Semua Bab Wanita Pemuas Untuk Presdir: Bab 31 - Bab 40
158 Bab
Tinggal di Penthouse
Jessica menganggap Rara sebagai pengganggu yang harus segera diusir padahal di sini yang sebenarnya pengganggu adalah Jessica.Tak ingin harga dirinya terus diinjak-injak oleh Jessica maupun orang tua Raymond, Rara memutuskan pergi dari rumah sang Sang Tuan."An boleh kan aku nginep di rumah kamu." Tak tahu harus ke mana akhirnya Rara pergi ke rumah Ana sahabatnya.Baik Ana maupun kedua orang tuanya menyambut Rara dengan baik, bahkan mereka mengizinkan Rara untuk tinggal di rumah mereka.Baru saja mereka selesai bercerita dan bercanda tiba-tiba seorang yang berpakaian hitam-hitam mendatangi rumah Ana, ya mereka adalah para anak buah Raymond yang datang untuk menjemput."Aku tidak ingin ikut kalian." Tolak Rara dengan tegas."Sayangnya Tuan Raymond tidak memberikan opsi itu pada anda Nona, tolong ikut kami atau kami akan membawa anda secara paksa." Lagi-lagi ancaman mereka membuat Rara menyerah."Baiklah." Ana dan kedua orang tuanya nampak khawatir namun segera Rara meyakinkan mereka
Baca selengkapnya
Pergilah Dari Hidup Raymond
Mama Raymond dan Jessica berusaha mencari tahu di mana Rara tinggal sekarang, banyaknya rumah dan apartemen yang dimiliki oleh sang anak membuat Mama Raymond bingung. "Dimana dia menyembunyikan wanita itu!" Dia begitu kesal karena tak kunjung menemukan tempat tinggal Rara yang baru. "Kita ikuti Raymond saja Tante." Ide cemerlang Jessica sarankan pada wanita paruh baya itu. Benar saja, mereka menyiapkan orang untuk mengikuti Raymond, dan setelah mendapatkan informasi kedua wanita jahat ini bertindak. Di saat Raymond belum pulang dari kantor, mereka berdua datang ke penthouse. Ketika Rara membukakan pintu dia nampak terkejut dengan kedatangan Mama Raymond dan juga Jessica. "Tuan Raymond belum pulang." Rara berharap mereka pergi setelah tahu jika Tuannya belum datang tapi Mama Raymond dan Jessica tetap masuk melewatinya yang berdiri di ambang pintu. Kedua bola mata Jessica memutar melihat kemewahan penthouse milik orang yang dijodohkan dengannya. "Enak sekali hidupmu, dipelihara
Baca selengkapnya
Mie Instan
Bell trus berbunyi, tapi Rara tak berani membukakan pintu, sesuai pesan Raymond kemarin jika Rara tidak diizinkan membuka pintu. Mama Raymond dan Jessica merasa kesal karena pintu tak kunjung dibuka hingga mereka meminta bantuan pihak manajemen apartemen untuk membantu mereka. Karena mendapatkan bantuan dari pihak manajemen akhirnya Rara membuka pintu, namun siapa sangka yang datang bukanlah cleaning service melainkan Mama Raymond dan juga Jessica. Sebelum diperbolehkan masuk, Mama Raymond dan Jessica masuk terlebih dahulu yang kemudian diikuti asistennya. "Ada apa lagi kalian datang kemari?" tanya Rara. Assiten Mama Raymond meletakkan koper yang dia bawa. "Buka." Segera asisten tersebut membuka koper, isinya penuh dengan tumpukan uang warna merah. "Alasan kamu bertahan pasti karena uang, ini ada uang satu miliar dan pergilah dari hidup Raymond!" Rara terpaku memandang Mama kekasihnya, tak disangka pandangannya terhadap dirinya serendah itu, padahal yang membuat dia bertahan
Baca selengkapnya
Rencana Busuk Jessica
Kedua pria itu terkejut terlebih Raymond, raut wajahnya berubah siapa sangka Rara akan turun dan mengetahui apa yang telah terjadi di dapur. Tak kunjung mendapatkan jawaban, dia berjalan mendekat. Melihat keadaan dapur yang kacau balau membuatnya membolakan mata selebar-lebarnya. "Tuan-tuan apa yang kalian lakukan? kenapa dapur bisa seperti kapan pecah begini." Wanita itu seakan tak percaya dengan apa yang terjadi. Beberapa waktu yang lalu, dapur masih dalam keadaan yang bersih, tapi kini sudah seperti kapal pecah. Bola mata wanita itu menyelidik, hal yang membuatnya terkejut adalah saat telur yang baru dia beli sudah habis padahal dia baru mengambil satu butir. "Telur aku!" teriaknya kemudian berjalan di samping David. Tak tau harus menjawab apa David hanya menunjukkan tangannya yang masih memegang cangkang telur. "Sebenarnya ada apa ini?" Rara kembali bertanya. Raymond mengkode David untuk diam, tapi David tetap mengatakan yang sebenarnya. "Tuan Raymond ingin makan mie insta
Baca selengkapnya
Sakit Panas
"Kembalikan ponselku!" Tubuh Raymond benar-benar memanas, tanpa sadar dia melepas satu persatu kemeja yang dia kenakan. Jessica tersenyum penuh kemenangan, setelah dia bisa mendapatkan tubuh Raymond malam ini dia akan memelihara benih yang dikeluarkan, dengan begitu Raymond akan bertanggung jawab. Tanpa ragu dia naik ke atas tubuh yang kepanasan, melihat korbannya membuat Jessica perlahan membuka penutup tubuhnya namun saat bersamaan Mama Raymond memanggilnya sehingga dia membenahi bajunya dan keluar. Saat itulah bayangan Rara muncul, membuat Raymond beranjak dan mengambil ponselnya. "David datang ke rumah secepatnya!" Dengan tubuh berat, panas dan hasrat membara Raymond berjalan turun tangga, perlahan dia telah bisa keluar dari rumah. Dia meninggalkan mobilnya dan terus berjalan menuju gerbang depan. Untung posisi David dekat rumahnya sehingga tak butuh waktu lama untuk sampai. "Anda kenapa Tuan?" tanya David yang terlihat panik. "Bawa aku ke penthouse, aku butuh Rara secepat
Baca selengkapnya
Otaknya Dimana!
"Darimana saja dirimu! ponsel nggak aktif!" Raymond terus memarahi asistennya dalam sambungan telpon. "Cepat panggilkan dokter!" Pria itu kembali marah karena dokter tak kunjung datang sedangkan tubuh kekasihnya panas kembali. "Sabar Tuan, mungkin dalam perjalanan," bujuk Rara. Mendengar ucapan sang wanita Raymond sedikit tenang dan benar saja sebuah panggilan masuk dari David. 'Tuan saya dan Dokter sudah ada di depan' Segera Raymond turun untuk membukakan pintu. "Lama sekali!" "Jangan marah dulu Tuan, tadi benar-benar macet." Dokter segera memeriksa keadaan Rara, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, istirahat dan minum obat sudah cukup meredakan demamnya. "Ini resep obatnya Tuan." Dokter menyodorkan secarik kertas pada Raymond. Dari tempat tidur, Rara turut menyahut, "Saya tidak mau minum obat." Raymond dan Dokter menoleh barengan, sehingga membuat Rara takut dan diam. Karena tugasnya sudah selesai Dokter pamit pulang, sedangkan David diperintahkan untuk menebus obat di
Baca selengkapnya
Dikirim Ke Rumah Raymond
Segera wanita itu menggeleng, dia tidak ingin dosennya dipecat gara-gara dirinya."Tuan tugas ini sudah kemarin lagipula pak Dosen juga tidak tahu jika aku sakit." Wanita itu terus merayu berharap sang Tuan berubah pikiran."Kemarin atau tidak seharusnya bisa memaklumi mahasiswa yang belum bisa mengerjakan tugas bukannya malah memberikan nilai jelek bila tidak segera dikumpulkan!" Pria itu kelihatannya tidak ingin didebat.Rara benar-benar tidak enak jika besok dosen tersebut harus dipecat dari kampus. Dia memutar otak supaya Raymond menarik ucapannya kembali.Jalan satu-satunya hanyalah sebuah pergumulan, cara yang paling efektif meredam segala bentuk emosi sang Tuan."Tuan maafkan saya, tolong pikirkan lagi jika hendak memecat dosen saya," bujuk Rara.Tangan Rara melepas satu persatu kencing piyama yang dia kenakan, hingga terlihat hal yang membuat mata Raymond terus menatapnya."Apa yang kamu lakukan?" Pria itu berusaha mengalihkan pandangannya."Saya ingin melakukan sebuah negosia
Baca selengkapnya
Tanah Peninggalan Masih Ada
Wanita itu segera mencicipi masakan yang dia sajikan atas meja makan, benar saja rasa masakannya sangat asin. "Maafkan saya Tuan." Ketakutan menyeruak masuk, Raymond pasti lapar tapi masakan yang dia buat begitu asin. Para koki memerintahkan pelayan untuk mengganti makanan yang asin, mereka tidak ingin mood sang Tuan jadi buruk. "Apa yang kamu pikirkan sehingga menyajikan makanan yang begitu asin," tanya Raymond dengan tatapan datar. Seharian mengurusi banyak pekerjaan membuatnya penat, pulang ke rumah ingin segera makan tapi makanannya tidak bisa dimakan. Di ruang makan bukan tempat untuk bercerita sehingga Rara hanya menggeleng. Selesai makan Raymond mengajak Rara pergi ke kamar, dia yang ada meeting meminta Rara untuk menyiapkan baju. "Tuan ada yang ingin saya bicarakan." Wanita itu was-was takut jika sang Tuan marah. Pandangan pria itu beralih, dia menatap wanitanya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Bicaralah!" Suaranya dingin sehingga membuat Rara ragu tapi dia harus
Baca selengkapnya
Keluar Nonton dan Jalan-Jalan
Seusai menjenguk pamannya seperti biasa Rara duduk di lobi rumah sakit sambil menunggu jemputan, saat itu dia melihat dua orang yang mungkin sepasang kekasih tengah berbicara. Rara nampak menyimak apa yang dibicarakan si pria pada si wanita. "Andaikan Tuan Raymond bisa romantis seperti pria itu," gumannya sambil tersenyum. Jemputan sudah datang, mau nggak mau Rara harus beranjak dari tempat duduknya meskipun dia masih ingin mendengarkan cara si pria menghibur si wanita. Sepanjang perjalanan pulang, Rara terus memikirkan perkataan pria tadi, bahkan dia ingin mengajak Raymond seperti apa yang pria itu katakan pada wanitanya. 'Jangan menangis, kamu akan sembuh. Nanti kalau kamu sembuh kita akan menonton, jalan -jalan dan menghabiskan waktu bersama di pantai' Begitulah yang Rara dengar dari percakapan mereka. Sekian detik setelah mobilnya parkir di halaman rumah, mobil Raymond masuk dengan diikuti mobil pengawalnya, segera Rara berdiri menyambut kedatangan sang kekasih plus tuannya.
Baca selengkapnya
Dokter Reyhan
Seusai menonton mereka berdua jalan-jalan menuju pantai, meski jarak yang ditempuh cukup jauh namun Raymond menuruti kemauan kekasihnya. "Dari sekian tempat kenapa pantai?" Pertanyaan Raymond membuat Rara menoleh menatapnya. Dari kecil Rara begitu menyukai pantai, entah mengapa setelah menatap ombak dan hamparan laut luas dia merasa tenang seolah beban dalam hidupnya berkurang. "Suara ombak memberi saya ketenangan Tuan, warna biru laut juga memberikan ketentraman pada jiwa saya," jawab Rara. "Kita berdua sama," sahut Raymond. Pria dingin itu ternyata juga menyukai pantai sama seperti Rara baginya pantai adalah tempat ternyaman ketika ada masalah. Beberapa waktu kemudian mereka telah tiba di pantai, melihat hamparan pasir membuat Rara bergegas turun dan berlari menuju bibir pantai. Akhirnya setelah sekian lama tidak mengunjungi tempat favoritnya. "Ayaaaahhh, iiiiiibuuuuu!" Dia terus memanggil kedua orang tuanya. Tanpa terasa air matanya terjatuh, matanya benar-benar perih meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status