Hidup Bersama Yang Tak Terduga!

Hidup Bersama Yang Tak Terduga!

By:  MeowMoe  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
58 ratings
131Chapters
29.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tidak menyukai dinikahkan paksa oleh ibu tirinya dengan pria desa yang tidak memiliki masa depan jelas, Keysa Andini justru merasakan hal baru yang tidak diduganya sejak ia dan Steven, suaminya yang berusia lebih muda, mulai tinggal bersama. Keysa yang bermaksud ingin segera menceraikan Steven, mulai merasakan kenyamanan dalam kehidupan bersama yang mereka lalui hingga mengganggu pendirian awalnya itu. Selain menemukan banyak hal menarik dari pria itu, Keysa juga mendapat kejutan besar tak terduga yang nantinya akan mengubah masa depannya.

View More
Hidup Bersama Yang Tak Terduga! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Yolanda N Tari
bagus sekali ceritanya kk othor. suka novelnya
2024-06-06 17:05:07
4
default avatar
DRajasa
telat nemu novel ini. rame ceritanya
2024-06-01 10:38:13
6
user avatar
Aditya Wicaksono
jadi baca ulang karena ganti cover. sambil nunggu update novel lo yg satunya thor
2024-05-31 12:05:52
6
user avatar
Bimo Nurhadi
seru novelnya
2024-05-31 10:20:08
2
user avatar
MeowMoe
proses edit sudah selesai dan sudah di acc semua sama editor (ty my editor) selamat membaca... <3
2024-05-30 12:21:48
4
user avatar
Hi5
Novel ini lg dalam tahap pengeditan... Bab 4, 5, 6, 7 dan 75 masih nunggu acc dr editorku ya. Jadi bab2 itu belum nyambung dgn cerita sebelum dan sesudahnya.
2024-05-29 17:53:46
2
default avatar
maia yurika
cerita yang sangat bagus
2024-05-22 09:43:19
4
user avatar
lucakuca
bagus sekali
2024-04-11 18:10:40
4
user avatar
Calisa
memuaskan tamatnya. ceritanya juga seru. di tunggu karya2 barunya thor
2024-03-31 18:26:23
7
user avatar
sindak konde
seru novelnya gak bertele tele
2024-03-25 17:29:19
8
user avatar
annisa fuadzah
Jadi penasaran sama ceritanya
2024-03-15 23:33:48
11
user avatar
merpati cinta
bagus jalan ceritanya ga mutar2 dan ga bertele2
2024-03-08 20:22:39
9
user avatar
White Coffe
bagus2 novel mu thor
2024-02-17 15:08:32
10
user avatar
qwer
bagus jalan ceritanya. penulisannya juga bagus. top deh......
2024-02-10 15:33:26
12
user avatar
telecaster
novelnya bagusssssss
2024-02-10 05:02:04
14
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
131 Chapters
Bab 1 - Dijodohkan Paksa
“Ma, Keysa tidak suka pria ini. Dia terlalu muda. Lagian pekerjaannya juga tidak jelas," rengekku pada Camila, ibu tiriku.Dia memaksaku menikah dengan sembarang pria sesuai kemauannya hanya karena merasa malu pada teman-teman dan tetangga yang sering menyindirku karena aku belum menikah juga di usiaku yang sudah menginjak 36 tahun.“Sampai kapan putrimu mau hidup sendiri Jeng? Malu loh dikatain perawan tua terus sama teman-teman kita.”Kalimat sindiran itu hampir berulang kali terdengar dari Bu Imah, tetangga sebelah rumah kami.Bu Imah hanya salah satu contoh dari sekian banyak penggosip yang tak pernah lelah membicarakan kehidupanku. Masih ada Bu Devi, Bu Siti, Bu Rosa dan banyak lagi. Mereka selalu membicarakan hal yang sama berulang kali, dan pada akhirnya membuat ibu tiriku juga turut menyindirku setiap hari.Sampai pada suatu saat, teman-teman bedebahnya itu membawa foto beberapa pria, yang juga sedang mencari istri, untuk dijodohkan padaku. Totalitas sekali, bukan?Lelah mengha
Read more
Bab 2 - Hari Pernikahan
Garis takdir sering kali tidak berjalan sesuai keinginanku walau aku sudah berusaha untuk mengikuti kemana arah angin membawaku.Maksudku…, angin takdir yang dihembuskan oleh ibu tiriku.Awalnya aku tidak ingin dipaksa menikah. Aku tidak peduli pada usiaku yang sudah menginjak 36 tahun dan masih belum juga menikah. Aku memang sudah tidak berencana untuk menikah karena aku ingin hidup bebas. Untuk itulah aku menyisihkan uang gajiku yang sudah banyak dipotong sana-sini.Aku menabung sedikit demi sedikit untuk menikmatinya suatu saat nanti. Aku ingin menggunakan uang tabunganku untuk berkeliling dunia, mengunjungi tempat-tempat indah yang selama ini hanya pernah kulihat melalui Youtube.Jangankan kepikiran menikah. Aku bahkan baru pernah berpacaran 2 kali dan semuanya berakhir kurang dari 1 minggu. Luar biasa, bukan?Kekangan dan mendapat sikap posesif. Ya, bisa dibilang itulah yang membuatku tidak senang menjalin hubungan dengan pria. Bahkan dengan siapa saja yang memiliki sikap seperti
Read more
Bab 3 - Rumah Pengantin Baru
“Baru pertama kali ke Jakarta?” tanyaku, ingin membuat suasana sedikit mencair setelah seharian ini agak mengabaikannya.Steven menoleh dan tersenyum padaku.'Oh astaga, ayo bernapas Keysa... Oke baiklah, jantung? Aman…' Aku baru menyadari, selain tampan, dia memiliki senyum yang sangat memesona.“Ya, ini pertama kalinya saya datang ke Jakarta,” sahutnya sebelum kembali tersenyum, membuatku buru-buru mengalihkan mataku dari bibirnya.'Astaga, yang benar saja! Bagaimana bisa ada pria yang tersenyum semanis ini?'“Apa jalanan di Kalimantan tidak seramai ini?” tanyaku lagi seraya berusaha menjauhkan tatapan dari bibirnya.“Di kotanya cukup ramai. Tapi tidak seramai ini. Dan...,” ia mengernyitkan kedua alis sembari tersenyum aneh, “jalanannya tidak berisik,” lanjutnya.“Tidak berisik? Bukankah semua jalanan pasti akan berisik kalau sedang ramai?”“Tidak ada yang membunyikan klakson sesering ini.” Steven tersenyum kaku.“Oh...”Aku hanya bisa menanggapi dengan senyum kaku yang sama. Sepanja
Read more
Bab 4 - Temuan Yang Mengejutkan
Terlihat jelas dia agak kaget saat membuka pintu kamar mandi itu. Entah karena kamar mandinya yang hanya seukuran 1,5x2 meter atau karena ini adalah pertama kalinya dia melihat sebuah kamar mandi.Dari cerita-cerita orang tentang penduduk Kalimantan yang pernah kudengar, mereka masih mandi di sungai. Jadi kupikir dia baru kali ini melihat kamar mandi.'Hmmm... Tadi dia kan menanyakan tentang kamar mandi, jadi dia pasti punya juga di rumahnya.'Setelah Steven masuk, aku mulai menuangkan air panas ke dalam gelas dengan takaran yang lebih banyak sebelum menambahkan air dingin juga ke dalamnya. Berharap air minum itu tidak dingin setelah Steven selesai mandi.Aku kemudian membawanya ke sofa lalu meletakkan gelas tersebut di atas meja kaca di depan sofa.Tatapanku kemudian tertuju pada kantongan plastik tempatnya tadi mengambil pakaian, lalu menatap ransel besar seukuran tubuh manusia yang tentu saja tanpa tangan, kaki, dan kepala. Keduanya membuatku penasaran."Kalau pakaiannya ada di kant
Read more
Bab 5 - Tumpukan Uang
Aku mengerjap-ngerjapkan mata saat terbangun dari tidurku dan langsung melihat...“Astaga! Kau siapa?!” Aku melompat sampai ke salah satu sisi tempat tidur dan akhirnya terpojok ke dinding, menatap takut pada pria tampan berperawakan tinggi dan atletis yang sedang duduk di tepi ranjang tidurku.'Dia…'Steven...Suamiku...Senjata api...Mafia...'Astaga!'Aku terdiam membeku setelah mengingat kembali semua yang terjadi, juga mengingat apa yang sudah kutemukan di dalam ranselnya.Parahnya, aku sekarang berada di dalam kamar yang sama dengan pria yang ku duga sebagai anggota mafia.'Aku bersama seorang mafia! Bagaimana ini?!'Aku akhirnya ingat jika telah kehilangan kesadaran saat dia berlari ke arahku.“Anda tidak perlu takut. Saya bukan penjahat,” ucap Steven cepat —mungkin menyadari ketakutanku— sembari berdiri dari tepi ranjang dan mundur menjauh dariku yang sudah terpojok di dinding.“Lihat...,” dia mengangkat selembar kertas di tangan kanannya lalu menaruhnya perlahan ke atas tempa
Read more
Bab 6 - Uang Lamaran
“Dua miliar.”Aku berusaha menahan diri untuk terlihat tenang walau sebenarnya sangat kaget. Aku memang sudah terbiasa melihat uang kas di divisiku yang bahkan sampai ratusan miliar, namun hanya dalam data. Aku belum pernah melihat uang 1 miliar di depan mataku sendiri, terutama di rumahku.'Dan ini 2 miliar? Luar biasa... Jadi 2 miliar sebanyak ini toh tumpukannya?'“Jadi... Apa menjadi pengawal pribadi memang memiliki bayaran besar?” tanyaku lagi.Steven tampak ragu sebelum akhirnya mengangguk. “Lumayan,” sahutnya kemudian.“Kau yakin ini bukan uang hasil kejahatan, kan?”“Tidak. Sudah saya katakan kalau saya tidak pernah melakukan hal seperti itu.”Aku memicingkan mata, sengaja memberikan tatapan curiga padanya. “Apa kau pernah membunuh seseorang dalam tugasmu? Maksudku…, kau memiliki senjata api.” Melihatnya tampak ragu menjawab pertanyaanku, membuatku kembali merasa takut. “K-kau... Apa kau pernah melakukannya?!”Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, “Kalau pembunuhan yang d
Read more
Bab 7 - Jalan Berdua
Setelah makan kami tidak langsung pulang. Walau aku sebenarnya sangat ingin langsung pulang karena takut andai ada maling yang akan membawa harta karun berharga di brankas dan lemari pakaianku.Keinginan itu akhirnya kalah saat aku melihat Steven menatap jalanan dengan ekspresi murung di sepanjang perjalanan kami pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Entah dia merindukan kampung halamannya atau wajahnya seperti itu karena belum terbiasa dengan kota Jakarta, yang pasti aku jadi merasa kasihan padanya.Aku pun mengajaknya untuk jalan-jalan ke Mal yang berada tak jauh dari jalur jalan yang kami lewati. Kebetulan aku juga belum pernah ke Mal itu karena baru pindah ke daerah ini seminggu yang lalu.Aku bisa melihat perubahan ekspresi Steven setelahnya. Bisa dikatakan wajahnya tampak lebih ceria. Aku menebak kalau dia mungkin benar-benar merindukan kampung halamannya hingga baru kembali terlihat ceria setelah aku mengajaknya berjalan-jalan.'Kasihan, padahal dia baru dua hari di sini. Bagaim
Read more
Bab 8 - Kepergok Bawahan
Kami membeli banyak barang dengan kualitas terbaik di toko furnitur. Hampir semua barang adalah hasil rekomendasi Steven, tapi dia tetap memintaku untuk memilihnya.Dia menunjuk meja, lalu menanyakan padaku meja mana yang kusuka. Menunjuk rak dan menanyakan padaku model mana yang kusuka.Saat semua barang yang diinginkannya —tapi semuanya adalah pilihanku— sudah terbeli, aku baru sadar kalau itu adalah barang-barang yang benar-benar kami butuhkan. Steven membeli semua yang kami perlu dengan model yang kusuka.'Hmmm…'Aku menatapnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Tidak menyangka dia akan seperhatian ini pada kehidupan bersama kami yang baru dimulai kemarin.'Semua itu bernilai hampir 100 juta. Wah... Apa bekerja sebagai pengawal pribadi memang bisa menghasilkan banyak uang?'Aku mulai memikirkan kenapa aku dulu tidak memulai karir sebagai pengawal pribadi saja. Sepertinya aku akan memiliki banyak uang layaknya Steven, juga bisa memiliki senjata api.'Aku membayangkan wajah ibu tiri da
Read more
Bab 9 - Cara Aneh Mencari Pasangan
“Apa semuanya aman?” tanya Steven setelah melihatku keluar dari kamar.Aku menanggapinya dengan tawa canggung saat merasa kalau dia benar-benar peduli padaku yang selalu mengkhawatirkan uang di dalam brankas dan lemari pakaian sepanjang 'kencan' kami tadi. 'Kupikir dia ingin mengejekku.'“Sepertinya aman.”“Senang mendengarnya. Saya lupa memberitahu. Mereka akan mengantar sisa perabotannya besok,” ucap Steven lagi sambil menatap beberapa perabotan penting yang sudah di antar terlebih dahulu bersama banyak perabotan kecil yang masih tersimpan rapi di dalam kardus.Aku ikut memerhatikan barang-barang besar yang sudah tersusun rapi di tempat-tempat yang sangat pas hingga rumah kecil kami tidak terlihat sesak. 'Dia pandai memperhitungkan tata letak barang dalam ruangan sesempit ini. Lumayan juga.'Aku menoleh lagi, menatap Steven yang kini sedang membongkar kardus-kardus, mengeluarkan perabotan-perabotan kecil dari sana. Aku pun menghampiri dan membantunya.“Boleh aku bertanya?” kataku set
Read more
Bab 10 - Seperti Sebuah Ajakan Tidur Bersama
Aku berpikir sejenak ingin memantapkan hatiku —jika memang harus mengembalikan uang 2 miliar darinya.Dengan suara pelan aku berbicara lagi, “Harusnya kau tidak perlu melakukan sejauh itu. Bagaimana dengan orang tuamu? Jangan katakan kau menjual tanah orang tuamu secara diam-diam lalu melarikan diri ke kota untuk menikah dengan wanita yang tidak kau kenal,” ucapku sembari menyipitkan mata mengawasi ekspresinya.Aku rela mengembalikan uang yang dia berikan padaku kalau uang itu didapatnya dari hasil menjual tanah warisan keluarga, apalagi jika dia mendapatkannya dengan cara mencuri sertifikat milik orang tuanya. Jika aku jadi dia, aku tentu tidak akan melakukannya hanya untuk pernikahan konyol seperti ini.Aku rela melakukannya —mengembalikan uang— karena aku juga merasakan bagaimana sulitnya mempertahankan tanah dan rumah kami agar tidak dijual ibu tiriku. Aku bisa membayangkan bagaimana rasa kecewa kedua orang tuanya saat tahu jika dia melakukan hal tersebut pada mereka.Steven mengan
Read more
DMCA.com Protection Status