Semua Bab Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri: Bab 31 - Bab 40
138 Bab
31 "Aku Nggak Mau Ditolak!"
"Cuma kangen kamu," Linar tak cukup menanggapi ia menyelesaikan kegiatannya, ia menggerakkan tubuhnya minta di lepaskan dengan dalih berbalik namun Dean hanya merenggangkan tanpa membiarkan ia menjauh. Dean menaikkan dagu Linar lembut namun tegas dicumbui bibirnya dalam. Linar terkesiap pelan ia membiarkan Dean berhenti tanpa membalas. "Balas aku Lin!" titah Dean Linar mendongak menyoroti netra Dean dalam, ada cubitan kecil di dadanya ada rasa rindu dan kecewa yang membayanginya, ia menggeleng kecil dengan sendu dan mendorong dada Dean pelan. "Aku mau nyiram tanaman di belakang dulu" dalih Linar. Hanya dua langkah yang ia dapati sebelum tangannya di tarik ke arah sofa ruang keluarga. "Mau ngomong apa, sih?" sentak Linar. Hanya di anggap angin lalu di dorongnya Linar ke arah sofa yang langsung di balas pelototan oleh Linar. Dean menggeram. Memegang ujung kaosnya dan menariknya melewati kepala seraya mendekati sofa. Sebelum Linar sempat membuka mulutnya lagi, ia sudah mendorong w
Baca selengkapnya
32. "Tolong Ceraikan Aku!"
"Linar!!"Dean mengatupkan rahangnya marah dan membuang wajahnya sedangkan mami hanya mampu memejamkan mata frustrasi.Air mata mulai berlinang di pipi Linar membuka mulutnya merasakan sakit yang menusuk sembilu di relung hatinya."Gimana bisa kamu lakuin ini ke aku Mas? Gimana bisa kamu minta aku MENGIZINKAN kalian menikah di atas HANCURNYA PERNIKAHAN KITA KARENA DIA ,HAH GIMANA BISA?! jerit Linar."Lin!"Linar menjauh dirinya dari sang mami yang ia tahu akan membela suaminya anaknya sendiri."Maaf, Mi aku yakin kalau Mas Dean yang ada diposisi aku, dia pasti akan ngelakuin hal yang sama dan aku akan jawab yang pertanyaan kamu."Sontak Dean menoleh, ada raut wajah takut sedetik kemudian pandangannya menajam. "Jangan berani kami minta macam - macam ya, sama aku!""Aku cuma minta satu macam sebelum kalian menikah tolong ceraikan aku baik - baik, Mas!""LINAR! Tarik ucapan kamu!"Linar menggeleng dengan air mata di pipi "Sakit Mas! Dan aku nggak mau nerima lebih dari ini, kamu tahu masa
Baca selengkapnya
33. Silent Treatment
33.Silent Treatment Sontak Linar menunduk, belum rela mengangguk tapi lebih tak ingin memperpanjang semuanya. Linar pun menghela napasnya ketika sang Mami sudah berjalan menjauh yang ia yakini memasuki kamarnya untuk istirahat. **** Linar baru saja memasuki kamar milik suaminya sebelum menikah dan ia sudah dikejutkan dengan Dean yang sedang berjalan kearahnya, sama-sama tersentak kaget. "Aku mau kita langsung pulang," ucap Linar datar "Iya, tapi setelah itu aku akan keluar nongkrong dengan teman-teman di kafe, ngga apa-apa kan?" "Oh, aku jadi kepengen juga ketemu dan nongkrong bareng teman- teman aku, sama seperti kamu pun aku butuh itu untuk lepasin sesak dan penat, boleh kan Mas?" Mereka saling pandang dengan cara yang berbeda, Dean yang menatap dalam, merasa sentilan akan ucapan Linar yang provokatif sedangkan Linar menatap dengan raut wajah datar merasa tak ada lagi rasa yang harus ia tahan demi menjadi istri yang baik, dengan tetap berdiam dirumah meninggalkan suasana mala
Baca selengkapnya
34 "Apa Yang Dirasa?"
"Apa?" "Lin, gue tau lo butuh teman curhat sekarang, dan lo bisa percaya sama gue, jadi kali ini ada apa?" Linar melipat bibirnya, masih menimbang akan terus terang atau terus memendam. "Jadi, masih marahan sama suami lo?" pancing Lystia Gerakan tangan Linar sempat berhenti sejenak "Buruk dan rasanya semua nggak akan pernah kembali kayak semula," balas Linar. Listya menghela napas beratnya. "Obrolin baik - baik dong Lin, seperti yang biasa lo lakuin, Lin. Emang nggak capek apa, marahan terus lo kabur jadi berlaut - larut kan masalahnya. Lo juga jadi kurusan sekarang." Mata Linar terbuka lebar mendengarnya. Diam -diam ia melirik kebawah, "Harusnya sih bener kurusan udah rajin olahraga plus jaga makan nih, mana gue stress terus belakangan ini." Dan untuk yang lain Linar sengaja tak menghiraukannya, mengingat dengan jelas ia yang kabur karena komunikasi yang terlewat alot kemarin malam. Jelas lantaran Linar masih muak melihat wajahnya dan kami akan bertengkar lagi karena Linar ya
Baca selengkapnya
35. Flashback
Brak!!Linar menoleh cepat melihat kepalan tangan kanan Dean di atas kemudi dan sebelah tangannya lagi menggenggam erat kemudi dengan tatapan Dean menatap lurus ke arah jalanan, rahangnya terkatup tegang.Linar memilih kembali menatap jalanan di balik jendela mobil yang mulai berembun menandakan gerimis di luar sana.'Pantes hawanya ngantuk, sebentar lagi mau hujan ya?' pikir Linar."...""...""Dari kemarin aku menunggu telepon dari kamu, tapi kata Tita kamu terlalu ngantuk untuk pulang jadi aku biarin dan kamu malah nggak pulang dan non aktifkan gawai kamu tanpa membalas sekalipun, kamu itu istri aku dan aku mengkhawatirkan kamu, Linar" seru Dean dalam dan lembut.Linar tersenyum sinis. "Dan sebentar lagi jadi istri pertama yang bukan satu- satunya ya...? Ya ampun dunia itu cepat berubah yah." serunya jutek.Dia kembali diam.Linar ikut diam, kembali melempar pandang ke luar jendela. "Jadi .. kamu udah setuju?"Linar menghela napas lelah. "Do whatever you wanna do. I don't fucking c
Baca selengkapnya
36. Memilih Pergi
Linar kembali sesak tepat di ulu hatinya seperti ada yang meremas dari dalam. Beruntung Ia segera ingat untuk melakukan teknik pernafasan untuk menenangkan diri. Yah ... Ia tengah sendirian sekarang sudah mulai terbiasa dan harus membiasakan diri lebih dari ini pikirnya sedih.Linar berhasil menormalkan deru napasnya, pun ia sudah mengusap air matanya, menghapus jejak tangisnya saat mendengar deru mesin mobil memasuki area carport yang posisinya masuk kedalam hampir bersebelahan dari area dapur. Suara derap langkah kaki pria itu terdengar. Bahkan Linar lupa mengunci pintu bagian samping. Linar menatap kembali pada jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam, Dean baru tiba di rumah.Pria itu sempat mematung kala menangkap siluetnya yang tengah duduk dengan mata menatapnya dalam. Dean mendekat menaruh tas kerjanya di atas meja makan, melewati Linar begitu saja untuk mengambil gelas di rak gantung dan mengisinya dengan air putih. Lalu ia menempati stool kosong tepat di samping Lina
Baca selengkapnya
37. Bersama Dera
****"Akan apa, hah?!" bentak Dean geram."Aku akan terus ingat semua perlakuan kamu sama aku, tentang kamu yang lebih milih pergi temui dia selarut ini daripada memilih aku, istri kamu sendiri!""Cukup, Linar! Aku nggak mau ribut, terserah kamu, yang jelas aku harus pergi dan kamu nggak perlu tunggu aku pulang malam ini," ucap Dean sebelum menutup pintu kamar meninggalkan Linar yang luluh lantak di buatnya.Dean's SideDean berdiri menatap ke luar jendela. Tangannya sedang menggenggam sebuah gelas berisi brendi. Ia menatap jauh cakrawala hitam tanpa bintang di dalam ruang pribadi Dera di kamar apartemennya. Namun setiba di sana Dean langsung merasa kecewa karena Dera yang sempat tertidur, berpikir bahwa tak apa jika sebenarnya jika ia tak memaksa datang selarut ini.Dan menimbulkan rasa bersalah dan kecewa yang sulit ia kurangi rasanya.Sebuah lengan terulur memeluk tubuh Dean dari belakang. Membuat tubuhnya menegang seketika, apalagi saat dia merasakan wajah Dera tersandar pada pung
Baca selengkapnya
38. Kekecewaan
"Maaf, jangan malam ini, aku nggak bisa." "Kenapa? Apa karena Linar yang udah mengultimatum kamu, untuk nggak bercinta sama aku lagi, hah?" "Bukan, dia nggak pernah mengultimatum atau apapun itu, walaupun iya, dia berhak melarang itu, Dera. Harusnya kamu mengerti itu," "Nggak, aku nggak mau ngerti! Dan kalau kamu sepengertian itu, lantas kenapa kamu tetap datang hah?" "Itu karena pesan kamu yang isinya kram perut kamu kambuh, aku pikir keadaan kamu udah urgent, tapi ternyata, nggak. Harusnya aku nggak perlu datang," jawab Dean yang mengecilkan suaranya di ujung kalimat. Dera kesal, dia sangat kesal hingga yang bisa dilakukan Dera hanya melepaskan diri dari Dean kemudian meninggalkan Dean sendiri di dalam kamarnya disusul bedebum suara pintu yang dibanting. Dean hanya bisa menatap kepergian Dera, dia tak bisa melarang perempuan itu untuk selalu mengerti apa maksudnya, sedangkan dirinya sendiri masih tak mengerti tentang keputusan yang telah ia ambil. Rasa menyesal itu ada! Kenapa
Baca selengkapnya
39. Penjelasan Dean
"Gimana apanya, Nak?" "Gimana kalau memang benar ada masalah di dalam keluarga aku dan pada akhirnya aku ngga kuat dan memutuskan berhenti bertahan, gimana, Mah?" Terdengar helaan napas berat di ujung telepon, "Kenapa nanya mamah? Yang tahu dan mengerti akar dan rentetan masalah keluarga kamu 'kan kamu dan Dean yang tahu jadi jangan tanya Mamah. Kamu udah dewasa untuk tahu sikap apa yang harus kamu lakuin dan keputusan apa yang harus kamu ambil asal kamu tanggung apapun proses dan resikonya, Ok!" Linar sesenggukan mendengarnya, ia menunduk dalam sesekali mengusap kasar air matanya, kesal karena masih mudah mengeluh dan menangis di umurnya yang sudah dewasa. "Tapi mamah gimana? Linar takut mamah bakalan kecewa sama Linar, karena mengulang kejadian yang dulu. Padahal mamah selalu ngasih nasehat pernikahan tapi Linar malah nyerah di tengah jalan." sesal Linar pelan. "Nggak apa-apa, namanya juga orang tua wajar kalau selalu bawel dan mendoakan kebahagiaan ke semua anak - anaknya? Tapi
Baca selengkapnya
40. Dan Boom...!!
Dean menarik napasnya dalam, merangkai kembali keberaniannya untuk mengungkap semua, mengabaikan cubitan di hati tentang reaksi Linar yang cenderung tenang."Di saat itu juga kami jadi sering ketemu dan tanpa sadar aku melupakan garis yang sebelumnya aku buat, aku tahu aku akan menyesali ini tapi awal aku tidur sama dia itu karena aku mabuk sama client dan dia yang bawa aku ke hotel terdekat dan aku besoknya aku terbangun kami udah dalam satu ranjang tanpa pakaian," Resah Dean di ujung kalimat, dan ia mencari tahu reaksi istrinya.Dean mendesah kecewa karena Linar masih tak bergeming, bersikap tuk kuat memberi pengakuan yang tadinya akan ia simpan sampai mati."Dan Dera berhasil meyakinkan aku kalau kamu ngga akan pernah tahu dan dia ngga masalah kalau dijadikan sebagai pelarian karena dia mengaku masih cinta sama aku dan nerima aku apa adanya"Dean menghela napasnya kasar, "Aku tahu aku terlalu egois dan khilaf untuk nerima itu sampai pada akhirnya dia mengaku hamil dan memaksa aku b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status