All Chapters of Putri Rahasia Tuan Damian: Chapter 61 - Chapter 70
77 Chapters
61. Headache
Kepulangannya ke Jakarta hanya membawa tangan hampa. Damian merasa bahwa hidupnya makin tak tenang. Fakta yang ia terima bahwa dirinya adalah seorang ayah selalu menyita pikiran. Nyatanya firasat itu begitu kuat, hingga terbukti bahwa Luna benar-benar anak kandungnya.Evelyn tentu tidak akan lagi meminta pertanggungjawaban darinya. Setelah menghabiskan malam dengan termenung di kamar hotel yang ia sewa, ia menjadi paham bahwa apa yang wanita itu lakukan saat itu adalah hal yang paling benar. Namun, jujur saja ia ingin mengubah takdir. Biar bagaimanapun Luna adalah putrinya, darah dagingnya. Tidak salah jika ia ingin hidup bersama gadis kecil itu, bukan?Langkahnya terayun pelan memasuki pintu besar bangunan kantor tempat dirinya bekerja, tujuannya adalah lift yang berada di ujung sana. Ia memang sampai di Jakarta sejak semalam dan memilih menginap di hotel ketimbang harus pulang. Dan pagi ini ia langsung datang ke kantor."Selamat pagi, Pak." Salah satu karyawan perempuan yang satu li
Read more
62. Keputusan terbaik
Handuk diletakkan secara asal, dia mengempaskan dirinya duduk di atas ranjang. Damian memang baru saja selesai membersihkan diri, meskipun jarum jam dinding sudah hampir menyentuh pukul tujuh malam. Semua tugas baru yang ia kerjakan seharian ini cukup membuatnya diserang sakit kepala sebelah.Tangannya terulur membuka laci nakas di sisi ranjang. Dari sana, Damian mengeluarkan sesuatu yang terbungkus plastik bening transparan. Itu adalah beberapa helai rambut legam milik Luna, ia sengaja mengumpulkannya ketika menyisir rambut si balita ketika di Surabaya. Ya, ia memang memiliki sebuah tujuan melakukannya.Tangannya yang bebas bergerak meraih ponsel di atas nakas, dengan lincah jari-jemari besar itu mengetikkan sebuah nama di kolom pencarian kontak ponselnya sebelum meletakkan alat komunikasi itu di depan telinga."Halo, kapan kau ada waktu?" ia berbicara pada seseorang yang ia hubungi segera setelah panggilannya diangkat."Saya selalu ada waktu jika itu untuk Anda, Tuan Damian." Suara
Read more
63. Proof
"Hal kedua yang perlu kita lakukan adalah merekrut karyawan baru untuk cabang baru. Kita harus memiliki tim karyawan yang mau dan mampu bekerja keras." Sebagai pimpinan tertinggi, Damian kembali berbicara dengan berwibawa dalam rapat yang ia pimpin siang ini. Rencana yang sudah digadang-gadang sejak dulu, yakni memperluas cabang perusahaan ke negara lainnya."Saya akan mulai mencari kandidat yang memenuhi kriteria perusahaan. Dan kami akan memastikan bahwa kita akan memiliki tim karyawan yang tangguh." Seorang Manajer Human Resource menimpali dari tempat duduknya.Dan Damian tampak mengangguk puas. "Bagus sekali. Hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan anggaran untuk cabang baru. Kita harus memastikan bahwa kita memiliki cukup dana untuk menutupi semua pengeluaran.""Saya akan memulai menghitung anggaran sesegera mungkin." Kini giliran Seorang Manajer keuangan yang menyahuti, seorang pria paruh baya yang masih tampak cekatan dalam bekerja meskipun rambutnya yang semula
Read more
64. Bertemu lagi
"Nah, kita sudah sampai!" kalimat itu teralun dari mulut Aksa saat dirinya dan Evelyn beserta Luna sudah menginjak pelataran Supermarket terbesar di ibu kota.Setelah pertemuan keluarga yang berakhir bertunangan secara resmi malam itu di Surabaya, Evelyn memang segera kembali ke Jakarta keesokan harinya. Ia sengaja mengajak Luna, kebetulan sekolah Taman kanak-kanak tempat gadis kecil itu belajar sedang libur cukup panjang.Dan di sinilah mereka sekarang, hendak menghabiskan waktu bersama Luna, sebab gadis kecil itu terus merengek mengajak jalan-jalan."Woah ... besar sekali! Kak, apakah di dalam sana ada wahana permainan?" Luna menatap penuh harap pada kedua mata hitam Aksa, mata biru nan lebar itu berbinar-binar. "Tentu saja ada, Sayang." Dan sapuan tangan besar itu di atas kepala Luna, membuat gadis kecil itu memekik kegirangan."Yeayy~ ayo, kita harus masuk sekarang! Luna mau bermain di kolam bola seperti saat bersama Kak Damian!"Sontak kernyit halus tercipta di dahi Aksa kala me
Read more
65. She's my daughter
"Wah, ternyata Luna sudah pandai menyuap makanannya sendiri, ya? Menggemaskan sekali!" Kiara memekik gemas saat melihat tangan mungil Luna dengan lihai menyuapkan makan siang ke dalam mulut dengan rapi dan tenang. Ini bukanlah basa-basi, tak ada seorang pun yang tak merasa gemas pada balita itu. Ya, mereka berlima akhirnya makan siang bersama, di kafe yang menjadi pilihan Aksa dan Evelyn. "Dia memang sudah mandiri sejak masih berumur tiga tahun, Kiara." Evelyn menjawabnya disela suapannya ke dalam mulut. Ia makan dengan anggun tanpa berantakan sedikit pun. "Oh, begitu." Kiara mengangguk-angguk, lalu tersenyum menggoda ke arah pasangan di depannya. "Dari jauh, kukira kalian pasangan muda dengan satu orang anak, loh. Kalian sangat serasi." "Benarkah? Wah, aku senang sekali mendengarnya. Yah, tidak lama lagi dugaanmu itu memang akan menjadi kebenaran, Kiara." Aksa yang kali ini bicara, bahkan pria itu sampai harus berhenti menyuap makanan. Ia menjadi sangat tertarik dengan topik pembi
Read more
66. Muak!
"Baiklah, sampai bertemu besok di restoran, Eve. Seseorang sudah menunggumu di sana." Ina mengedikkan kepala, menunjuk seseorang yang berdiri di sisi mobil hitam, tepat di sebelah kanan gerbang universitas tempat mereka belajar. Gadis itu terkekeh merdu sebelum melambaikan tangannya, berbelok ke sebelah kiri, berlawanan arah dengan posisi si pria bertubuh menjulang tinggi itu.Dengan spontan Evelyn menoleh pada arah yang ditunjuk oleh Ina, seketika kedua mata indahnya membeliak saat menemukan satu presensi tak asing. Seorang pria yang sedang ia hindari. "Damian?" secara refleks Evelyn menyebut nama si pria, begitu lirih. Karena ingin menghindar, ia memilih untuk membelokkan langkah dan pura-pura tak melihatnya.Namun, bukan Damian jika dirinya mudah dikelabui. Melihat gelagat Evelyn, pria itu segera bergerak dari tempatnya, kemudian melangkah mendekati posisi wanita itu dengan cepat. "Tunggu, Eve. Kau kira kau akan ke mana?" dan tentu saja Damian berhasil mencekal pergelangan tangan
Read more
67. Shit!
Langkah kaki panjang itu tampak gontai kala memasuki hunian mewah tempat dirinya tinggal. Wajah tampan itu tak lagi cerah ceria, ia kehilangan cahayanya akhir-akhir ini. Perasaan Damian sedang kacau sekarang, terlebih saat ia kembali mengingat bahwa dirinya gagal membuat Evelyn membatalkan rencana pernikahannya, pun meninggalkan calon suaminya, seperti apa yang ia lakukan pada Kiara."Masih memiliki muka untuk pulang ternyata."Suara dingin yang baru saja terdengar sukses memaku langkah kaki bersepatu pantofel si pria keturunan Jerman. Damian berhenti lalu menoleh ke asal suara, ada Benedict yang duduk di sofa, baru saja mengempaskan sebuah majalah di atas meja kaca dengan kasar. Apakah sesuatu telah terjadi?"Apa maksudmu?""Bukankah harusnya aku yang bertanya begitu?" Benedict, sang ayah justru kembali bertanya. Dari raut wajah yang ayahnya tampakkan, Damian bisa membaca kekesalan yang menumpuk di sana. Dan hal itu cukup membuat Damian malas untuk menanggapinya, terlebih dengan sua
Read more
68. Teror
Menghabiskan waktu bersama merupakan hal yang begitu berharga bagi sebuah keluarga, termasuk bagi Evelyn. Ruang keluarga itu diisi oleh semua anggota keluarga yang tinggal serumah; ada Evelyn beserta si kecil Luna yang tidur berbantalkan paha wanita itu, juga Arjuna dan istrinya yang duduk bersisian seraya menikmati camilan keripik kentang.Namun, kumpul bersama hanyalah sekedar kumpul bersama. Meskipun Evelyn sebisa mungkin mencoba untuk masuk ke dalam obrolan mereka, nyatanya pikiran wanita itu justru melanglang buana pada kejadian tadi siang. Ya, pada pertemuannya dengan pria berambut pirang berdarah Jerman. Entah bagaimana, ucapan Damian terus saja berputar di kepalanya, berulang-ulang bagaikan kaset rusak.'Aku pergi, bukan untuk lari. Kita melakukan kesalahan yang sama, harusnya kita menanggungnya bersama, Eve. Aku mencintaimu.'Tanpa sadar Evelyn memejamkan erat kedua matanya, menahan gejolak sesak yang perlahan seakan meremas dadanya. Sudah terlambat. Takdir memang tak pernah
Read more
69. Half-hearted
Suara ketukan di pintu yang tiba-tiba terdengar membuyarkan konsentrasi Damian pada barisan kata dan angka dalam monitor laptopnya. Di balik lensa kacamata, pria itu melirik ke arah pintu ruangan. Ada siluet yang tampak pada kaca buram, sepertinya perempuan."Masuk!" Damian berucap cukup lantang, mempersilakan seseorang di depan pintunya untuk masuk ke dalam ruangannya.Dan sosok itu ternyata Sasmitha, wanita yang melahirkan pria itu ke dunia. Meskipun cukup terkejut, namun Damian tetap berusaha bersikap sewajarnya."Mama datang membawakanmu makan siang, Sayang." Wajah yang masih cantik nan elok dipandang itu menciptakan senyuman ceria saat melangkah masuk mendekati sang putra.Sedangkan Damian hanya menaikkan salah satu sudut bibirnya sebelum kembali menjatuhkan atensi pada layar monitor yang menyala, seakan mengabaikan kehadiran ibunya. "Tumben sekali.""Mama hanya merasa khawatir, anak lelaki Mama satu-satunya tidak pulang ke rumah." Saat mengatakannya, Sasmitha sudah berdiri di de
Read more
70. Permintaan
Kiara berdiri di depan gerbang tinggi itu, dengan syal yang melilit di leher guna melawan hawa dingin. Ada bimbang bercampur pedih pada raut wajah pasinya ketika menatap sepasang ibu dan anak yang tampak tersenyum bahagia di dalam sana. Mereka sedang menyiram bunga di taman kecil di depan hunian nan megah. Mereka ... Evelyn dan Luna.Ya, Kiara memang sengaja mendatangi Evelyn. Ia ingin meminta tolong pada wanita yang dicintai mantan calon suaminya. Sungguh, ia tak terpikirkan nama lain selain wanita itu. Pikirannya buntu, seiring tubuhnya yang melemah akibat patah hati yang ia rasa. Ia sakit dan tubuhnya semakin kurus karena tak berselera makan.Berbekal dengan ingatan ketika beberapa waktu lalu ia sempat membuntuti Damian saat pria itu mengantarkan Evelyn pulang dari kampus, ia datang ke alamat di mana si wanita tinggal. Dan di sinilah ia, berdiri mematung seraya mengumpulkan keyakinan untuk membunyikan lonceng yang di pasang di sisi gerbang, sebab pos satpam di sana tampak kosong."
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status