Semua Bab Hidup Bersama Yang Tak Terduga!: Bab 71 - Bab 80
131 Bab
Bab 71 - Sweet Home
Jakarta...Yeah... Kami akhirnya kembali ke kota ini, kota yang selalu menantikan segala rutinitas kami selama ini. Begitu tiba di Jakarta, aku juga akhirnya menyalakan ponsel yang sengaja kunonaktifkan selama 4 hari belakangan.Aku melakukannya karena tidak ingin pikiranku terganggu selama persiapan resepsi pernikahanku dan tentu saja aku ingin menikmati semua momen membahagiakan menjelang kepulangan kami ke kota ini. Lagian orang-orang yang kusayang ada bersamaku saat itu.Ada banyak sekali notifikasi pesan yang masuk ke ponselku hingga membuat layarnya tidak responsif selama beberapa detik setelah aku menyalakannya. ‘Astaga. Siapa saja sih yang menghubungiku sampai sebanyak ini?’Aku kembali memeriksa semua pesan masuk di ponselku. ‘Haa... mereka benar-benar mengerikan, lihat saja obrolan grup semenjana yang belum kubaca ini!? Ribuan pesan, ckckck... mereka benar-benar memiliki lidah petaka.’Yah... sebenarnya alasan lain mengapa aku mematikan ponsel karena malas membaca obrolan gru
Baca selengkapnya
Bab 72 - Kemarahan Nina
“Tempat ini indah, aku mau ke sini,” tunjukku pada Steven yang tak henti-hentinya mengelus rambutku dan kadang memainkan helaian-helaiannya.“Hmm... baiklah. Masukkan dalam daftar yang harus kita kunjungi. Ada lagi?” tanyanya sembari mengecup puncak kepalaku, lalu memainkan lagi helaian demi helaian dari rambutku.Belakangan Steven memang sangat suka bermain-main dengan rambutku saat kami sedang duduk bersama seperti ini atau sedang berbaring setelah melakukan permainan menyenangkan itu. “Rambutmu sangat halus dan indah,” pujinya kala itu, saat aku bertanya karena tidak terbiasa diperlakukan seperti itu. Bukannya tidak senang, hanya saja aku merasa seperti seorang anak kecil saja karenanya.Aku masih menyandarkan tubuhku di dada bidang Steven sembari menikmati pelukan hangat darinya ketika melanjutkan kembali kegiatanku mencari destinasi wisata menarik dan populer yang ingin ku kunjungi bersamanya nanti, pada layar ponselku.Tapi, kemesraan kami buyar ketika suara keributan kecil terde
Baca selengkapnya
Bab 73 - Salah Paham
‘Haiss...’ aku langsung cemberut melihatnya.Nina juga melihat kedatangan Steven dan tebak apa yang terjadi? Sikapnya langsung berubah drastis. Senyum jahat yang sejak tadi mengulas di wajahnya telah hilang sepenuhnya, digantikan sebuah senyuman manis menggoda dari bibirnya, yang ia tujukan hanya pada Steven seorang. Yah... Nina sebenarnya sangat manis. Benar-benar seorang gadis yang sangat manis.‘Haaaa... lihat sikap kurang ajarnya ini,’ aku mendengus melihat perubahan sikapnya barusan.“Biar aku yang tangani ini,” ucap Steven, berbisik padaku.“Hah? Kau gila? Untuk apa kau ikut campur dengan masalah ini? Ini tidak sampai harus memerlukan—”“Tolong percaya saja padaku,” katanya, menatapku sembari meremas pelan tanganku. “Biarkan aku membantumu kali ini dan kau juga harus membantuku,” ucap Steven lagi lalu menoleh pada Sofi dan memintanya untuk membawa Nina masuk ke dalam rumah mereka —yang membuatku jengkel— Nina langsung masuk mengikuti Sofi dengan senang hati saat tahu kalau Steven
Baca selengkapnya
Bab 74 - Mengundurkan Diri
Aku melambaikan tangan pada Steven saat Sofi tiba bersama mobil Steven yang kemarin diparkirkannya di halaman gedung toserba kami, dan akhirnya aku pergi ditemani Sofi, Anto, juga Robet yang langsung kuminta untuk pergi ke kantor pusat saja alih-alih ke kantorku.Selain ingin menyampaikan surat pengunduran diri, aku juga ingin membuat perhitungan pada orang-orang yang telah memfitnahku dengan melaporkan perbuatan mereka, langsung pada CEO perusahaan.Seperti biasa, aku selalu merekam dan memiliki rekaman sidang hari itu di dalam ponselku.‘Biar CEO tahu bagaimana mereka memperlakukanku.’Seingatku, CEO perusahaan kami adalah orang yang sangat kompeten hingga berhasil menempati posisinya bukan karena suatu relasi. Dia benar-benar ada di sana karena usaha dan kerja keras yang ia berikan hingga akhirnya ditunjuk sebagai CEO oleh seluruh dewan direksi.Jika dia ingin mempertahankan kinerja bawahannya, harusnya dia akan menindaklanjuti laporanku dan menyelidiki kebenarannya. Ku rasa dewan d
Baca selengkapnya
Bab 75 - Kebencian Novia
Lukman langsung terdiam begitu aku menyelanya. Ia pasti menyadari kalau apa yang baru saja kukatakan adalah suatu kebenaran. Jika dia memang memiliki kuasa untuk menentang mereka, dia seharusnya sudah melakukan niat itu jauh sebelum mereka mengundang dan menyidangku dengan seenaknya tanpa mempertimbangkan fakta-fakta yang benar.Kenyataannya, dia tidak memiliki kekuasaan seperti yang dipegang ayahnya. Sejak Lukman melakukan kesalahan karena menghamili Novia —sekretaris COO yang kini menjadi istrinya— ayahnya yang merupakan salah satu anggota dewan direksi perusahaan Azure sudah tidak memercayainya lagi. Tuan Sanjaya kini malah lebih condong mendukung kemauan Novia.Novia-lah orang yang kumaksudkan pada Andi tadi sebagai orang yang memiliki koneksi dan tidak menginginkanku berada di tempat ini. Carlos yang juga anak dari salah satu dewan direksi, mungkin kini menjadi orang kedua yang tidak ingin aku ada di sini. Namun sebenarnya Novia-lah, orang yang sejak dulu selalu menghalangi jalan
Baca selengkapnya
Bab 76 - Ancaman Sang CEO
Seraya menatap Novia dengan rasa simpatik, aku berkata, “Ini agak aneh, kan? Kau sepertinya sangat penasaran. Apa kau iri denganku? Jika ya, aku minta maaf karena sudah menimbulkan perasaan itu di hatimu walau sebenarnya aku tidak tahu apa yang kau irikan dariku.”“Iri denganmu? Kau sedang membual?”“Tidak. Aku cuma menebak.”Novia tertawa. Aku tahu kalau tawanya ini hanyalah tawa yang dibuat-buat. Mulutnya memang sedang tertawa, namun tidak dengan sorot matanya.Novia terdiam cukup lama setelahnya. Membuatku yakin kalau sebenarnya sudah tidak ada lagi yang bisa dibicarakannya denganku.Dia ada di sini hanya untuk melihatku hancur dan frustrasi setelah menerima pemecatan, namun sepertinya dia tidak menemukan apa yang diharapkannya itu.Rasa lega dan bahagia yang tiba-tiba muncul di hatiku setelah menyerahkan surat pengunduran diri dan membuat Lukman terdiam tanpa kata sepertinya terpancar dengan jelas dari wajahku hingga Novia merasa tidak puas.“Wanita sepertimu memang cuma bisa bicar
Baca selengkapnya
Bab 77 - Nyonya Zhang
Aku memerhatikan Nyonya Zhang menyapa ketiga begundal itu secara singkat, kemudian berpaling pada Andi tanpa menggubris mereka lagi walau sepertinya Novia masih ingin berbicara lebih banyak, mungkin ingin memberikan pujian seperti yang selama ini ku tahu sering dilakukannya ketika bertemu orang-orang penting Perusahaan Azure.Andi kemudian menunjukkan pintu ruangannya pada Nyonya Zhang dengan sikap sangat sopan dan terlihat berbicara beberapa kalimat padanya sebelum akhirnya menoleh padaku dan menunjukku dengan gerakan sopan sama seperti yang ia lakukan sebelumnya.‘Hah? Dia tadi menunjukku, kan?’ Aku spontan menoleh ke arah belakangku, mungkin saja yang ditunjuk adalah sekretarisnya, tapi ternyata sekretarisnya sudah berada beberapa langkah di sampingku —entah sejak kapan dia berada di sana—. ‘Berarti maksudnya tadi adalah aku. Kenapa dia menunjukku? Oh... apa Nyonya Zhang datang untuk menyelesaikan masalahku? Kalau benar, apa mungkin CEO kami punya hubungan sedekat itu dengannya?’Ta
Baca selengkapnya
Bab 78 - Permintaan Atau Perintah?
Drttt... Drttt... Drttt...“Siapa sih?” tanyaku pada Steven yang akhirnya beranjak mengambil ponsel model lama miliknya dari dalam laci meja kecil di samping ranjang setelah kami selesai melakukan pertempuran, oh ralat, maksudku olahraga di sore hari.Selama permainan panas kami berlangsung, ponselnya sering kali bergetar. Jika bukan karena terlalu menikmati permainan panas kami, aku pasti akan merasa sangat terganggu akibat suara getarannya.“Bukan hal penting,” sahutnya sebelum mengembalikan ponsel yang jarang digunakannya itu kembali ke dalam laci meja.Aku menelungkupkan badan dan menatapnya saat ia kembali dan berbaring di sampingku. Aku teringat pada ponsel dan sebungkus rokok yang kemarin kulihat berada di laci meja baru saat aku memeriksa semua perabotan tambahan baru kami.Aku juga ingat kalau ponsel dan kotak rokok itu ada bersama senjata api saat aku menggeledah tasnya dulu.“Apa kau berhenti merokok?” tanyaku penasaran. Aku tidak pernah melihat Steven merokok. Entah karena
Baca selengkapnya
Bab 79 - Berada Di Kencan Nayla
“Kau seperti kurang bersemangat. Apa ada masalah?”“Hah? Oh... tidak... aku cuma lagi berpikir,” sahutku, menanggapi kekhawatiran Bertha.“Memangnya ada manusia yang tidak berpikir? Kecuali kau terbaring kaku di dalam kubur maka kau akan berhenti berpikir.”“Kau ini... Maksudku, aku lagi berpikir agak keras dari biasanya,” sahutku ketus, namun kemudian ikut tertawa saat Bertha dan Karin menertawakanku.“Daripada berpikir yang menguras energi seperti itu, bagaimana pendapatmu tentang mereka?”“Mereka?” Aku mengikuti arah tatapan Bertha dan baru ingat kalau Nayla dan Geri juga ada di tempat ini walau di meja berbeda. “Oh… mereka ya…”Aku kemudian mengalihkan pandanganku lagi ke sisi berlawanan, melihat Anto dan Robet yang sedang tersenyum geli memperhatikan tingkah kikuk Geri yang agak gagu tiap kali menjawab pertanyaan Nayla ketika berbicara dengan nada lemah lembutnya yang menggoda.Aku datang ke kafe ini sebenarnya bukan karena hendak berkumpul dengan geng semenjana. Kami hanya kebetu
Baca selengkapnya
Bab 80 - Pesta Untuk Teman Kantor
Aku melambaikan tangan pada ketiga sahabatku yang juga melambaikan tangan mereka dari balik jendela saat mobil Geri —yang mereka tumpangi— pergi meninggalkan halaman salah satu café dan resto ternama di kota ini.“Syukurlah. Sepertinya kencan pertama mereka berjalan dengan sangat baik,” gumamku.Aku memalingkan tubuh saat mendengar teriakan Mira dari arah belakangku. Melihatnya berlari seperti itu membuatku merasa kalau tingkahnya seperti seorang anak kecil saja. ‘Ckckck… sepertinya dia lupa dengan usianya.’“Aduh…!” keluhku saat Mira tiba-tiba setengah melompat, menabrak dan memelukku erat. “Kau ini apa-apaan sih?! Apa yang kau lakukan?”“Saya sangat merindukan Anda, Bu Key!” seru Mira dalam pelukanku.“Kau rindu kuberi tugas luar?” sahutku dengan agak canggung dan merasa risih karena tatapan mantan bawahanku yang lain pada kami. Baru kali ini ada seseorang yang memelukku di tempat umum begini. “Lagian kau tidak seperti ini saat kutinggalkan dinas ke Bekasi selama 3 minggu dulu,” lanj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status