All Chapters of Terjerat Hasrat Anak Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
111 Chapters
Pengakuan Bella
Bella tertekan saat disudutkan oleh pertanyaan ayah dan anak. Ia memandang Edgar dengan pandangan lirih. "Cepat katakan! Brengsek!" hardik Barta. Edgar menatap ayahnya tajam. "Jangan bentak dia!" "Diam kamu Edgar! Dia ini istri Papa, Papa berhak melakukan apapun padanya!" Barta membalas tatapan Edgar lalu kembali menatap Bella. "Katakan padanya! Cepat!" Bella mengangguk pelan. "Iya, aku istri ayahmu. Aku ibu tirimu, Edgar."Mendengar pengakuan itu tiba tiba kepala Edgar menjadi sakit. Ia meremas rambutnya sangat kencang. "Akkkh! Brengsek! Bangsat! Wanita sialan!" amuk Edgar. Barta mendekati anaknya. "Kamu kenapa? Sakit? Hah? Kenapa dengan kepalamu?""Sakit! Kepalaku sakit!" teriak Edgar. Bella panik. "Sa-saya panggilkan Dokter," ucapnya. Barta berjalan mendekati pintu lalu memegang lengan Bella. "Aku tidak ingin melihatmu berada di sini! Mulai sekarang jauhi anakku!" Bella menundukkan k
Read more
Bercak Darah di Atas Ranjang
Tak mendengar apapun dari dalam kamar tamu, tetapi Bella tetap mencurigai ada seseorang di dalam kamar tersebut. Seingatnya, pintu kamar itu tidak pernah dikunci. Bella membuka pintu menggunakan kunci cadangan yang biasa tersimpan rapi di laci lemari samping tempat tidur. Setelah mencocokkan kunci, akhirnya pintu tersebut terbuka lebar. Bella masuk ke kamar tamu, tetapi tak mendapati apapun di sana. "Aku yakin di sini ada orang, tapi kenapa tidak ada siapapun?" Bella menyapu pandang ke seluruh ruang kamar, memperhatikan selimut, seprai dan bantal yang berantakan. Seperti baru saja ada pertempuran hebat di atas ranjang itu. Deg!Pandang matanya tertuju pada bekas merah di atas tempat tidur, awalnya bekas merah itu tidak terlihat karena ditutupi oleh bantal. Bella menyingkirkan bantal tersebut, ia melihat dengan jelas bercak darah seperti saat pertama kali ia melakukan hubungan dengan Edgar. Ya, bercak darah itu sama persis dan ada sisa sp*rma di dekat darah tersebut. "Siapa yang
Read more
Kebengisan Barta
Ia tahu pikirinnya itu sangat picik, tetapi sebagai seorang wanita yang baru saja menemukan cinta ... ia ingin bisa hidup berdua dengan lelaki yang berhasil merebut hatinya, bahkan merebut malam pertamanya. Ya, Bella akan mempertahankan Naomi di rumah itu agar Barta tidak menjadikannya pelampiasan napsu.Naomi kembali memeluk sahabatnya. "Kamu yakin kita bisa membuat lelaki itu menderita?" "Aku yakin, nanti kita pikirkan cara untuk membalas dendam. Kita tidak boleh diam saja, kita harus melawannya agar tidak ada korban lagi. Dia harus mendapatkan hukuman dari kejahatannya.""Aku ingin membuatnya menderita hingga dia tidak bisa lagi menikmati hidup," desis Naomi. "Bagus, dan kita harus mengambil keuntungan dari semua ini.""Maksudnya?" tanya Naomi tidak mengerti. "Tuan Barta pasti akan memberimu uang setiap bulan, sama sepertiku dan uang itu bisa kamu kumpulkan dan kamu berikan pada kakakmu untuk membuka usaha. Setela
Read more
Jangan Sampai Terkena Gigimu! 21++
Kemurkaan Barta Wijaya bukan tanpa alasan, ia marah setelah mendengar pengakuan Edgar tentang apa yang anaknya itu lakukan dengan Bella di rumah sakit. "Wanita murahan sepertimu tidak pantas dimaafkan!" desis Barta. Seringai sinis terlihat jelas di wajah dingin sang rentenir kejam. "Ampun Tuan. Maafkan saya," ucap Bella. Walau ia tahu, berapa kali pun meminta maaf, Barta tidak akan mengampuninya. "Aku tidak akan memberimu kesempatan lagi. Kamu harus diberi pelajaran!" Barta semakin mendekatkan wajah Bella ke api kompor yang menyala. "Aaakkkhhh! Panas, Tuan! Panas!" teriak Bella menjerit kesakitan. "Hentikan!" pekik Naomi yang berdiri tegak menyaksikan Barta menyiksa sahabatnya. Barta tercengang melihat keberadaan Naomi di dapur rumahnya. "Kenapa kamu keluar? Apa wanita ini lupa mengunci pintu kamar itu kembali?" Barta melepas cengkramannya, mendorong tubuh Bella hingga wanita cantik itu tersungkur ke atas lantai. "Bella!" teriak Naomi berlari mendekati Bella yang tergeletak ta
Read more
Dikurung
Bella tersadar dari pingsannya. Ia menyapu pandang ke seluruh tempatnya saat ini. Beranjak bangun saat ia menyadari kalau ia tengah berada di tempat yang entah di mana. "Di mana ini? Kenapa aku ada di sini?" Bella memegang kepalanya yang terasa sakit, meremas rambut karena frustasi. Ia mencoba untuk berdiri, tetapi tubuhnya terasa lemas seperti tidak memiliki tenaga. "Aku ada di mana? Kenapa aku ada di sini?" isak Bella, mencoba untuk mengingat kejadian sebelum ia pingsan. Ingatan itu terlintas, tetapi samar samar. "Tadi aku pingsan di dapur, lalu kenapa sekarang aku ada di sini?" Bella kembali mencoba untuk berdiri lalu mendekati pintu yang terbuat dari baja tebal. Ada lubang kecil di pintu tersebut, ia ingin mengintip keluar. Sret! Bella tertegun saat merasakan ada sesuatu di kakinya. Kedua mata membulat sempurna saat melihat kedua kaki dirantai. "Siapa yang melakukan ini? Kenapa aku dirantai
Read more
Mencari Bella
Naomi mulai menyukai kehidupannya sebagai wanita kesayangan Barta. Dimanjakan dan diberikan uang setiap hari. Jauh berbeda dengan kehidupannya dulu, serba susah, bahkan untuk makan saja dia harus menunggu kakaknya pulang bekerja. Setelah Martinus bangkrut hidup mereka memang berubah seratus delapan puluh derajat, menjadi miskin dan selalu dihina. Namun kini, dia merasa seperti Ratu setiap harinya. "Uang jajanmu sudah aku transfer," kata Barta setelah selesai melampiaskan hasratnya pada wanita cantik itu di dalam kamar tamu. Naomi melihat uang yang masuk. "Terima kasih, Tuan," ucapnya sambil tersenyum lebar. Ia menatap lelaki itu lekat. "Tuan mau ke mana pagi pagi begini?" "Aku ingin menjemput Edgar di rumah sakit. Hari ini dia keluar dari sana," jawab Barta. Naomi mengangguk. "Tuan, boleh saya bertanya sesuatu padamu?""Tanya apa?" Barta mendekati Naomi lalu duduk di tepi ranjang. "Katakan, apa yang ingin kamu tanyakan?"Naomi menatap lirih. "Tapi saya takut Tuan marah." Ia me
Read more
Kebohongan Barta
Setelah mendengar dokter menghubunginya, memberitahu tentang keadaan Edgar yang mulai membaik. Barta langsung datang untuk menjemput anaknya tersebut.Sampai di rumah sakit, Barta melihat anaknya sudah bersiap untuk pulang ke rumah. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Barta tersenyum ramah. Ia mulai menunjukan perhatiannya pada Edgar agar Edgar melupakan kejahatannya selama ini. "Seperti yang Papa lihat, aku sudah jauh lebih baik." Edgar melebarkan kedua tangan, memperlihatkan kondisi tubuhnya pada sang ayah. Barta tersenyum, merangkul bahu kekar anaknya. "Kita pulang. Udara di rumah sakit ini tidak bagus untuk kesehatan paru paru. Papa tidak ingin kamu mengalami komplikasi penyakit lain."Edgar mengangguk pelan. Meskipun ingatannya belum kembali, tetapi dia tidak lagi mempertanyakan ini dan itu. Keduanya keluar dari kamar inap menuju parkiran. Di sepanjang jalan menuju parkiran, Edgar hanya diam sambil memperhatikan sekitar. Ia melirik ayahnya yang berjalan di samping lalu bertanya, "A
Read more
Hamil?
Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa terasa Naomi sudah berada di rumah Barta dan menjadi wanita simpanan sang rentenir selama satu bulan.Di dalam kamar sunyi. Kedua pasangan tanpa status itu sedang tertidur nyenyak di atas ranjang empuk. Naomi mengerjapkan saat merasakan ingin buang air kecil. Ia membuka selimut perlahan, takut membangunkan Macam tidur yang selalu menerkam tubuhnya seperti hewan kelaparan.Tubuhnya terasa remuk, karena melayani Barta setiap malam hingga beberapa kali. Ia mengambil langkah perlahan masuk ke dalam kamar mandi. Deg! Pandang matanya tertuju pada layar ponsel yang menyala. Alarm berbunyi, tanda bahwa dia sudah telat datang bulan. Naomi menghela napas panjang. "Apa mungkin aku hamil?" gumamnya pelan. Ia mengambil handuk kimono yang menggantung di pintu kamar mandi, memakainya lalu keluar. "Sayang, kamu sedang apa?" tanya Barta yang terbangun dari tidur. Ia menatap Naomi dari ujung kepala sampai kaki. "Aku ingin melihat tubuh indahmu. Jangan pakai bend
Read more
Belikan Aku, Testpack.
Naomi semakin menggila. Ia tidak rela Barta jatuh ke dalam pelukan Bella lagi.Di dalam kamar .... "Ugh!" Suara desahan dan lenguhan hampir setiap malam terdengar. Kini, peraduan peluh antara Barta dan Naomi tidak lagi dilakukan di dalam kamar tamu, melainkan di kamar utama. Kamar yang seharusnya menjadi kamar istimewa bagi Barta dan Bella, tetapi kini tempat Bella digeser oleh sahabatnya sendiri. Bukan hanya kamar yang berhasil dimiliki Naomi, tetapi hati Barta juga. Ya, kali ini Barta menyadari kalau dia sedang terkena puber kedua, dimana dia mulai merasakan jatuh cinta lagi untuk kedua kalinya. Cintanya itu jatuh kepada Naomi, satu satunya wanita perawan yang pernah ia tiduri. "Sayang, setelah selesai aku ingin pergi ke suatu tempat. Kamu ingin memesan apa? Makanan berat atau cemilan?" tanya Barta yang tengah memompa tubuh sintal wanita di bawah kungkungannya.Tangan nakal sang rentenir tak henti memainkan bulatan coklat paling menggoda yang bisa membuatnya makin bergairah.
Read more
Rencana Naomi
"Kamu telat datang bulan?" tanya Naomi. Hatinya mulai merasa tak tenang. "Kapan terakhir kali kamu datang bulan? Apa kamu mengingatnya?" Bella terdiam, memikirkan kapan terakhir dia datang bulan dan kapan pertama kali dia melakukan hubungan badan dengan Edgar. Tak lama, Bella menjawab pertanyaan Naomi, "Iya, sepertinya aku telat datang bulan," angguknya pelan. "Tapi aku tidak tahu apa aku, hamil? Atau aku hanya stress karena harus tinggal di dalam penjara ini." Naomi mengepalkan tinjuan ke samping. Menghela napas sesak, mencoba untuk bersikap biasa saja walau rasa takut dicampakkan oleh Barta menyelimuti hati. "Aku pergi dulu. Aku takut Tuan sudah pulang," kata Naomi. "Kalau kamu ingin memastikan, nanti aku bawa testpack ke sini.""Emm, Naomi, tolong rayu Tuan agar dia mau membebaskanku. Ya." Naomi mengangguk pelan. "Tempat ini tidak enak, aku selalu ketakutan setiap malam karena aku sering mendengar suara aneh dari lorong itu," kata Bella. Naomi hanya diam. Bella menghela na
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status