Semua Bab Hidup Bersama Yang Tak Terduga!: Bab 91 - Bab 100
131 Bab
Bab 91 - Kebenaran
“Anda seharusnya tahu kalau permintaan Anda agak tidak relevan, kan? Kenapa Anda masih membiarkannya bekerja jika Anda ingin istri Anda mengasuh kedua anak kalian?”Bukannya menanggapi apa yang ku katakan, Lukman malah berbicara lagi dengan nada merengek, “Saya mohon...”‘Astaga…’ Entah apa yang terjadi dalam keluarganya, aku sampai menggelengkan kepala melihat reaksinya itu. “Saya sedang terburu-buru dan maaf, saya tidak bisa membantu Anda.”“Key! Tolong aku kali ini saja,” Lukman berteriak nyaring dengan nada gelisah tepat saat aku baru membalikkan badan.Aku terkejut saat Lintang melintas di sampingku dan melihatnya menangkap leher Lukman setelahnya.“Jangan coba-coba menyentuh Nyonya kami!” gertak Lintang.Aku benar-benar kaget dan merasa agak takut, terutama setelah melihat Anto dan Robet baru saja mengembalikan senjata api mereka ke balik jas. Ingatan kejadian di pondok itu membuatku agak trauma melihat senjata api.Lintang sepertinya tahu kalau aku masih trauma. Karena itulah di
Baca selengkapnya
Bab 92 - Hadiah
Bukan hanya mereka saja, aku yang tidak memiliki salah satu di antara mobil-mobil sport mewah yang bertengger gagah itu bahkan terdiam lama dengan ekspresi terpana yang tidak bisa kukendalikan. Apalagi para wanita gila yang kini adalah pemilik dari mobil-mobil mewah ini.Setelah hampir satu menit terdiam, Bertha akhirnya berhasil membuka mulut. Sambil berjalan menghampiri mobil berwarna putih yang kini menjadi miliknya, dia mengucapkan kata “Astaga” entah sudah berapa kali.Mobil-mobil ini berjenis sama, namun dengan empat warna berbeda. Melihat warna-warna mobil ini, aku teringat saat Steven bertanya tentang warna kesukaan mereka padaku dan tidak menyangka kalau itu digunakannya sebagai referensi dalam memilih warna dari hadiah ini.‘Andai dia dulu juga bertanya padaku tentang warna kesukaanku, mungkin mobilku bukan Si Kuning, tapi Violet, hahaha. Haahhh… yang benar saja, mau warna apa pun toh aku masih belum bisa mengemudikannya.’ Walau sedikit iri dengan keempat temanku, tapi aku me
Baca selengkapnya
Bab 93 - Kedamaian Hidup
Dua bulan berlalu sejak masalah yang kualami dengan Perusahaan Azure telah diselesaikan dengan sangat baik, bahkan sekarang aku telah menjadi salah satu dari dewan direksi perusahaan tersebut. Semuanya berkat rencana yang sudah disusun dengan sangat rapi oleh Steven dan juga Sofi. Steven sebenarnya sudah membeli saham Azure dari pemegang terbesarnya sejak 5 tahun lalu, yang memang ingin dihadiahkannya padaku karena ia begitu menyukaiku. Tidak, aku bukan sedang terlalu percaya diri, tapi Steven sendiri yang mengatakan jika dia sangat menyukaiku.Omong-omong aku juga baru tahu kalau Steven sebenarnya sudah mengikuti dan mengamati ku selama 6 tahun lamanya sebelum ia menemukan iklan pencarian jodoh untukku yang Camila pasang di media sosial. Aku bahkan baru tahu kalau Steven ternyata menghadiahkan sejumlah uang pada Robi Mochtar agar niatnya untuk melamarku bisa berjalan lancar —walau aku tidak tahu berapa nominalnya karena Steven hanya menjawabku dengan gelak tawa saat aku menanyakannya.
Baca selengkapnya
Bab 94 - Konsultasi
“Pagi…,” sapaku saat melihat Steven sesaat setelah sampai di lantai satu rumah kami.“Pagi, Sweety. Tidurmu nyenyak sekali semalam, sepertinya mimpimu menyenangkan, ya?” sahut Steven setelah mengecup lembut keningku. Hal yang sama yang selalu dilakukannya setiap pagi dalam dua bulan belakangan.“Sangat menyenangkan,” kataku sembari merapatkan tubuh ke dalam dekapannya. “Apa kau memiliki kegiatan lain hari ini selain ke toserba kita? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”“Tidak ada, bisa dibilang aku masih selalu mengikuti kemanapun kau pergi,” Steven tertawa dengan suara seraknya.Yah, aku mengatakan padanya tadi malam apa yang aku lamunkan saat sedang menyantap sosis di toserba kemarin. Tentu saja aku mengatakan kalau dia seperti seorang penguntit, hahaha…“Aku ingin mengajakmu ke dokter kandungan, apa kau tidak keberatan?”“Apa kau hamil?”‘Hmm… pertanyaannya terdengar penuh harap, sepertinya dia juga menginginkan anak dariku.’“Belum…” sahutku sedikit lesu. Aku mengatakan padanya k
Baca selengkapnya
Bab 95 - Mengunjungi Nina
Steven menggandeng tanganku dan mengajakku kembali pulang ke rumah mewah kami, oh maksudku rumah yang sederhana menurutnya —mau mewah atau tidak— tetap menjadi tempat tinggal yang sangat nyaman bagi kami berdua.Steven langsung m*lumat bibirku begitu kami baru saja melangkah masuk ke dalam ruang tamu, dia bahkan menutup pintu hanya dengan kakinya. Masih bergelut dengan ciuman panas, Steven membawaku melangkah ke ruang kerjanya, tadinya kupikir kami akan ke ruang keluarga lagi.Aku penasaran, pengalaman baru apa lagi yang akan diberikannya padaku setelah ia mengangkat tubuhku dan mendudukkanku di atas meja kerjanya.Ciuman panas itu semakin dalam dan semakin menuntut, membuatku tak henti melenguh terutama karena jemarinya yang tidak tinggal diam menyusuri tubuhku di mana-mana. Di tengkuk, punggung, dada, dan juga perutku yang masih saja rata itu —semoga saja perutku cepat ada isinya.“Hhnnn… Steven…” Aku menggeliat karena ciumannya pada ceruk leherku membuat seluruh tubuhku terasa terge
Baca selengkapnya
Bab 96 - Jangan Memercayainya
“Maksud Kak Key?” Terlihat sekali kalau Nina sekarang sedang pura-pura sibuk setelah mendengar pertanyaanku barusan.“Tidak usah pura-pura tidak mengerti. Jujur saja padaku. Apa yang kalian bicarakan saat terakhir kali kita bertemu?” tanyaku sedikit menuntut. “Kau bahkan sampai mengerjakan tugas kuliah seperti ini padahal sebelum-sebelumnya kau hanya bersenang-senang,” lanjutku lagi, menduga jika perubahannya ini pasti berhubungan dengan pembicaraan mereka di hari itu.Nina tetap tidak menjawab pertanyaanku, dia malah mengalihkan kami ke topik pembicaraan lain. Sebenarnya aku sangat kesal dengan responnya ini. Bagaimana tidak, bukan hanya Steven dan Sofi yang tidak bersedia memberitahu, bahkan Nina pun tidak ingin mengatakannya padaku. ‘Sebenarnya ada apa sih sampai harus merahasiakannya seperti ini dariku?’Yah, walau sedikit kesal karena pertanyaanku diabaikan begitu saja, tapi aku sangat senang melihat perubahan sikap Nina. Dulu aku tidak pernah berharap dia bisa berubah menjadi leb
Baca selengkapnya
Bab 97 - Kembali Ke Kalimantan
“Sudah ku reservasi, kali ini kita tidak perlu menundanya lagi,” ucap Steven menanggapi keterkejutanku.Dengan tangannya yang lain —yang tidak memegang tablet— ia menarikku ke dalam dekapannya dan mencium rambut di dekat telingaku, sementara aku masih takjub melihat negara mana yang akan kami kunjungi minggu depan.“Ini… wow… Pavilion Hotel Kuala Lumpur!” aku sangat kegirangan melihat layar tablet Steven yang memuat bukti pemesanannya.Aku tahu hotel ini, hotel yang baru saja Steven reservasi untuk bulan madu kami. Sudah sangat lama aku ingin berkunjung ke negara ini, terlebih sejak foto-foto pusat perbelanjaan Pavilion berseliweran di media sosialku. Apalagi hotel ini terhubung langsung dengan pusat perbelanjaan mewahnya itu, ‘Yeay! Ini surganya para wanita.’“Minggu depan kita ke sini dulu, setelah itu baru kita ke negara tetangganya, Steven memelukku dari belakang dengan kedua tangannya yang bebas setelah aku —dengan tidak tahu malu— merebut tablet dari tangannya.“Nanti kita jalan-
Baca selengkapnya
Bab 98 - Kejutan
"Lihatlah, Nyonya…" Bu Ros menunjuk taman luar mansion padaku setelah kami melewati tembok pembatas di bagian belakang mansion.“Wow… ini indah sekali! Ini dibuat untukku?” Aku berlari kecil ke arah kebun mawar lavender yang sedang bermekaran di taman luar mansion. "Wahhh…"Bagaimana aku tidak terkagum-kagum? Terakhir kali aku ke sini tidak ada bunga mawar lavender, bahkan bunga jenis lain yang berwarna violet. Memang ada banyak bunga-bunga bermekaran sebelumnya, hanya saja itu adalah bunga-bunga dengan warna lain seperti bunga lili, bunga mawar merah, bunga kamboja, bunga matahari dan masih banyak jenis bunga lainnya. Namun, tidak ada satupun bunga yang berwarna ungu.“Ini..., ide siapa, Bu Ros? Apa ini idenya Steven?” aku penasaran saja, mungkin Steven juga sama seperti ayah mertuaku yang senang membuatkan taman untuk keluarga yang disayanginya.“Benar, Nyonya. Tuan Steve meminta kami membuatkannya untuk Anda.”Walau aku bisa menebaknya, namun setelah mengetahui kebenarannya dari ora
Baca selengkapnya
Bab 99 - Aroma Alam Liar
Kami mengambil jarak 1 jam dari kepergian rombongan Steven, barulah rombonganku yang terdiri dari aku, Sofi, Lintang, Robet, dan Anto pergi ke rumah panggung yang berada di lokasi yang sangat rahasia di tengah hutan belantara Kalimantan.Ayah mertuaku memang tidak ingin ada seorang pun tahu lokasi rumah panggung tersebut. Karena itu juga Steven, Sofi, dan Lintang tetap menjaga kerahasiaannya.Bahkan Robet dan Anto yang sudah bekerja pada keluarga Steve selama 8 tahun saja baru kali ini pergi ke lokasi rumah panggung. Jika bukan karena mereka memang diharuskan untuk selalu mengawalku, mereka mungkin tidak akan pernah tahu lokasi keberadaannya.Tidak seperti dugaanku, Robet dan Anto langsung terpukau saat kami tiba di lokasi keberadaan rumah rahasia. Ku kira karena mereka sudah terbiasa melihat keindahan yang ayah mertuaku ciptakan maka mereka tidak akan sekaget ini. Lintang bahkan sampai harus mengagetkan mereka karena sudah mengabaikan perintahnya saat meminta mereka berdua untuk membe
Baca selengkapnya
Bab 100 - Rumah Terlarang
Sudah 5 hari berlalu sejak kami tiba di lokasi rumah panggung. Aku sudah terbiasa bergaul dengan orang utan, yang awalnya datang hanya di siang hari, namun sejak hari kedua mereka sudah datang sejak pagi hari dan baru kembali ke habitat mereka di sore hari seakan mereka ingin bergaul dengan kami para manusia dan mereka tampak sangat menyukainya.Awalnya hanya ada satu keluarga, Olly, Selly, dan anaknya. Namun di hari ketiga, mereka datang bersama kelompoknya yang lain.Aku sempat khawatir jika mereka akan merusak taman-taman indah di sini, yang ternyata tidak terjadi karena sepertinya mereka memiliki makanan yang melimpah di habitatnya sendiri sehingga tidak merusak keindahan tempat ini.Mereka bahkan mengajak kami berkunjung ke habitat mereka, dan aku baru tahu ada aliran sungai lain yang terpisah dari aliran sungai yang dilalui oleh aliran sungai yang berasal dari air terjun.Selain orang utan, ada koloni otter juga di dekat habitat orang utan itu, yang hidup berdampingan bersama par
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status