan punya anak? Dan dia hamil di saat yang tepat, itu maksudmu?” Damian menatap Luca dengan ekspresinya yang kesal. Luca menghela nafasnya. Dia juga kesal pada Damian karena bicara pada Grace dengan nada tinggi. Sementara dia sendiri tahu jika beberapa saat yang lalu, Damian memang dalam suasana hati yang buruk karena didesak oleh para pemegang saham untuk bisnisnya. Belakangan ini Damian agak tidak fokus dalam menjalankan bisnisnya lantaran menggunakan sumber daya yang ada secara tidak efisien untuk mencari keberadaan Axel dan berniat membalas. Para pemegang saham tentunya geram dengan tindakan Damian yang seenaknya. Konflik antar direktur
Read more
Puzzle yang Terpenuhi
“Apa dia menjamin hubungan dengan Harvest?” Damian melirik Luca, seolah bertanya karena Luca sepertinya lebih banyak tahu tentang orang-orangnya ketimbang Damian sendiri. “Dia cukup tertutup, jadi kurang bisa dipastikan apa yang sedang dia pikirkan,” jawab Luca. “Aku akan ke sana saja ke sekarang,” ucap Damian sambil bangkit dari tempat duduknya. Damian kelihatannya sedang penasaran apa yang dilakukan salah satu bawahannya di tempat Harvest. Walau Harvest bukanlah lawan, tapi semua orang mengetahui betapa buruknya hubungan mereka sejak Damian kehilangan chip-nya, karena Harvest dia mempercayai Harvest waktu itu. “Hey, kau akan pergi ke tempat orang itu?” tanya Selena sambil menatap Damian, suaranya terdengar ragu untuk bertanya demikian. “Bukan urusanmu,” balas Damian seraya hendak melangkahkan kakinya keluar ruangan. “Jangan terlalu mempercayainya!” ucap Selena dengan sedikit lebih lantang agar didengar. Bahkan L
Read more
Menikah dan Berkeluarga?
“Bawa Selena ke kamarnya!” Damian meninggalkan ruangan sambil berkata pada anak buahnya yang ada di depan ruangannya dan dia kemudian berjalan menuju ke luar ruangan. Luca bahkan terkejut dengan perubahan sikap Damian. Secara sikap, Damian benar-benar tidak terduga dan tidak dapat dimengerti. Perasaannya seperti selalu berubah-ubah, itu yang dirasakan Selena selama bersamanya. Semua yang terjadi, tergantung suasana hatinya dan bagaimana orang yang sedang dia hadapi. Luca mengikuti Damian dengan cepat. Saat Selena diantarkan menuju ke kamarnya oleh orang yang diperintahkan Damian barusan. Selena menatapi punggung Damian saat berjalan ke arah yang berlawanan. Dia bingung dengan tindakan Damian barusan. Sementara itu, Damian bersama dengan Luca menuju ke tempat Harvest. Luca terus disibukkan dengan tabnya dan menghubungi beberapa orang sekaligus. Dia sibuk saat Damian di sisinya hanya duduk bersandar dan menatap keluar jendela. “Aku mendapatkan r
Read more
Memojokkan Harvest
Damian duduk di kursi yang ada di halaman depan mansion milik Harvest itu. Dia kemudian menatapi Harvest yang sekarang masih terbaring di lantai. Anak buahnya segera mendekat dan membantunya bangun. Harvest kemudian menstabilkan kondisinya dulu sambil menatap ke arah Damian dengan tatapan bingung sekaligus ada ketakutan di matanya. “Kau bilang kau tidak menemukan markas Axel karena berhasil menjatuhkan helikopternya saat ketinggian rendah. Semua itu berbeda dengan yang Selena katakan padaku,” ucap Damian. Harvest mengerutkan dahinya. Dia kemudian melebarkan matanya, lantaran sepertinya Selena memberitahu semuanya pada Damian. Walau dia tidak tahu sejauh apa yang Selena tahu dan dia mengerti tentang bagaimana itu semua terjadi. “Kau sangat mengecewakan.” Damian menatap Harvest dengan tatapan sinis dan kesal. “Apa hanya karena itu? Kau mengkhianatiku karena gadis itu?” Harvest terlihat sedikit gemetar. “Aku? Mengkhianatimu? Bukankah ka
Read more
Belum Memutuskan
“Kau seharusnya memojokkannya lebih buruk lagi. Belakangan ini kau lebih sering berbaik hati dari biasanya. Ada apa denganmu? Apa kau sedang percaya fakta tentang—”“Kau bicara informal.” Damian memotong ucapannya Luca, membuat Luca langsung menutup mulutnya dan menggigit bibir atas dan bawahnya sekaligus. “Kau tidak pernah protes jika Selena yang melakukannya. Maksudku, Anda. Selena bahkan tidak memanggilmu tuan atau apa,” balas Luca dengan suara yang lebih rendah. Damian terdiam. Dia bahkan tidak menyadari itu. Dan justru, kalau dipikir-pikir menang dia yang meminta Selena untuk hanya memanggil namanya. Apa lagi saat mereka di atas ranjang dan dia mengetahui jika Selena akan mencapai puncaknya. Dia suka jika Selena menyebut namanya ketika sedang dalam gelora puncaknya. “Ya, kurasa kau bisa melakukannya, jika hanya di antara kita,” balas Damian kemudian. “Tapi, kenapa kau sepertinya sangat emosional tentang Harvest? Bukankah kau sendiri yang b
Read more
Donat
“Tidak heran. Ini lebih baik, dari pada tidak memperhatikan sama sekali. Terima kasih,” ucap Selena seraya tersenyum, lantaran dia sudah lama juga tidak diperlakukan sebaik itu. Luca hanya tersenyum. Dia merasa bersalah karena melibatkan Selena selama ini. Yang mana kelihatannya Selena sendiri sudah lelah atas semua yang harus dia hadapi.Luca memesankan donat untuk Selena. Begitu donat itu tiba, Luca diam-diam mengambil donat itu kemudian menuju ke unit kesehatan. Di mana dia memanggil Grace dan yang lainnya. Mereka semua menuju ke kamar Selena dan itu adalah sebuah kunjungan dadakan yang tak terduga. Selena menatap mereka semua dengan bingung. Apa lagi saat melihat Luca sepertinya sengaja. Karena dia memesan beberapa kotak donat. Itu membuat Selena menatap Luca penuh tanda tanya. “Kau tidak keberatan, kan?” tanya Luca. “Aku tidak keberatan, hanya saja...” Selena mendesis pelan. “Kalau begitu, ayo kita makan saja donatnya!
Read more
Markas Axel
Damian dan orang-orangnya tiba di markas Axel. Axel sedang menikmati sarapannya sambil membaca sebuah dokumen. Dia terlihat tidak tidur selama beberapa hari, ditunjukkan dengan kantung matanya yang sudah cukup menghitam dan nyaris gosong. “Tuan!” Seorang pria bergerak cepat ke arah Axel. “Anda harus lihat ini!” Axel menoleh ke arah bawahannya itu dan terdiam sejenak. Dia berhenti mengunyah saat itu juga dan bangkit untuk mengikuti bawahannya. Dia menyusuri lorong bangunan tersebut. Dan alarm yang berbunyi membuat Axel menyadari jika ada yang tidak beres saat itu juga. Axel tiba di ruang kontrol pengawas, di mana CCTV seluruh ruangan di gedung ada. Dia menatap ke CCTV bagian lobby, di mana ada banyak orang asing. Axel mendekat dan mengerutkan dahinya, dia menatap salah satu orang dengan pakaian berbeda. Damian. Damian menatap ke arah CCTV, seolah tahu jika Axel sedang mengawasinya di sana. Dia mengeluarkan sebuah senjata api dari bali
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status