All Chapters of TERNYATA AKU WANITA KEDUA: Chapter 11 - Chapter 20
31 Chapters
Menyukaiku?
"Hmmph. Hmmph!" Tubuhku dibawa mundur dan tidak bisa mengeluarkan suara. Sampai di balik bangunan barulah dilepas. Aku melotot menyadari siapa. "Mas Satya?!" ujarku histeris. Antara kaget dan senang ternyata orang yang dikenal. "Ssst!" Mas Satya menaruh jari telunjuk di bibirnya sendiri. "Seharusnya kamu jangan dulu menghubungi Arfan. Kita harus mempunyai bukti dulu." Ponsel yang masih tersambung dengan Arfan dimatikannya dan diserahkan padaku. "Seharusnya kamu rekam dan vidiokan percakapan Saskia. Bukan main telepon orang." "Yasudah kita vidiokan sekarang kalau begitu." "Telat. Saskia sudah pergi. Lihat saja." Aku melangkah cepat ke depan lagi, benar saja mobil dua orang itu sudah tidak ada. "Sejak kapan?""Saskia mendengar saat kamu menelepon Arfan asal kamu tahu. Jadi percuma tindakkanmu itu. Yang ada Arfan tidak percaya dan menganggap kamu mengada-ngada." "Kenapa tidak direkam sama Mas Satya?" "Saya baru datang. Tadinya mau ke rumah Arfan. Kamu berhasil kabur?" Aku mengangg
Read more
Percobaan Bunuh Diri
Ibu dan Bapak memasuki mobil bersiap pulang. Aku membantu menutupkan pintu dengan sedikit tidak rela. "Padahal, Ibu menginap lagi saja di sini," tawarku pada Ibu. "Nanti ke sini lagi. Kami harus pulang." Ibu mengelus pipiku sekilas dari jendela yang terbuka. Bapak duduk bersandar di sampingnya. Tersenyum seolah berkata dia baik-baik saja, agar aku tidak usah hawatir. Tapi aku melihatnya dengan tatapan prihatin. Niatku untuk memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi dalam pernikahan kuurungkan. Tidak mau membuat keadaannya memburuk. Bagaimana kalau tiba-tiba terkena serangan jantung? Lalu ... ah, aku tak sanggup membayangkan. "Kamu baik-baik sama Arfan," pesan Ibu. "Dia suami yang baik." Kulihat lelaki itu tengah mengobrol dengan supir taksi online yang telah dipesannya. "Antarkan mertua saya dengan baik sampai rumah," ucapnya. "Siap, Pak." Supir itu membalas. Kebetulan dia orang yang sama dengan yang mengantarku ke sini kemarin. Mas Arfan menyerahkan uang ongkos lebih dulu pun de
Read more
Sentuhan Menyakitkan
"Kamu apaan?! Tidak seharusnya melakukan itu." Kemeja Mas Satya jadi kotor oleh cairan hitam kopi. Lelaki itu menatap tajam Mas Arfan seraya mengepalkan tangan. "Beraninya kamu keluar menemui laki-laki lain." Mengabaikan kemarahannya Mas Arfan terus menyudutkanku. "Dia sodaramu, Mas. Dan kami tidak melakukan apa-apa." Kukeluarkan tisu dalam tas membersihkan baju Mas Satya dengan cepat. Tapi baru sebentar Mas Arfan menarikku lagi. "Tinggalkan dia ikut bersamaku!" Tidak peduli pada tindakkannya. Juga orang sekitar yang berkasak-kusuk melihat. Lelaki itu membawaku pergi. "Jangan menyakiti, Nabila!" seru Mas Satya melihat langkahku yang terseret. "Mas Satya! Maafkan, Mas." Aku sangat tidak enak padanya. Sudah diperlakukan buruk. "Kamu tidak usah minta maaf padanya!" sentak Mas Arfan. Sambil terus membawaku.Mas Satya tidak terlihat lagi di mataku karna aku sudah dibawa jauh dan kini telah ada dalam mobil. Terkejut pintu ditutup kencang saat Mas Arfan duduk di kursi kemudi. Dia melir
Read more
Mama Tahu
Bel rumah berbunyi saat aku baru selesai mencuci piring. Tangan basahku segera kulap dengan serbet bersih lalu beranjak ke pintu utama. Menerka-nerka siapa yang bertamu? Jika itu Mas Arfan pasti akan langsung masuk. Pintu aku buka. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam ... Mas Satya?!" Aku tidak menyangka yang datang dia. Lelaki itu tersenyum ramah. Harus bagaimana aku memperlakukannya, apa menyuruh dia masuk? Tapi takut Mas Arfan datang. "Ada perlu apa, ya, Mas?" Akhirnya kutanyakan itu. "Saya ingin memastikan keadaan kamu. Setelah kemarin tiba-tiba mematikan telepon dan tidak bisa dihubungi lagi." "Oh ... itu." Aku tidak enak. Tidak sopan jadinya. "Kenapa? Arfan melakukan sesuatu?" Kepalaku mengangguk pelan. "Mas Arfan merebut ponsel saya dan mengambil kartunya.""Sudah saya duga." Lelaki itu merogoh sesuatu dari kantong celana. "Saya sudah membeli sim card baru untuk kamu." Dia menyerahkan sebuah kartu yang masih rapi dalam kemasan. "Kamu bisa menggunakannya. Nomornya sudah s
Read more
Perhatian Satya
"Mama katanya mau jengungin Bapak Nabila. Ayo, dong." Mas Arfan datang lagi mencari Mama yang masih bersamaku. Plakk! Aku terkejut Mama menamparnya. "Mama kenapa tam-par Arfan?" kesalnya. Menatap Mama tak mengerti. "Kamu jangan menyakiti Nabila." Mas Arfan tetuju padaku menatap tajam. Tangannya yang mengusap pipi lalu diturunkan. Aku menunduk. "Awas kamu kalau sampai meninggalkan, Nabila.""Mama ini kenapa, sih. Mana mungkin aku ninggalin istri aku. Lihat aja, aku masih bersamanya kan?" "Mama cuma mau menantu seperti Nabila. Ayo, Bila, antar Mama lihat Bapakmu." Tanganku di raih Mama. Diajak pergi bersamanya. Aku melihat Mas Arfan yang mematung menatapku curiga serta tak suka. Kemudian tertuju ke depan lagi terus mengikuti Mama. . "Kamu pikir Mama diam aja? Tidak, Nabila. Mama awasi Arfan." Tante Reni rupanya sudah mengawasi Mas Arfan sejak lama. "Maafin Mama ...." Menetes air matanya, karna rasa bersalah terhadapku yang tidak memberitahu dari awal. "Bukan maksud Mama menyakiti
Read more
Berserah Diri
"Kenapa Satya bisa tahu Bapak kamu dirawat?" Mas Arfan mencegah saat aku mau masuk ke ruangan Bapak lagi. Menahan di depan pintu. "Kenapa si orang kaku dan formal itu bisa tau?" ulangnya tak sabar. "Mungkin dari orang tua kamu, Mas." Menghindari tatapannya aku tidak ingin berkata jujur. Kalau aku masih menjalin komunikasi dengannya. "Tidak mungkin." "Mungkin saja. Mamamu cerita." "Ada sesuatu yang kamu sembunyikan?" selidiknya. "Tidak, Mas." Tidak mau terus diintrogasi aku memilih masuk ke dalam. Membiarkan ia dengan kekesalannya sendiri di luar. Malam saat Ibu dan Bapak terlelap, aku mencoba mengirimi Mas Satya pesan.[Maaf atas kejadian tadi, Mas. Kamu jadi terkena pukulan Mas Arfan.]Langsung centang dua biru. [Bukan salah kamu, Nabila. Tidak usah minta maaf.] Aku bernapas lega membaca balasan pesan yang baru masuk. Rupanya dia pun belum tidur. Aku baru bisa kontekan dengannya setelah menunggu Mas Arfan pulang. Aku akan menginap di sini, menemani Ibu. Karna Nizar di rumah da
Read more
Syarat Menyentuh
"Cukup, Mas." Aku menjauhkan tubuh Mas Arfan pelan. Lumatan lembut itu pun berhenti. Menyisakan debar halus karna kali ini dia melakukannya hati-hati. Sampai aku merasa nyaman, namun terpaksa harus dihentikan. "Kenapa. Kamu mau kita langsung ke kamar. Di kamarku atau di kamarmu? Aku mengikut saja maumu." Lelaki itu tersenyum seraya mengusap pipiku lagi. Berbinar matanya oleh rasa senang atas penyerahanku. Dia tertuju lagi pada bibirku karna masih belum puas. Lalu melum-at bibirnya sendiri. "Tidak, Mas. Malam ini kita tetap tidur terpisah. Aku belum mau menyerahkan seutuhnya diriku sebelum Mas Arfan menyanggupi operasi Bapak. Membicarakan dengan orang tua aku dan dokter." "Gampang, Sayang. Besok aku akan ke rumah sakit mengurus semuanya. Dan Dokter akan menjadwalkan kapan operasinya." Yakin dia katakan. "Kamu tidak usah hawatir." "Terimakasih, Mas. Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu sekarang aku mau kembali ke kamarku."Sejenak Mas Arfan melongo tak terima. "Tapi, Nabila?""Mas, lak
Read more
Melepas Kegadisan
"Saskia lepas." Panik Mas Arfan menjauhkan tangan istri sirinya. "Kamu apaan jangan teriak di sini.""Kamu bohong! Katamu pergi urusan pekerjaan, tapi pergi bersama pelakor ini!" Saskia memarahi sambil menunjuk-nunjuk aku. Seketika orang berdatangan melihat. "Aku bukan pelakor, aku istri sah. Kamu istri siri yang disembunyikan statusmu lemah dan tidak berhak mengaturku." Semakin meradang perempuan itu mendengarku bicara seperti itu. Hendak menamparku jika Mas Arfan telat menahan tangannya. Lelaki itu menurunkan tangan wanitanya membujuk dengan menggenggam erat. Pemandangan yang membuat panas mata. "Aku minta kamu pulang sekarang. Ya?" "Kamu juga harus pulang, Mas. Kalian tidak boleh pergi!" Aku membuang muka saat Mas Arfan menatapku, pertanda keberangkatan ini tidak mau dibatalkan. Petugas yang membawakan koper kami memberi tahu pesawat kami akan segera Take Off. "Mas Arfan cepat, pesawat mau berangkat." Kuikuti langkah petugas itu setelah memberitahunya. "Dasar pelakor kamu! Gan
Read more
Mengulang Kemesraan
Rambut basah subuh-subuh pertanda kini aku telah menjadi istri seutuhnya. Membungkusnya dengan handuk kecil setelah disisir. Aku berbalik dari cermin melihat lelaki itu yang masih tidur. Berjalan dan duduk di sisinya. Dia suamiku. Mungkin keputusanku ini disayangkan bagi sebagian besar orang. Mau-maunya menyerahkan diri pada lelaki yang telah menipu dan memiliki perempuan lain. Pada awalnya aku pun tetap mempertahankan. Tapi seiring berjalannya waktu, banyak hal yang kuketahui dan banyak hal terjadi, aku akhirnya merelakan. Aku melakukannya bukan tanpa pertimbangan. Biarlah orang lain mengatai perempuan bod-oh, mereka hanya tidak mengerti ada di posisi aku. Jika pun hal buruk itu terjadi nanti, soal dia yang akan melepasku. Sebenarnya bukan kerugian besar karna dia memberi imbalan tidak sedikit. Untuk orang biasa sepertiku bisa menjadi kaya mendadak meski jadi janda. Tapi, aku tidak akan mengalah untuk Saskia! Segala sakitku harus terbayar dengan meyingkirkannya. Dia tak pantas di s
Read more
Mengambil Sampel
"Kamu membuka blokirannya, Mas?" Aku menatapnya murka dan sangat kecewa."Tidak, Nabila.""Bohong! Buktinya Saskia bisa menghubungimu.""Dia memang menghubungiku tapi dengan nomor lain." Melihatku menggeleng tak percaya Mas Arfan mendekat. "Lihat, ini nomor baru di ponselku," tunjuknya pada kontak yang baru menghubungi dan sudah dimatikan. Lalu dia menunjukkan nomor ponsel Saskia yang masih dalam blokir. "Dan ini nomor Saskia, aku tidak bohong.""Kamu senang dia menghubungimu?""Aku tidak menyangka kalau itu dia, Nabila.""Dan dia memintamu pulang?""Kita sudahi honeymoon ini.""Kita baru tiga hari." "Aku harus pulang.""Kita habiskan dulu masa liburan kita." "Kita ke sini lagi lain waktu.""Kapan? Belum tentu itu terjadi. Apalagi dengan niatmu yang ingin meninggalkan aku." Lelaki itu tidak menimpali lagi beranjak ke dalam. Aku mengikutinya dengan menghentakkan kaki kesal. "Mas!""Siapkan barang-barang kamu. Kita pergi sekarang juga. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Saskia.""Se
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status