Semua Bab Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri: Bab 41 - Bab 50
138 Bab
41. (Bukan) Orang Ketiga
"Apa, Mas! Kali ini kamu akan maksa aku, apa lagi, hah?!" "Setelah semua yang udah kita lalui bersama dan selama itu pula aku memilih bersabar, dan bertahan itu semua karena aku selalu percaya sama kamu! Aku percaya kamu mencintai aku dan nggak akan mengkhianati aku seperti apa yang udah kamu lakukan sama aku," seru Linar terengah-engah. "Linar-" lirih Dean yang langsung berhenti lantaran tangan Linar yang menahannya tanpa kata. Linar memandang Dean penuh kecewa, lagi-lagi ia merasa telah dikhianati semesta, tambah satu orang lagi yang mengkhianatinya oleh seseorang yang ia kira semestanya. Dean masih melancarkan aksinya mendekap erat tubuh istrinya yang kepalanya ia eratkan tepat di dadanya seolah menunjukkan bahwa jantungnya masih berdetak cepat untuk Linar, Dean tak dapat menampik rasa takut ditinggalkan oleh istrinya karena membalas kesalahan yang sama. Tidak! Tidak seharusnya seorang istri mampu melakukannya dan ia tak bisa menerima ketimpangan itu. Dengan mata yang penuh De
Baca selengkapnya
42. Bersama Andaru
Linar memberikan senyum dua jarinya,"Sorry, biasa tadi habis ngurus suami dulu. Tapi lo belum lama nunggu kan, yah?""Udah dari jam enam pagi sih sampainya, tapi tadi gue keliling olahraga bersepeda sih,jadi santai aja" Linar mengangguk sungkan."Itu kameranya, ya?"Andaru mengikuti lirikan mata Linar yang mengarah ke tas warna hitam yang digendongnya di belakang punggung, lalu ia mengangguk dan memindahkan posisi tas ke depan dadanya untuk dibuka resletingnya," Ini kamera digital Ricoh yang lo mau dan polaroid mini warna biru pastel? Masih bagus nih dua-duanya belum lama gue beli""Iya, akhirnya punya juga udah lama pingin punya ini tapi harganya lumayan mahal hampir enam belas juta jadi nunda beli nya, deh." seru Linar menggigil mengatakan nominal harganya. Andaru menaikkan alisnya sebelas."Tita sempat cerita sama gue, katanya suami lo seorang arsitek di salah satu firma terkenal di Jakarta? Maksud gue kalau lo mau" tanya Ndaru sungkan seakan menyadari perkataannya.Linar mengangguk
Baca selengkapnya
43. Terinspirasi & Inovasi
Linar merengut amat tipis setelah selesai memperhatikan demo masak berikut selembar resep yang akan dibuatnya hari ini. 'Ah masih bukan tiramisu cake seperti yang ia inginkan tapi tak apa, menu Pavlova berries dan Pie Red Velvet frosting ice juga terlihat menggoda, dan yang pasti terkesan mudah."Ok class, persis yang tadi Saya demokan pertama yang dibuat adalah Pavlovanya dulu karena membutuhkan pemanggangan kurang lebih delapan puluh menit di suhu seratus derajat. Selama nunggu kalian bisa buat Pie Red Velvet frosting ice dengan beberapa bahan yang tadi digunakan di Pavlova. Saya kasih waktu satu setengah jam untuk menyelesaikan dua menu tadi plus dengan sudah dibersihkan nya area dapur, Yes class?!" sentaknya tegas."Yes, Chef!"Linar yang sudah mengingat bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan langsung memilih bahan yang ada di laci bawah island kitchen kemudian Linar mulai membuat Pavlova Berries.Langkah pertama mixer dua putih telur dengan kekuatan sedang lalu masukkan seratus gra
Baca selengkapnya
44. Limpahan Emosi
POV Linar "Parah banget sih, lo! Mempekerjakan gue tanpa upah minimal ada gue juga dapat lah, hak gue tuh!" rengek Listya sembari berjalan masuk ke kamarnya lebih dulu dan membiarkan aku menutup pintu kamarnya. "Ngga! Gaji lo udah cukup lagian lo cuma perlu jadi admin di satu lapak online di samping pekerjaan utama lo jadi gue usahain ngga banyak menyita waktu lo." Linar langsung selonjoran di atas ranjangnya Tya, memastikan berada di posisi ternyaman nya, "Lagian bagi hasilnya sama orangtua, lo sama aja kan." kilahku. "Terserah dan kenapa lo sampai kepikiran jualan sekarang. Ada apa gerangan?" Linar mencebikkan bibirnya, "Membahas hidup gue nggak menyenangkan, ganti topik lah!" "Lebih baik lo ceritain balada kerja di kantor yang atasannya orang Jepang asli, segila apa etos kerja disana dan gimana gaji lo udah naik belum? Tanyaku antusias. "Oh tidak bisa! Yang nanya duluan itu gue lagian gue serius penasaran apa pencetus sampai lo jadi se-visioner ini?" Aku memutar bola mataku
Baca selengkapnya
45. Keras Kepala
***"Dan kamu pikir aku akan percaya? Dengan alasan kamu itu! Semuanya udah jelas, kemarin pagi itu kan kejadiannya? Bahkan pagi itu kamu ngotot tetap olahraga keluar disaat aku larang kamu, ah... waktu itu juga kamu nantangin aku, iya kan?!"Aku mendesah frustasi pada tuduhan yang ia karang. "Dengar! Aku akan anggap ini semua ngga pernah terjadi asalkan kamu janji sama aku untuk berhenti berhubungan sama lelaki itu! Dan kamu terima Dera dan anaknya, kalian akan tinggal terpisah kamu hanya perlu nggak mempermasalahkan hal ini lagi kedepannya, ok!"Aku tersenyum getir, aku mendongak untuk balas menatapnya "Lucu! Kamu merangkai cerita cuma berdasarkan asumsi kamu dari sekedar foto untuk menekan aku? Dan memutar balikkan fakta? Aku ngga mau. Kesabaran aku nggak semurah itu, Mas!""Ah, satu lagi, kamu masih punya bukti lagi selain itu? Bahkan di foto itu kamu duduk berjarak, Mas tanpa ada saling sentuh semua orang tahu itu bukti lemah, paham kamu!"'Kami saling terpaku memandang satu sam
Baca selengkapnya
46. Putar Balik!
"Aaw, Mas!""Tahan aja, Linar! Aku sedang nggak mau ditolak!"***End Linar POVDengan sesak di dada Linar masih terjaga berbaring diatas ranjang sendiri cukup satu ronde membuat dia puas sekaligus tersinggung hingga akhirnya pergi entah kemana mungkin ke ruang kerja atau kemanapun Linar memilih tak peduli.Linar yakin belum mengantuk karena rasa ingin menangis lebih besar, aku bangkit dan menggapai bajuku di bawah ranjang memakainya cepat dan berjalan ke kamar mandi membersihkan diri secepat mungkin.Dalam kehanyutan lukanya, ia mengingat potongan adegan yang pemeran utamanya mengemudi dalam keadaan menangis karena tak fokus tak lama mobilnya menabrak sesuatu dan kecelakaan pun tak terhindari. Linar bergidik ngeri membayangkannya maka Linar mengurangi laju mobilnya dan berhenti di samping taman yang cukup ramai tak jauh di seberangnya terlihat minimarket buka 24 jam.Ia termenung duduk di dalam mobil memandangi suasana malam yang dihiasi lampu taman dengan beberapa orang yang dudu
Baca selengkapnya
47. Gertakan Mami Mertua
Deg! Dean mengangguk. Ia berdiri dari kursinya berhenti di depan Linar, tertegun sesaat, seperti hendak mengatakan sesuatu tapi terlihat ragu. Dan akhirnya pria itu pergi, tanpa mengatakan apa-apa. "Kamu apa kabar, Lin?" tekanan suaranya terdengar datar dan begitu pula wajahnya, seperti yang tak butuh tahu. "Baik, Mi." jawab Linar tersenyum tipis, "Mami gimana sehat juga, kan?" "Ya, seperti yang kamu lihat. Walaupun ada aja yang mami pikirkan, salah satunya ya, itu..." Beliau menoleh dan menatap Linar datar dan dalam. "Soal kamu yang kemarin hampir kabur ke rumah mamahmu larut malam, Dean kalut mencari kamu yang pergi tanpa pamit selarut itu, dan ternyata kamu malah hampir kabur memangnya apa yang bisa dapatkan dengan kabur dari rumah, hah? Apa itu solusi dari mamah kamu, karena nggak mau di poligami jadi berontak dengan cara kabur dari rumah begitu ajaran mamah kamu, hah?!" Linar menundukkan pandangannya, kedua tangannya menggenggam erat dress bagian bawahnya, ia mengalami trem
Baca selengkapnya
48. Drama Serangan Balik
"Kamu tuh! ... Ya ampun kenapa harus menambah persulit keadaan, hah?!"Linar yang sejak tadi merasa sekujur tubuhnya menggigil gemetaran, bersusah payah bertahan namun sekarang setelah mendengar kalimat tak simpati padanya, nada egois yang menyalahkannya membuat ia menyerah.Ia memutuskan bangkit dari tempat duduknya, hendak keluar sebelum ada satu air mata yang lolos ke pipinya, karena ia tak ingin dituduh kata- kata miring lainnya karena jika itu terjadi akan terasa menyakitkan terlebih ia tak akan sampai hati membalas menuduh."Aku pamit, Mi."Linar pergi dari ruangan itu tanpa menunggu izin apalagi kedatangan suami serta simpanannya, tentu dengan membawa rasa sakit mendekam di dada.Di perjalanan pulang, sopir taksi yang berada di balik kemudi beberapa kali melirik melirik cermin kecil yang menggantung di atas dashboard, seolah memastikan keadaannya. Karena kini tangisnya pecah. Ia meledak sendirian dalam sedihnya dan tidak mengerti bagaimana cara mengatasinya.Linar memang membek
Baca selengkapnya
49. Pemeran Utama
Linar tengah mengambil baju kotor dari wadah pakaian kotor, ini hari Minggu jadi ia berniat mencuci baju pakaian kotor yang menumpuk namun saat ia meraba kantong dalam tuxedo milik Dean untuk memastikan tak ada barang yang tertinggal betapa terkejutnya ia mendapatkan nota pembelian tas mahal wanita dari branded lokal ternama, dadanya mencelus, ia meremas nota ditangan kanannya. Tidak diragukan lagi pasti tas mahal tersebut dibeli Dean untuk Dera.Ia kesal bukan main pasalnya Dean sudah tega menghamburkan uang untuk membeli tas mahal pada selingkuhannya sedangkan ia tak berani meminta lebih karena tahu suaminya sedang dibebankan cicilan barang ditambah perhiasan yang beberapa waktu lalu atas permintaannya."Linar,""Sore ini kamu jangan kemana-mana, ya?""Kenapa?" tanya Linar jutek sembari menurunkan tangan yang masih mengepalkan nota."Aku mau ajak kamu ke rumah mamah, barusan kami telponan dan mamah minta kita ke rumahnya, dan aku udah mengiyakan, kamu mau kan?"Linar terkesiap mende
Baca selengkapnya
50. Melabrak
"Mas! Mas Dean!" raung Linar memanggil hatinya mencelos tubuhnya lunglai jatuh ke lantai dengan menangis yang ditahan lagi ia menepuk pelan dadanya merasakan sesak pada ulu hati bak tertusuk sembilu ini lah salah satu ketakutan terbesarnya ketika suaminya memilih yang lain ketika prioritas tak lagi tentangnya ketika ia ditinggalkan meski memohon untuk jangan pergi.Linar menangis tersedu-sedu mengeluarkan sesak yang menyeruak berupa tangisan hingga sesenggukan. Setelah merasa cukup tenang Linar mengusap air matanya kasar perlahan ia membenci dirinya sendiri karena telah bertahan lebih lama menampik masalah yang ada, diam-diam berharap ia bisa menerima keadaan dan kehidupan rumah tangganya berjalan kembali normal setidaknya ia tahu Dean khilaf, menyesal dan masih memohon untuk bersama.Namun kini Linar menyerah memberi makan egonya dan bersikap naif. Hal yang paling ia takutkan terjadi secara bertubi-tubi dan ternyata sangat menyakitkan maka ia memutuskan untuk berpisah, pertama-tama i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status