All Chapters of Hidup Bersama Yang Tak Terduga!: Chapter 101 - Chapter 110
131 Chapters
Bab 101 - Kebohongan
Apa yang kulihat di dalam rumah panggung milik ayah mertuaku tadi bukan hanya membuatku benar-benar kaget, tapi juga hampir tidak memercayainya.Awalnya aku mengira jika foto wanita itu hanya mirip dengan seseorang yang kukenal. Namun setelah membaca nama di bagian bawah foto, wanita itu bukan hanya mirip tapi dia adalah orang yang sama dengan wanita yang sudah kukenal selama 24 tahun ini, yang tak lain adalah Camila.Tawa getir tanpa sadar terlontar dari mulutku saat aku memperhatikan foto berukuran raksasa Camila yang tampak sangat bahagia dalam senyumnya yang menawan di foto itu. Benakku pun seakan ikut mengejekku bersama dengan tawa Robi Mochtar yang juga kembali terngiang-ngiang meracuni pikiranku.Saat kutanya, Sofi memang sudah mengkonfirmasi jika pria yang berada di samping Camila dalam foto pengantin itu adalah benar ayah mertuaku, ayah kandung Steven. Tapi saat aku menanyakan mengenai si wanita dalam foto, sayangnya Sofi dan Lintang juga tidak pernah bertemu dengan ibu mertua
Read more
Bab 102 - Rumah Persembunyian
“Tidak usah terlalu terkejut seperti itu. Duduklah,” ucapku sembari mengarahkan tangan pada kursi tua yang berada di belakangnya sementara aku sendiri mengambil tempat duduk yang berseberangan.Setelah menatapku agak lama dengan mata yang masih terbuka lebar, ia pun duduk dan diam sambil masih menatap tajam padaku beberapa saat lagi sebelum akhirnya berbicara dengan setengah mengumpat, “Jadi kau yang telah melakukan ini padaku?! Apa karena permintaan istrimu?!”“Anda benar untuk bagian pertama. Tapi saya melakukan ini bukan karena permintaan istri saya, tapi karena keinginan untuk melindungi istri saya.”“Anak tidak tahu diri!” umpatnya, yang akhirnya tahu kenapa orang-orangku datang menyergapnya di rumah persembunyian yang aku tahu sudah disediakan Robi Mochtar baginya.Ia kemudian berdiri, menatap marah padaku. “Kau bilang ingin melindungi istrimu? Berani-beraninya kau melakukan hal ini pada ibu mertuamu!”Walau dia tidak berani beranjak dari tempatnya, mungkin trauma pada apa yang s
Read more
Bab 103 - Kebenaran Yang Terungkap
“Bagaimana kabar ayahmu? Apa dia sekarang hidup bahagia?” Camila akhirnya berbicara kembali setelah duduk diam dalam lamunannya di sebelahku selama hampir satu jam.Aku melirik padanya, melihat kesedihan yang masih terpancar jelas dari kedua matanya seakan ada kerinduan yang terpendam di sana. Awalnya kukira ia sedang bermain sandiwara seperti biasanya —aku sering mendengarnya dari Keysa— namun apa yang kulihat dan kurasakan ini sangat berbeda. Aku tidak menyangka jika dia bisa benar-benar terlihat sangat sedih seperti ini.“Sebelum saya menjawabnya, bolehkah saya tahu kenapa Anda meninggalkan ayah saya?”Camila menoleh, menatapku, sebelum akhirnya berpaling lagi dan menatap ke luar jendela. “Dia mengatakan kalau aku meninggalkannya?”“Anda tidak perlu mengarang cerita lagi, apalagi jika mengatakan ayah sayalah yang meninggalkan Anda. Saya hanya ingin memastikannya, mendengar langsung dari mulut Anda sendiri karena saya sudah tahu kalau Anda melarikan diri darinya bersama anak Anda. Ap
Read more
Bab 104 - Langkah Selanjutnya
♡Keysa Andini♡“Jadi tidak ada satupun dari kalian yang tahu tentang Camila?” keluhku, sembari menatap beberapa orang di hadapanku. Di antara mereka ada Jason, Bu Ros sebagai kepala pelayan, Pak Jan yang merupakan kepala pemeliharaan taman dan bangunan, Pak Jaya yang bertanggung jawab pada kebersihan, Lintang yang merupakan kepala keamanan, dan tentu ada Sofi yang merupakan penanggung jawab dari mereka semua.Tidak mendapatkan jawaban dari rasa penasaranku, aku kembali menghubungi Steven —yang baru saja ku ketahui dari Jason jika ia sekarang sedang berada di Jakarta—, namun panggilanku lagi-lagi terhubung ke kotak suara ponselnya.‘Dia bahkan mematikan ponselnya. Apa dia takut kalau pesan yang kukirim selama berada di hutan sana masuk padanya? Tsk, dia takut jika aku berpikir bahwa dia tidak sedang berada di hutan? Ya… ya… ya… ralat, dia memang tidak di hutan sekarang! Oh… apa dia sedang bermain rahasia seperti kisah para suami yang seringkali kudengar?’“Dia sebenarnya ke mana sih? Ma
Read more
Bab 105 - Situasi Genting
Setibanya di Jakarta aku meminta Anto, yang mengemudikan mobil kami, untuk membawa kami pergi ke rumah ayahku. Setelah tidak mendapatkan penjelasan apa pun dari Jason, aku teringat pada Nina yang mungkin saja tahu sesuatu. Jika dugaanku benar maka—“Ada apa?” tanyaku saat mobil yang dikemudikan Anto perlahan menepi setelah mendapat perintah dari Lintang, membuatku merasa tidak enak hati. Padahal hanya tinggal berbelok saja kami akan tiba di halaman rumah ayahku.“Nyonya, tolong menunduk,” pinta Sofi yang kemudian dengan gelisah memperhatikan keadaan di sekeliling mobil yang kami kendarai.“Ya? Apa yang— Astaga!” Aku langsung memalingkan wajah saat melihat ada seseorang tergeletak di depan gerbang dengan bersimbah darah. “Apa yang terjadi? Apa ada keributan?” tanyaku panik sembari menyusutkan posisi dudukku, tidak menuruti apa yang Sofi katakan.Pemandangan itu memang membuatku langsung gemetar ketakutan, tapi aku penasaran juga dengan apa yang sedang terjadi hingga aku merasa harus mel
Read more
Bab 106 - Antara Terkaan Dan Fakta
“Sofi, bisa kau beritahu apa yang Steven dan Nina bicarakan malam itu? Kau tahu kalau ini darurat, kan? Kau tidak bisa merahasiakannya lagi dariku,” pintaku pada Sofi setelah sambungan telepon antara aku dan Steven berakhir.Setelah melihat dirinya seperti memaksa senyum, Sofi menghela napas sebelum menjawab pertanyaanku, “Sebenarnya kami tidak tahu apa yang Tuan dan Nina bicarakan, Nyonya. Kami hanya diminta menjaga rahasia dari Anda. Tuan meminta kami untuk tidak memberitahu Anda jika Tuan dan Nina malam itu meminta kami meninggalkan mereka agar dapat berbicara berdua saja.”“Apa?!”“...”“Ah..., dia mungkin tidak ingin aku salah sangka dan cemburu?”“Ya. Nyonya.”“Berarti dugaanku mungkin benar. Bagaimana menurutmu, Sofi?”Sofi mengangguk sebelum menjawab, “Saya juga berpikir seperti yang Anda pikirkan.”“Haaahhh…” Aku menghela napas panjang setelah meyakini apa yang sudah kupikirkan selama dalam perjalanan dari Kalimantan ke Jakarta.“Kemungkinan besar memang seperti itu, kan?”Aku
Read more
Bab 107 - Otak Penculikan
“Kau terluka? Siapa yang melakukannya?” Tanya Steven sambil memperhatikan salah satu kakiku.“Bukan siapa-siapa, aku hanya terjatuh. Aku baik-baik saja, ini sudah diobati kok.”Steven sepertinya tidak senang melihat kakiku yang dibaluti perban. Dia langsung berpaling menatap Lintang seperti hendak memarahinya, membuatku akhirnya berbicara kembali untuk mencegahnya, “Alam yang melakukannya. Ada badai besar di hutan sana dan aku terpeleset saat berlari. Kalau mau marah, marahlah pada alam.”“...”“...”“...Be-begitu…”Agak kesal dengan tanggapannya, aku berpaling dan melihat Sofi sedang berusaha menahan tawa. Aku pun berkedip padanya.Setelah melepas rindu dengan pelukan yang sangat singkat itu, Steven membimbingku masuk ke dalam rumah dan mengajakku duduk di ruang keluarga —tempat aku dan Nina bercengkrama saat terakhir kali kami bertemu seminggu yang lalu.Steven meminta maaf lagi padaku sebelum menjelaskan ke mana ia pergi selama beberapa hari terakhir. Ternyata ia sengaja melakukanny
Read more
Bab 108 - Lokasi Keberadaan Nina
“Walau begitu tetap saja Nina dalam bahaya, kan?”“Tidak juga. Sebenarnya aku sudah tahu kalau suatu saat dia pasti akan menculik salah satu di antara kau atau Nina.”“A-apa?!”“Maafkan aku. Tapi memang begitulah keadaannya.”“Kenapa kau baru memberitahuku?” Aku langsung menoleh ke arah Sofi setelah mengajukan pertanyaan pada Steven.“Sofi tidak tahu. Aku merahasiakannya dari siapa pun kecuali dari Jason yang diam-diam membantuku untuk menyelidiki mereka dengan peralatan canggih milik tentara bayarannya.”“Astaga. Jadi kau tahu jika aku dan Nina akan berada dalam bahaya?”“Maafkan aku…”Aku tidak menanggapi lagi permintaan maafnya. Ingin rasanya aku marah saat mengetahui jika dia tahu bahwa aku dan Nina akan dalam bahaya. Tapi setelah memikirkan apa penyebabnya, aku mulai bisa memaklumi pemikirannya. Untungnya aku masih diam tidak langsung menanggapi dengan kemarahan, tidak seperti kebanyakan orang yang ku kenal, mengumpat terlebih dulu lalu menyesal kemudian. Ada gunanya juga kebiasaa
Read more
Bab 109 - Memulai Rencana
“Biarkan aku ikut,” kataku lagi, saat tidak ada seorangpun dari mereka yang merespon permintaanku sebelumnya.Setelah itu barulah mereka menatapku dengan hampir bersamaan —aku juga mendengar helaan napas pelan dari mereka semua seakan sudah bisa menebak jika aku akan mengatakan apa yang baru saja kuucapkan.Sofi, Lintang, dan Cakra kemudian menoleh ke arah Steven seakan menanti keputusan apa yang akan tuannya ambil.‘Saat sedang mengatur strategi tadi, mereka kan tidak membahas akan mengantarkanku ke mana. Tidak mungkin aku tinggal di sini, kan? Bukankah akan lebih baik jika aku ikut?’Bukan maksudku ingin ikut langsung ke garis terdepan, tengah, ataupun di belakang mereka, aku hanya ingin berada di garis yang benar-benar terbelakang. Maksudku berada di paling belakang. Yah… itu hanya menurutku sih karena aku juga tidak tahu apa memang ada istilah seperti itu, tapi apapun istilahnya, yang ku maksud adalah di titik terjauhnya, itu saja.Lagian aku kan tidak seberani itu juga, makanya ak
Read more
Bab 110 - Menyusup Ke Sarang Musuh
“Bukankah kau terlalu mencolok dengan pakaian itu?” Aku menggerakkan kepala menunjuk ke arah pakaian pantai yang dikenakan pria berkacamata itu sebelum duduk di sebelahnya.“Oh ayolah, ini kemeja keberuntunganku,” Jacob tertawa menanggapi komentarku.Jacob adalah orang kepercayaan Jason, juga sahabat baiknya sejak kecil. Jason sengaja mengirimnya karena kebetulan sedang berposisi dekat dengan kota ini —karena Jason masih berada di mansionku jadi dia hanya memantau segalanya dari sana.“Ternyata kau masih ingat minuman kesukaanku, kau manis sekali,” ledek Jacob sebelum akhirnya tertawa dan menegak minumannya hingga tersisa setengah botol.Aku mendengar suara tawa terbahak di telingaku —siapa lagi kalau bukan Jason. Andai dia sekarang ada di depanku, aku ingin sekali memukulnya karena sudah mengejekku seakan aku sedang berkencan dengan Jacob.Memahami arti tawa Jason —yang juga didengarnya dari earphone— Jacob kembali tertawa sembari memukulkan botol minumannya pada botol yang ada di tan
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status