All Chapters of Suami Brengsekku, Tidak Ingin Menceraikanku: Chapter 31 - Chapter 40
68 Chapters
Bab 31. Mabuk
Tubuh Diana membeku. Sesaat otaknya tidak dapat memproses apa yang telah dirinya lihat. Seluruh indranya berusaha menyangkal bahwa ini semua adalah mimpi buruk. Berharap dirinya hanya ketiduran di kantor saat lembur dan memimpikan ini. Namun semua kenyataan. Diana tahu ini bukanlah bunga tidur. Tas kerja yang Diana bawa terlepas dari tangannya. Diikuti dengan air mata yang tanpa permisi mengaliri pipi. Hancur. Dunia Diana telah hancur bersama perasaan cintanya. Diana merasa kecewa pernah percaya bahwa suatu hari Edwin akan berubah. Diana tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dirinya masih terdiam membeku di depan pintu sembari memandang suaminya dan Marley yang dengan segera memunguti baju mereka. Marley dapat Diana lihat dari sudut pandangnya tersenyum puas. "Diana, ini ...." Edwin bahkan tidak dapat mengucapkan pembelaannya. Karena memang apa yang sudah berada di depan Diana sudah sangat jelas. Pembelaan apapun tidak di perlukan. Air mata Diana mengalir semakin deras. Dirinya
Read more
Bab 32. Klaim
Zerkin mengamati Diana yang baru saja turun dari mobil. Wanita itu tampak santai berjalan masuk. Tanpa tahu apa yang telah menunggunya di dalam apartemen miliknya. Zerkin mengendurkan sedikit dasi yang sebelumnya terpasang rapi. Kemudian mengambil rokok dan menghisapnya santai sembari terus memandang tempat di mana terakhir kali Diana pergi. Dirinya ingin melihat apa yang akan terjadi. Pasti seru menyaksikan wanita itu menangis. Zerkin akan dengan senang hati menghiburnya. Hembusan asap putih keluar dari bibir Zerkin. Tangannya membuka jendela mobil. Berulang kali dia menghisap dan menghembuskan benda nikotin itu. Mata Zerkin menyipit ketika melihat Diana sudah keluar kembali dari apartemen miliknya sembari menangis. Zerkin tersenyum singkat. Wanita itu pasti menyaksikan apapun yang berada di dalam sana. Dirinya amati ketika Diana masuk ke dalam salah satu taksi yang terparkir. Kemudian mulai pergi. Zerkin dengan segera membuang rokok yang ia hisap, kakinya menginjak pedal gas dan
Read more
Bab 33. Perasaan Aneh
Memang keberuntungan untuk Marley. Dirinya tidak pernah merasa sangat beruntung seperti saat ini. Yaitu ketika istri dari kekasihnya, Diana, memergoki mereka yang bertubuh polos saling menindih di sofa apartemen miliknya. Marley tahu, selama dua tahun Edwin tidak pernah menyentuh Diana. Dan ketika melihat keadaan mereka sekarang, Marley bisa dengan keras mendengar suara hati Diana yang hancur dan pecah. Hingga wanita itu hanya dapat terus membeku di tempat. Tidak berteriak ataupun menjambak Marley seperti dua tahun lalu.Marley tersenyum. Keberhasilannya sudah hampir ia capai. Dan ketika mendengar Diana mengatakan, "Aku ingin kita cerai. Apapun yang kamu katakan tidak akan mampu mengubah keputusanku. Terima kasih 4 tahun ini." Marley menang. Istri dari kekasihnya itu segera berlari pergi. Edwin hendak mengejarnya. Namun Marley yang hanya memakai kemeja saja itu dengan cepat menangkap tangannya. "Tidak! Jangan kejar dia!" tahan Marley. Edwin menatap ke arahnya. Wajahnya menampilk
Read more
Bab 34. Milikku!
Dalam satu dobrakan saja, pintu di depan Edwin terbuka. Tanpa peduli dengan rasa sakit di bahunya, Edwin segera mengangkat tinju dan memukul lelaki yang telah melecehkan istrinya. "Beraninya kamu menyentuh milikku!" Tubuh Zerkin yang tidak siap menerima itu segera terjatuh ke lantai. Rasa nyeri segera menyerang rahangnya. Seketika rasa anyir memenuhi mulut.Zerkin dengan segera menatap siapa orang yang telah memukulnya. Mata mereka beradu dengan penuh kemarahan. Mata Edwin kemudian melirik pada Diana yang setengah sadar. Tubuh atasnya polos, dan lehernya penuh dengan bekas kemerahan. Melihat itu, Edwin mengambil vas bunga yang berada di samping meja dekat pintu, kemudian tanpa ragu melemparkannya ke arah Zerkin. Bunyi kaca pecah segera memenuhi kamar itu. Prang! Zerkin berguling ke kiri. Kemudian dirinya segera berdiri dengan memegangi rahangnya yang sedikit kebas. Mulut Zerkin meludahkan air liur yang berisi darah. Dia sedikit menekan rahangnya agar rasa kebas dan sakit sedikit
Read more
Bab 35. Egois
Oliver sudah bersiap untuk pergi tidur. Badannya sangat lelah karena tidak segera beristirahat setelah penerbangan panjang Belanda-Indonesia. Maka dari itu, walau waktu baru menunjukan pukul delapan, dirinya telah membersihkan diri dan berbaring nyaman di kasur. Lampu utama telah dimatikan dan diganti dengan lampu tidur yang memberi cahaya remang-remang. Tidak perlu waktu lama, mata Oliver yang tinggal satu watt sudah tertutup. Baru tidur lima menit, ponsel Oliver berbunyi. Membuat Oliver yang baru saja akan jatuh ke alam mimpi terbangun. Oliver tidak memperdulikan ponselnya yang terus saja berbunyi. Dirinya lebih memilih untuk menutup matanya kembali. Tapi sialnya, orang yang menelfon dirinya tidak menyerah begitu saja. Hingga ponsel Oliver terus menerus berbunyi. Membuat Oiver kesal karena tidak bisa tidur. Oliver segera menyambar ponsel miliknya. Dan decakan sebal segera keluar ketika melihat bahwa Zerkin yang menganggu dirinya. "Apa?!" tanya Oliver setelah memutuskan mengangkat
Read more
Bab 36. Mati Untukku
Diana tidak dapat memproses hal yang telah terjadi dengannya. Dirinya terkejut setengah mati melihat siapa yang berada di sampingnya. Suaminya, yang tidak pernah menyentuh Diana selama dua tahun dan selalu memunggungi Diana ketika tidur, kini berada di sampingnya dalam keadaan telanjang.Ada apa sebenarnya? Diana tidak mengerti dengan ini semua. Apakah dirinya baru saja 'tidur' dengan Edwin? Apakah semua itu bukan imajinasinya? Hati Diana berdebar kencang. Apakah dia harus senang dengan ini? Namun bagaimana Diana bisa senang jika dirinya sudah sangat yakin ingin menceraikan Edwin? Tidak bisa. Diana harus segera pergi dari sini. Maka dari itu Diana segera memegang erat selimutnya, kemudian hendak pergi dari kasur dan ke kamar mandi. Namun saat akan melangkah, bagian bawah Diana sangat sakit hingga Diana terjatuh. "Akh!" Diana tidak bisa menahan jeritannya. Suara Diana membuat Edwan membuka matanya. Melihat Diana yang merintih dan terduduk di lantai membuat dirinya dengan segera m
Read more
Bab 37. Hilangnya Empat Orang
Sarah panik setengah mati ketika menerima telfon dari Diana dan mengatakan dirinya di rumah sakit. Sarah kira wanita itu kecelakaan. Atau apapun hal menyeramkan lainnya. Hingga membuat Sarah yang sedang dalam perjalanan menuju perusahaan miliknya memilih segera membanting stir ke arah rumah sakit yang dimaksud Diana. "Diana!" Sarah berteriak ketika melihat wanita itu terduduk di depan UGD. Hingga saat Sarah baru saja masuk lewat pintu utama, dirinya segera menemukan Diana. Diana segera menoleh ke arah Sarah. Wanita itu berpakaian acak-acakan serta terdapat bercak darah di kemeja yang dirinya pakai. "Diana, kamu baik-baik saja?!" tanya Sarah khawatir. Diana berdiri dari duduknya. Kemudian menghampiri Sarah dan memeluk wanita itu erat. Diana tidak kuat menahan tangisannya. Sarah yang awalnya ingin bertanya tentang apa yang terjadi mengurungkan niatnya dan mengajak Diana duduk dengan dirinya yang mengelus punggung Diana lembut. "Sa-sarah ...," suara Diana bergetar ketika memanggilny
Read more
Bab 38. Kesempatan Kedua
"Aku akan beli makan dahulu," pamit Sarah kepada Diana. Diana hanya mengangguk sembari terus terduduk di samping ranjang Edwin. Menemani suaminya yang masih belum sadar setelah melakukan operasi. Diana sedikit bernafas lega ketika mengetahui bahwa pisau itu tidak mengenai bagian yang fatal. Sekarang dia sendirian di ruangan tempat di mana Edwin dirawat. Terdiam dan menatap wajah Edwin yang tertidur tenang. Dirinya sangat khawatir hingga hampir saja lupa untuk memberitahu kantor mereka bahwa mereka tidak berangkat. Untung saja Sarah sudah mengatasi segalanya. Sekarang Diana hanya perlu menunggu hingga Edwin sadar.Mengamati wajah Edwin membuat Diana bernostalgia tentang masa kuliah. Empat tahun mereka bersama. Kemudian berakhir dengan Edwin yang melamar Diana. Tidak Diana sadari, bahwa itu sudah bertahun-tahun lalu. Dan Diana juga tidak menyangka, bahwa pernikahan mereka tidak seindah yang Diana bayangkan. "Diana." Diana yang melamun tersentak mendengar namanya di panggil. Segera d
Read more
Bab 39. Hari Buruk Marley
"AKHHH SIAL!" Marley berteriak sekuat tenaga sembari melempar ponselnya. Berulang kali dirinya menghubungi Edwin namun tidak pernah ada balasan. Hingga kemudian nomor Edwin tidak dapat dihubungi lagi. Apakah Edwin memblokirnya?! Marley menatap bayangan dirinya yang berada di cermin. Kemudian tangan Marley menyentuh lehernya sendiri. Sial, bekas tangan Edwin masih tercetak sangat jelas. Marley sampai mengambil cuti karena dirinya bingung dengan apa harus menutupi ini. Lagipula, mentalnya juga sedikit terguncang. Kaki Marley berjalan menjauh dari cermin kemudian menghampiri ponsel yang tadi dirinya banting. Dengan sebal ia duduk di kasur miliknya. Kemudian mencari nomor Via. >> Bilang ke Mas Edwin aku mencarinya. Tidak lama dari itu, ponselnya berdering. Dan segera Marley membuka pesan yang dirinya dapatkan dari Via. >> Maaf Marley. Mr. Edwin tidak berangkat. Marley mengerutkan kening bingung. >> Hah, kenapa?! Via membalas dengan cepat. >> Tidak tahu. Aku kira kau berbohong me
Read more
Bab 40. Kamu Manis
Hari senin telah tiba. Sudah tiga hari Marley berusaha menghubungi Edwin. Dari jum'at, sabtu, dan minggu. Namun tidak pernah sekalipun panggilannya terjawab. Dan ketika Marley ke apartemen Edwin, masih tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Diana dan Edwin seperti hilang. Marley hanya mengambil cuti satu hari saja. Maka dari itu, sekarang dirinya sudah mulai bekerja. Sepanjang perjalanan menuju devisi, masih terdengar bisikan yang membuat kepala Marley terasa panas. Sebelum menuju meja miliknya, Marley membelokkan langkah menuju ruang kerja milik Edwin. Namun saat sampai, pintu masih tertutup. Membuat Marley berdecak sebal. Apakah Edwin masih mengambil cuti? "Nyari Mr. Edwin, Ley?" Suara seseorang membuat Marley menoleh. Kemudian dirinya menemukan Andrew. HRD itu tampak lesu dengan segepok dokumen yang berada di kedua tangannya. Marley meringgis melihat tampilannya. Tampak lusuh sekali, batin Marley "Iyaa," balas Marley. Matanya masih menatap dari atas sampai bawah tubuh Andre
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status