Semua Bab Putri Rahasia Tuan Damian: Bab 71 - Bab 77
77 Bab
71. Accepting fate
[Bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu.]Pesan itu masuk beberapa menit yang lalu, sukses membuat senyum tipis terukir di bibir merah kecokelatan pria itu. Dadanya bertalu tanpa tahu malu, akan bertemu dengan Evelyn membuatnya merasa begitu bahagia.Yah, meskipun ia memiliki firasat bahwa apa yang akan Evelyn bicarakan dengannya akan berakhir luka. Agaknya hanya akan ada kemustahilan jika Evelyn memberikan kesempatan untuknya.[Wanderlust Coffee Shop pukul 7 malam.]Damian segera mengirim balasan pesan. Baru saja ponsel ia letakkan di atas permukaan meja, bel apartemennya berdenting keras. Ia beranjak dari tempat duduknya, mengayunkan langkah kakinya menuju pintu. Dan ... pria itu terkejut karena ternyata sang ibu-lah yang berdiri di sana, di balik pintunya. Ada plastik besar yang dijinjing di tangan kiri. Kernyit di dahi itu tak mampu Damian sembunyikan ketika mereka saling menatap. "Untuk apa datang ke sini?""Bukankah harusnya kau berkata, 'silakan masu
Baca selengkapnya
72. Galau
Sepasang mata itu memang tertuju pada layar kaca, namun tidak dengan pikirannya. Galau, sebuah rasa yang memenuhi hati Evelyn. Wajah tampan nan frustrasi itu selalu muncul dalam pikiran, seakan tak mau hilang.'Aku akan berusaha mengikuti keinginanmu dan mendoakan pernikahanmu. Semoga kau berbahagia dengan Aksa.'Mata indah itu terpejam, kalimat yang pernah Damian ucapkan waktu itu seakan menancap di sanubari. Perih. Meskipun itu adalah keinginannya, namun ia pula yang merasakan kepedihan. Entahlah, kadang hati dan pikirannya memang tak sejalan."Jadi, bagaimana, Kak?" Pertanyaan Luna menyentak lamunan Evelyn. Wanita beranak satu itu menoleh pada balita yang duduk di sampingnya dengan raut wajah bertanya."Eh? Apa?"Sontak saja wajah menggemaskan itu berubah masam, sejenak berhenti menyuap keripik kentang ke dalam mulut. "Kakak melamun!""Maafkan Kakak. Kakak hanya sedang terpikirkan sesuatu." Evelyn mencoba fokus pada Luna, sedikit membagi senyum simpul. "Kau bilang apa tadi? Bisa k
Baca selengkapnya
73. One night with you
Hari pernikahan itu tinggal hitungan jari, tentu seluruh anggota keluarga mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk hari sakral itu, tak terkecuali sang calon mempelai wanita.Evelyn berada di dalam kamar seorang diri, sedang menata baju-bajunya untuk ia masukkan ke dalam koper besar. Ia memang akan segera pindah dari rumah Arjuna setelah ia resmi menikah nanti, untuk tinggal bersama sang suami.Namun, gerakan tangan berjari lentik itu terhenti saat ketukan di pintunya menyapa telinga. Tanpa perlu beranjak dari tempatnya, ia berucap cukup lantang pada seseorang di balik pintu kamarnya. "Masuk."Daun pintu terbuka. Adalah Karenina yang berdiri di baliknya. Wanita yang tengah berbadan dua itu tersenyum ke arahnya. "Eve, apa aku mengganggumu?""Tidak sama sekali, Kak." Evelyn membalas senyum itu. "Ada apa?""Tidak apa-apa, aku hanya sedang merasa kesepian. Paman dan Bibi melarangku membantu mereka." Karenina menjawabnya sambil memutus ruang kemudian duduk di sisi Evelyn, di tepian r
Baca selengkapnya
74. Tekat bulat
Sebuah kantong plastik kecil berwarna putih ia genggam erat di atas pangkuan, sedangkan tatapannya kosong ke sisi kaca. Ia sedang dalam perjalanan pulang dengan menaiki taksi sekarang, meninggalkan si pria diam-diam. Evelyn sengaja pergi sebelum Damian terjaga dari mimpi. Ia tidak bisa tidur semalaman, berbanding terbalik dengan si pria yang begitu nyenyak dibuai impian. Tubuhnya terasa begitu pegal, lengkap dengan mata membengkak sebab tangisan. Ia meratapi kebodohannya dalam diam. Ia merasa tak memiliki harga diri sekarang. Bagaimana mungkin dirinya dengan begitu mudah menyerahkan diri pada pria itu?! Apakah karena dirinya masih memendam cinta yang begitu besar? Sebelum perjalanan pulang, ia telah menyempatkan diri mampir ke apotek terdekat untuk membeli after sex pills. Ya, tentu saja dirinya tidak ingin jika kegiatan intim mereka semalam kembali membuahkan kehamilan. Terlebih Evelyn akan dipersunting oleh Aksa Wijaya keesokan harinya. 'Kumohon batalkan pernikahanmu, Eve. S
Baca selengkapnya
75. I'm Rahwana
Hari pernikahan itu pada akhirnya tiba. Hari yang paling tidak diinginkan oleh Damian Alexander. Pria berdarah Jerman itu telah terlihat tampan dan rapi sekarang, mengenakan sebuah Vest warna cream yang membalut kemeja putih berlengan pendek pas badan lengkap dengan celana bahan hitam; seragam Groomsmen yang diberikan oleh si pengantin pria. Rambut pirang yang ter-pomade membuat penampilannya kian sempurna, berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya.Dengan kedua tangan terselip di saku celana, pria bertubuh tegap itu mengayunkan langkah menuju sebuah ruangan di mana si pengantin pria berada. Damian akan menemui Aksa terlebih dahulu untuk memberikan sepatah-dua patah kata, sebelum ... melancarkan rencananya.Ya, pria itu memang memiliki tujuan lain selain menjadi Groomsmen di acara pernikahan wanita yang ia cintai. Meski beresiko sangat besar, namun ia tak akan mampu jika hanya berpangku tangan melihat si pemilik hati dimiliki pria lain di depan mata kepalanya sendiri. Sampai di ru
Baca selengkapnya
76. Kau gila!
Rasa berdenyut di kepala adalah sesuatu yang perlahan membuat kedua mata indah wanita itu membuka. Evelyn terbangun dengan keadaan pusing dan bingung. Ketika tangannya akan bergerak naik untuk mengurut dahi, sesuatu menahan gerakannya. Ah, Evelyn baru sadar jika kedua tangannya terikat oleh seutas tali yang terhubung pada dua tiang penyangga kelambu. Dengan posisi terlentang di atas ranjang, ia menoleh ke kanan dan kiri. Ternyata ia berada di ruangan asing, sebuah kamar mewah bercat cream. Secara refleks ia bergerak gusar dan panik, ingin melepaskan diri.Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia bisa berada di sini?"Akhirnya kau bangun juga. Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Ketika sosok si pria berambut pirang muncul dari pintu kamar, pun menyapanya dengan senyuman, ingatan wanita itu kembali seutuhnya. Damian, pria itu telah menculik dirinya di hari pernikahannya!"Kau gila!" Evelyn menyalak ketika mereka bertemu tatap. Gaun pengantin yang semula membungkus tubuhnya, kini telah b
Baca selengkapnya
77. You and Me
Mobil berwarna silver itu melaju di tengah fajar yang masih kelam. Aksa ada di dalamnya, di balik kemudi, sedang berkendara dengan tak fokus akibat dari begitu banyaknya alkohol yang ia tenggak semalam. Kemeja serta rambut yang acak-acakan dengan bau alkohol yang menyengat melengkapi betapa kacaunya si pria. Sembari mengemudi, salah satu tangannya memegang ponsel, pun fokusnya terbagi ke sana. Ia kembali mencoba menelepon Evelyn, menempelkan alat komunikasi itu di salah satu daun telinga. Satu detik, dua detik, hingga lipatan detik berlalu, namun tak ada jawaban apa pun dari seberang telepon. Lagi-lagi yang ia dapatkan hanya kecewa, nomor wanita itu tak pernah aktif lagi setelah menghilang."Sialan!" umpatan itu teralun secara spontan dengan penuh emosi nan putus asa. Akibatnya, ia tidak menyadari jika ada belokan tajam di depan sana. Ban berdecit dan Aksa refleks membanting setir ke kanan. Ah, hampir saja pria itu terjun bebas ke dalam jurang di sisi jalan. Maka, ia memilih menepik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status