Semua Bab Hidup Bersama Yang Tak Terduga!: Bab 81 - Bab 90
131 Bab
Bab 81 - Alasan Mengadakan Pesta
‘Berhenti’ dan ‘Dipecat’. Sebenarnya masing-masing kata dari pertanyaan mereka memiliki maksud yang sama, yaitu tidak bekerja lagi. Yah… hanya prosesnya saja yang berbeda. Mereka harusnya belum tahu kalau aku telah mengundurkan diri karena aku mengundang mereka ke sini hanya dengan menyebutkan makan malam tim tanpa mengatakan sama sekali kalau ini juga akan menjadi pesta perpisahan kami karena memang bukan itu alasan utamanya.Tentu saja aku memiliki alasan khusus hingga mengadakan pesta ini. Pertama, aku belum pernah mentraktir mereka selama aku menjadi kepala divisi dengan alasan sama seperti yang sudah Mira sebarkan pada mereka. Ini adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh kepala divisi lain yang selalu membuat pesta tim setiap kali proyek divisinya berhasil.Alasan kedua, yang sebenarnya menjadi alasan utamaku, adalah karena aku tidak bisa mengundang mereka ke resepsi pernikahanku. Aku ingin berbagi kebahagiaan yang kurasakan bersama mereka, orang-orang yang sudah bekerja keras
Baca selengkapnya
Bab 82 - Lawan Tangguh
♧Zhang Mi Ran♧Senang sekali rasanya saat aku akhirnya menemukan sosok yang sangat cocok sebagai calon pengganti Chen Wang Ye —mantan asisten pribadiku— yang mengajukan pengunduran diri setelah bekerja bersamaku selama lebih dari 40 tahun, beberapa bulan lalu.Walau demikian, dalam beberapa bulan ini Nyonya Chen masih tetap membantuku untuk menyeleksi beberapa wanita muda yang kami anggap potensial sebagai penggantinya. Sayangnya kami belum menemukan satupun yang berkompeten untuk mengerjakan banyak tugas rumit yang selama ini selalu Nyonya Chen tangani untukku.Sampai akhirnya Andi Bastian, CEO dari salah satu perusahaan di mana aku menanamkan sedikit modal, menghubungiku untuk meminta bantuan.Awalnya aku kurang begitu berminat mendengar permintaannya. Dan lagi, perusahaan itu hanyalah sebuah perusahaan manufaktur kecil yang hanya memiliki pasar sebatas kawasan Asia Tenggara saja. Perusahaan itu juga tidak memerlukan modal yang cukup besar untuk biaya operasional dan pengembangan pro
Baca selengkapnya
Bab 83 - Rahasia
◇Lintang◇Senang rasanya melihat ekspresi istriku saat dia sedang berdiskusi serius bersama Tuan kami —seperti yang saat ini sedang mereka lakukan.Kecantikannya seakan meningkat berkali lipat tiap kali sedang memahami, merencanakan, bahkan merealisasikan pekerjaan yang Tuan kami berikan di dalam benaknya, beberapa saat setelah Tuan Steve memberikan instruksi —Walau perintah yang Tuan Steve berikan kali ini agak membuatku merinding karena tahu maksud dibalik pekerjaan itu.Jika dia meminta Sofi —istriku— untuk berkunjung dan menyapa seseorang, aku tahu jika Tuan pasti akan menghancurkan orang tersebut.Selama kami berada di Jakarta beberapa bulan ini, baru kali ini Tuan Steve meminta Sofi melakukan hal ini lagi setelah selama satu tahun belakangan tidak pernah melakukannya lagi.Tapi setelah aku tahu apa penyebabnya, barulah aku mengerti kenapa Tuan kami ingin menyingkirkan orang itu.‘Jadi dia berani mengganggu Nyonya Steve? Sayang sekali. Pengusaha mana lagi yang akan hancur kali ini
Baca selengkapnya
Bab 84 - Pengalaman Baru
♡Keysa Andini♡“Oh... kalian tepat waktu!” aku menyambut kedatangan Lintang dan Sofi dengan penuh semangat. Bukan karena rindu pada mereka, namun karena suvenir pesta untuk teman kantorku —yang Steven minta mereka uruskan untukku— baru saja tiba bersamaan dengan kedatangan mereka.“Saya taruh di mana, Nyonya?” tanya Lintang sembari memperhatikan keadaan sekitar, mungkin mencari meja atau tempat apa pun untuk meletakkan kardus besar yang dipeluknya.“Tidak perlu. Sebentar.” Aku memanggil Anto mendekat dan memintanya untuk mengambil alih kotak kardus yang sedang dibawa Lintang. Aku sebenarnya sudah memberikan instruksi pada Anto dan Robet mengenai apa yang harus mereka lakukan pada isi kotak tersebut setelah aku pergi dari resto ini nanti.Setelah berpamitan pada semua tamu undanganku, yang masih lengkap karena sebelumnya kuminta bertahan lebih dulu walau pesta kami sudah selesai, aku pulang bersama Lintang dan Sofi. Sementara itu, Anto dan Robet masih kuberikan tugas untuk membagikan su
Baca selengkapnya
Bab 85 - Dewan Direksi Azure
“Dokumen apa ini?”Steven memberikan beberapa dokumen tepat setelah aku kembali dari kamar mandi. Aku menerima dokumen-dokumen itu lalu duduk di sampingnya.“Buka dan pelajari saja. Kau bisa menahan kantuk, kan?”‘Haiss… aku memang sudah lumayan mengantuk dan agak lelah setelah kegiatan kami barusan.’“Harus sekarang? Apa ini dokumen penting?”“Sangat penting. Ini akan membantumu besok.”Mendengar kalimat terakhirnya membuatku menjadi agak penasaran hingga rasa kantuk ku menurun drastis seketika dan akhirnya malah merasa penasaran dengan isi dari beberapa dokumen yang hampir ku letakkan di meja —karena aku baru saja berniat untuk memeluknya dan mengajaknya berlayar bersama mengarungi dunia mimpi.Aku membuka dokumen pertama dan terkejut setelah membaca beberapa baris kalimatnya.Aku menatap Steven sesaat, terperangah karena informasi yang tertera dalam dokumen itu, lalu rasa kantuk yang tadi menderaku kini lenyap sama sekali. ❀❀❀ Tidak seperti saat terakhir kali datang ke kantor pus
Baca selengkapnya
Bab 86 - Penalti
Aku dikagetkan oleh suara dari Nyonya Zhang yang tiba-tiba saja tertawa —terutama karena ia duduk tepat di sebelahku.“Apa kalian sudah melakukan kontak di belakangku?” ucap Nyonya Zhang sembari menatap 8 anggota dewan direksi lainnya, di mana 4 orang di antaranya adalah bagian dari 6 besar pemegang saham terbesar Perusahaan Azure —selain dirinya sendiri dan satu orang lain yang masih misterius.Nyonya Zhang memang tidak memiliki pendukung. Namun demikian, Nyonya Zhang justru terlihat sangat menguasai atmosfer ruangan dengan aura intimidasinya yang sangat kuat dan elegan.Walau terlihat hambar, Tuan Darwin berusaha membalas tawa Nyonya Zhang dengan tawa serupa, lalu menanggapi, “Walaupun Anda pemegang saham terbesar kedua, apa Anda pikir kami sebagai pengusaha lokal akan membiarkan Anda bertindak semaunya pada kami?”“Kecuali pemegang saham utama mendukung Anda, maka kami tidak akan melepaskan wanita itu dengan mudah,” tambah Tuan Sanjaya.Nyonya Zhang tampak tidak terpengaruh dengan u
Baca selengkapnya
Bab 87 - Lepas Tangan
Bagaimana cara Nyonya Zhang menyebut namaku barusan tentu saja membuatku kaget.‘Apa yang baru dia katakan? Dia memanggilku Keysa Steve, kan? Dari mana dia tahu siapa suamiku? Apa Steven menghubunginya? Tapi…, bukankah Steven tidak mau berurusan dengannya secara langsung?’Nyonya Zhang melemparkan dokumen itu ke lantai sebelum berdiri dan berjalan ke tengah ruangan.“Aku sungguh terpukau dengan persekongkolan murahan kalian,” ucap Nyonya Zhang sembari bertepuk tangan. “Tapi apa kalian tahu kalau aku sudah bisa menebak semua hal yang sudah kalian rencanakan ini?” tambahnya ketika sudah berada dekat pada meja Tuan Darwin dan Tuan Sanjaya yang duduk bersebelahan.“Apa yang Anda bicarakan? Apa Anda sedang berusaha memutar lidah untuk keluar dari rasa malu Anda karena akan merasa rugi jika harus menjadi penjamin penalti Keysa Andini sebab saham Anda lah yang dipertaruhkan?” sahut Tuan Darwin. Dia akhirnya berdiri, memutari mejanya dan duduk di atas meja, tepat di hadapan Nyonya Zhang.“Tida
Baca selengkapnya
Bab 88 - Pemegang Saham Utama
Semua mata tertuju pada tas tangan ungu muda di hadapanku sementara aku melirik semua orang sembari tersenyum canggung sebelum tatapanku berhenti pada Nyonya Zhang.“Sepertinya kau sedang mendapat panggilan. Angkatlah...,” ucap Nyonya Zhang. Seringai lebar terukir di wajahnya.Aku meletakkan ponselku sebelum merogoh ke dalam tas tanganku dan mengeluarkan ponsel model lama dari dalamnya, hanya untuk menekan tombol menolak panggilan masuk yang memang tidak perlu kuterima.“Tidak usah dilanjutkan, Pak CEO,” ucapku pelan pada Andi yang duduk tak jauh dariku.Bukannya menuruti permintaanku, Andi malah mengulangi panggilan dan menatap kosong padaku setelah ponsel merah yang kupegang kembali bergetar, hingga aku melambaikan ponsel merah itu ke arahnya. “Nah, Anda tidak perlu melakukan panggilan lagi,” ucapku sebelum tersenyum canggung padanya.“A-anda...”“Ya,” sahutku, mengerti arah pertanyaannya yang terhenti.“Apa yang terjadi? Apa kau baru saja menelepon pemegang saham utama?” tanya Tuan
Baca selengkapnya
Bab 89 - Menggunakan Semua Bukti
“Kau gila?! Kami semua sudah saling mengenal. Bagaimana bisa kau menyamakan kami dengan ponsel itu?!” Tuan Sanjaya membentakku sembari menunjuk ponsel yang masih ku angkat tinggi di hadapannya.“Itu yang saya maksud. Kita semua tahu jika orang-orang yang saya sebutkan tadi, juga nomor telepon yang ada di ponsel ini adalah wujud si pemilik saham. Jika Anda ingin bukti, Anda juga harus menunjukkan buktinya, kan? Apa saya salah? Mana tahu di antara kita ada yang sudah menjual saham secara diam-diam? Apalagi saham Azure sekarang sedang berada di puncak.”“Baik... baik... tsk… kau pintar juga, ya? Ayo tunjukkan bukti milikmu dan kami akan membawakan milik kami nanti.”“Tidak. Saya akan membawa milik saya sekarang, dan Anda semua juga harus melakukan hal yang sama. Kalau tidak, Anda sebaiknya keluar sementara saya berbicara pada CEO,” sahutku, sama ngototnya dengannya.“Nah, ini milikku,” ucap Nyonya Zhang sembari melambaikan selembar kertas dari tempatnya duduk.“Dan mana bukti milikmu?!” t
Baca selengkapnya
Bab 90 - Sebuah Kartu Nama
‘Tidak bisa. Ini bukan agak penasaran, tapi sangat penasaran,’ langkahku terhenti persis sebelum melewati pintu saat hendak keluar dari ruang pertemuan.Aku langsung berbalik —mengabaikan ekspresi bingung Lintang yang sedang mengawalku— lalu kembali menghampiri Sofi dan Nyonya Zhang, yang terlihat sangat ingin berbicara padaku. Yah, sebenarnya ada banyak hal yang membuatku sangat penasaran dan ingin berbicara juga padanya.Mungkin karena aku yang meminta, Sofi akhirnya membiarkanku berbicara berdua dengan Nyonya Zhang.Aku mengerti jika kematian ayah mertuaku sepertinya harus dirahasiakan, karena itulah aku mengirim pesan singkat pada Sofi dan berjanji jika aku tidak akan mengatakan apapun tentang ayah mertuaku sementara ia pergi meninggalkan kami dan aku sempat melihatnya tersenyum setelah membuka ponselnya.“Tsk, padahal kau terlihat sangat mandiri untuk dikhawatirkan. Kenapa dia sepertinya sangat enggan meninggalkanmu?” ketus Nyonya Zhang, sepertinya tahu kalau aku baru saja mengiri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status