Lahat ng Kabanata ng Putri Rahasia Tuan Damian: Kabanata 41 - Kabanata 50
77 Kabanata
41. Worry
"Aku tidak menyangka bahwa Luna begitu dekat dengan Damian."Evelyn sejenak menghentikan gerakannya setelah menyelimuti Luna. Kepala berambut panjang yang kini digelung asal itu menoleh ke arah si pria. "Aku pun tidak menduganya, Aksa.""Sudah berapa kali mereka bertemu?" di kursi yang ia duduki, Aksa kembali bertanya. Ponsel yang beberapa waktu lalu ia mainkan, kini ia simpan di saku celana."Baru sekali, saat kau bertugas ke Kalimantan waktu itu." Evelyn menjawab apa adanya. Merasa Luna sudah cukup lelap, wanita itu memutus jarak pada si pria bermata sipit lalu mendudukkan diri pada kursi di sisinya."Sulit dipercaya, ya? Mereka terlihat seperti sudah sering berjumpa. Luna terlihat sangat bahagia saat melihat wajah Damian tadi. Apakah hal seperti itu bisa terjadi hanya karena kakaknya bersahabat dengan dia?"Tubuh Evelyn terkaku selama beberapa saat. Ia pun tidak bisa menampik jika dirinya mampu melihat binar ceria di wajah Luna saat melakukan panggilan video bersama Damian. Jujur s
Magbasa pa
42. Ketika mereka tahu
Hari masih pagi, namun pria itu sudah tampak termenung di depan layar monitor laptop di dalam kamarnya. Layar datar itu menyala, binarnya menyinari wajah tampan dengan tatapan kosong. Email yang baru saja masuk sudah terbuka, namun pikirannya tidak tertuju ke situ.Ia justru kembali teringat ucapan Kiara.'Dibandingkan kakak beradik, dia justru lebih terlihat seperti ibu dan anak.'Kalimat itu kembali berputar di kepalanya, membuat kernyit di dahi pria itu semakin dalam. "Entah kenapa aku memiliki sebuah firasat." Damian berucap dengan menyatukan tangan di bawah dagu, memikirkan segala sesuatu yang barangkali sudah terjadi tanpa ia ketahui dalam pikiran. "Jika memang sebenarnya Eve adalah ibu dari Luna, maka hanya ada satu kemungkinan siapa ayah dari anak itu," lanjutnya.Ingatannya mundur ke belakang, pada kedekatan dirinya dengan Evelyn yang di luar ambang batas. Ada getaran aneh saat bayangan kegiatan intim mereka muncul dalam kepalanya. Namun, sedetik kemudian ia menggeleng."Tap
Magbasa pa
43. Fire in my chest
Senyum itu seakan tak mau pudar menghiasi wajah Aksa, ia sedang sangat bahagia. Pria bermata sipit dan berkulit putih itu duduk pada kursi yang biasa Arjuna duduki, pekerjaannya kali ini adalah menggantikan posisi Sang bos yang saat ini sedang tidak berada di tempatnya. "Eve sedang apa, ya?" pulpen di tangan kanan ia main-mainkan di atas meja. Dan selanjutnya ia terkekeh renyah seorang diri. "Astaga ... baru saja sehari tak berjumpa, aku sudah merasa rindu begini."Satu hela napas terembus dari celah bibir merah kecokelatannya. Meski gelaknya telah usai, namun tak mampu menghapus senyuman yang masih setia bertahan di sana kala kembali menarik ulang memori kemarin, saat ia berada di Surabaya."Keluarga Eve sangat hangat menyambutku. Aku yakin mereka akan merasa senang andaikan mereka tahu bahwa aku adalah kekasihnya. Sebagai calon menantu, diriku tidak jelek-jelek amat, bukan?"Lagi-lagi tawa renyah lolos dari mulut si pria."Ya, ya! Pasti mereka merasa bangga bisa memiliki menantu se
Magbasa pa
44. Terlalu mendadak
Akhir pekan kembali datang, waktunya untuk beristirahat setelah enam hari aktif bekerja. Jika beberapa pasangan kekasih akan memilih untuk pergi bersama demi menghabiskan waktu berdua, maka apa yang dialami Evelyn sedikit berbeda. Hari minggu merupakan jadwalnya berangkat menuntut ilmu di universitas. Lagipula, berkencan adalah sesuatu yang tidak begitu penting untuk dilakukan. Bahkan dirinya akan lebih memilih untuk mendekam di rumah kemudian tidur seharian andaikan ia memiliki banyak waktu luang di hari libur begini.Evelyn berjalan beriringan bersama Ina, keluar dari ruang kelas. Ia sudah kembali ke Jakarta sejak semalam. Ia memang menunggu hingga kondisi Luna benar-benar pulih terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk kembali menjalani kehidupan di ibu kota."Bagaimana jika nanti malam kita menonton film bersama? Ada sebuah film horor terbaru, tapi aku takut menonton sendirian. Mumpung libur bekerja." Ina membuka percakapan saat kedua kaki mereka menuruni undakan, kemudian menapak
Magbasa pa
45. Undefined feeling
Deru halus napas itu seakan membelai pipi. Damian memejamkan mata, mencoba meresapi setiap sentuhan lembut bibir tipis yang bersentuhan langsung dengan bibirnya. Tangannya mendarat di pinggang ramping si wanita, sedikit memberikan tekanan ketika menelaah perasaannya.Dan saat tangan-tangan berjari lentik itu terasa meremas kemeja di bagian dada, Damian membuka mata demi menatap wajah jelita yang begitu dekat dengan wajahnya.'Eve?'Pria itu mengernyit lalu menggelengkan kepala. Ia jelas-jelas mengingat bahwa yang sedang ia cium adalah Kiara, lalu kenapa justru wajah Evelyn-lah yang tampak di kedua matanya?"Ada apa?" tangan wanita itu membelai kedua sisi rahangnya, menyentuh lembut rambut-rambut halus yang mulai tumbuh di sana.Dan sentuhan lembut itu menyadarkan si pria. Wajah jelita itu berubah menjadi wajah Kiara, calon istrinya. Meski sukar, Damian memaksakan tersenyum dan menunjukkan sikap seakan dirinya baik-baik saja. "Tidak apa-apa, Babe. Biarkan aku menciummu lagi." Sekon se
Magbasa pa
46. Waktu untuk berpikir
"Bagaimana hari ini? Apakah semua berjalan lancar?" pertanyaan itu teralun di sela ia mengemudikan kendaraannya membelah jalanan kota di sore itu.Yang diajak berbicara menganggukkan kepala, sejenak menoleh ke arah si pria untuk menjawab tanya. "Hampir tak ada kendala apa pun di pekerjaan."Senyum simpul itu terukir menghiasi wajah Aksa Wijaya. Ia tak kehilangan fokusnya berkendara. "Syukurlah, aku senang mendengarnya. Kuharap kau memiliki banyak waktu luang sore ini, Sayang.""Sebenarnya aku ingin ke toko buku sebentar," aku Evelyn."Baiklah, aku akan mengantarmu kalau begitu." Sekilas lirikan mata Aksa berikan sebelum kembali terfokus menatap ke depan."Ah, kalau begitu kau lurus saja, lalu belok ke kanan. Toko buku langgananku tidak begitu jauh dari sini." Evelyn memberikan arahan, sebab kebetulan toko buku yang ingin ia kunjungi memang searah jalan pulang. Sekali belokan, maka mereka akan sampai. Lalu ia menunjuk tempat tujuan. "Nah, itu dia!"Aksa menajamkan mata, menatap plang y
Magbasa pa
47. Restless
Bangun paginya kali ini diiringi rasa berdenyut di kepala. Evelyn memijat keningnya lalu duduk bersandar pada kepala ranjang. Ia benar-benar tak cukup tidur semalaman, sebab ia sedang banyak pikiran. Lamaran Aksa yang tiba-tiba adalah alasan di baliknya. Sungguh, ia masih belum bisa menjawabnya. Meskipun telah menimbang-nimbang keputusan sejak tadi malam, Evelyn masih belum mampu menentukan pilihan. Bahkan sejenak ia terpikir untuk mengatakan kejujuran perihal masa lalunya.Setelah ia menerima pesan dari Damian semalam, ia memutuskan untuk menunda menelepon orang tuanya. Mengingat Damian, secara otimatis membuat ia mengingat Luna, pun kejadian yang membuat balita cantik itu bisa terlahir ke dunia. Biar bagaimana pun, sebenarnya ia adalah seorang ibu, pergaulannya terlalu bebas di masa lalu. Sedangkan Aksa adalah pria yang baik. Ia merasa tak pantas."Kepalaku berat sekali." Ia melenguh, kian kuat memberikan pijatan di dahi. "Apakah aku masih memiliki stok obat sakit kepala?" ia menar
Magbasa pa
48. Tolak saja
Tangan kanannya tampak sesekali menyuap makan paginya dengan tenang, meskipun sebenarnya dalam hati ia sedang merasa gelisah. Tangan kirinya yang bebas berkali-kali meremat ponsel dalam genggaman. Mengambil keputusan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bagi Evelyn.Selanjutnya ia meraih gelas berisi air mineral untuk membasahi tenggorokannya, dan di detik itulah tekadnya membulat. Ia membuka ponselnya, mengetikkan kalimat dalam kolom percakapan antara dirinya dengan Aksa Wijaya. [Temui aku di Food'o Clock nanti sore, seperti biasanya. Aku ingin mengatakan sebuah kejujuran.]"Kau akan berangkat ke restoran setelah ini?"Evelyn mengangkat wajah, menatap pada seseorang yang mengajaknya berbicara. "Iya, Kak. Kenapa?""Kita berangkat bersama, ya? Kebetulan aku sedang ada urusan di sana." Arjuna berucap setelah mengelap mulutnya dengan tisu. Ia sudah menghabiskan sarapannya, piring yang semula ia gunakan telah kosong tak bersisa."Baiklah.""Kau sudah selesai, bukan? Kita berangkat seka
Magbasa pa
49. The real truth finally revealed
Menunggu kedatangan Aksa tidak pernah semenegangkan ini sebelumnya. Evelyn tak henti meremas tangannya sendiri di atas meja, mengekspresikan betapa ia sedang cemas dan gugup.Setelah berpikir panjang, ia telah memantapkan diri untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia sembunyikan pada pria yang berstatus sebagai kekasihnya itu. Ia tidak ingin ada dusta, dan pria itu berhak tahu tentang dirinya yang sesungguhnya sebelum meluruskan niat untuk mempersunting dirinya."Akhirnya kau datang, Aksa." Evelyn sedikit tersentak saat melihat pria yang ia tunggu baru saja memasuki pintu restoran. Aksa selalu saja tampak ceria, seperti biasanya. Sembari menebar senyum, pria itu semakin memutus ruang dengannya. Bahkan sejenak Evelyn merasa takut jika apa yang akan ia ungkap akan melenyapkan senyuman tampan itu."Apakah aku datang terlambat?" si pria mengambil duduk pada kursi di seberang Evelyn. Ia menyempatkan diri untuk mengacak pelan rambut hitam nan panjang yang tergerai itu."Tidak juga. Duduk
Magbasa pa
50. Rindu?
Kiara Laurencia melangkah pasti nan penuh percaya diri menuju pintu besar di ujung lorong sana, meskipun raut ayunya terbaca sendu. Tujuannya adalah ruangan milik Damian Alexander, seseorang yang akan menjadi penerus satu-satunya kantor agensi periklanan yang saat ini ia pijak.Sebenarnya wanita itu tengah menyusun kembali hatinya yang telah hancur menjadi keping-keping. Setelah melihat sang calon suami menjemput Evelyn kemarin, suasana hatinya berubah kacau. Ia merasa cemburu sekaligus curiga, sebab pria itu tampak lebih mementingkan sang sahabat ketimbang dirinya. Calon suaminya itu lebih memilih menemui Evelyn daripada menemui dirinya.Apalagi dengan penolakan Damian terhadapnya malam itu."Lupakan hal itu, Kiara!" embus berat napas Kiara terlepas seiring langkahnya terhenti. Selanjutnya ia menggeleng kencang, mencoba melupakan hal yang sukses membuat ia merasa harga dirinya jatuh ke titik paling rendah. Meskipun Damian berkata bahwa Evelyn adalah sahabatnya, namun tak menutup fa
Magbasa pa
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status