All Chapters of Hidup Bersama Yang Tak Terduga!: Chapter 21 - Chapter 30
131 Chapters
Bab 21 - Pengawal Pribadi
“Senang bertemu dengan Anda, Nyonya. Perkenalkan, saya Lintang. Saya ketua pengawal yang akan mendampingi Nyonya selama Tuan tidak berada di tempat.”Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku menatap pria bernama Lintang, yang walaupun tinggi namun tubuhnya tidak terlalu besar seperti dua pria lain yang menolongku tadi, dengan bingung.Perawakan Lintang hampir mirip dengan perawakan Steven, tapi ku rasa Steven agak sedikit lebih tinggi darinya.'Wow... Apa-apaan ini? Aku tiba-tiba menjadi seorang Nyonya dan memiliki pengawal?' Hampir saja aku tertawa andai tidak melihat ekspresi serius pria bernama Lintang ini.Aku tidak langsung menanggapinya karena masih takjub, merasa seperti ada dalam sebuah film. Aku menoleh kesana-kemari, mencari tahu apa mungkin ada kamera tersembunyi yang sedang merekam kami.“Apa ini sejenis prank?” tanyaku pada Lintang. Pertanyaan yang membuatnya terlihat bingung dan menggelengkan kepala dengan cepat.“Tidak... kami tidak melakukan hal bodoh seperti itu, Nyonya.”
Read more
Bab 22 - Gelisah
Franky benar-benar menungguku. Dia bahkan menunggu di depan pintu utama gedung kantor dan langsung menghampiri saat kebetulan melihatku keluar dari pintu.“Astaga...” Melihat ini, aku kembali teringat pada Carlos.'Ugh! Berasa deja vu. Setelah kupikir-pikir, dia ini agak mirip Carlos.'“Sudah ku katakan kalau kita harus bicara, kan?” ucap Franky yang sepertinya tahu kalau aku tidak menyukai kehadirannya. Aku pasti menunjukkannya dengan sangat jelas dari ekspresi wajah dan sorot mataku saat menatapnya.“Tidak harus. Bagaimana bisa menjadi harus?”“Aku mengkhawatirkanmu. Kau pasti tahu maksudku.”Aku menatapnya seraya tersenyum sinis. Dia benar, aku tahu kenapa dia sangat ingin berbicara padaku. Karena itu juga aku semakin ingin menghindarinya.“Terima kasih atas kekhawatiranmu. Tapi kau sebaiknya lebih mengkhawatirkan perasaan istrimu. Kau pikir Nayla tidak akan waswas kalau tahu suaminya berhubungan dengan mantan pacar?”“Nayla bukan orang yang berpikiran sempit. Dia tidak akan—”“Aku
Read more
Bab 23 - Bukan Panggilan Yang Diinginkan
Ada sedikit hal yang membuatku agak bingung dari hubungan antara Steven dan tiga rekannya yang sedang menjagaku.Menurut cerita mereka, Steven adalah komandan mereka dalam satuan pengawal pribadi —aku baru tahu kalau pengawal pribadi juga memiliki satuan.Mereka berkata bahwa mereka berada di sini karena Steven sedang bertugas mengawal bos besar mereka yang sedang melihat-lihat lahan di pedalaman hutan Kalimantan —aku masih belum memercayai yang ini.Lintang mengatakan kalau saat itu Steven sangat terburu-buru hingga tidak bisa menungguku untuk pamit dan akhirnya meminta bantuan pada Lintang dan dua bawahannya untuk menjagaku.Yang membuatku bingung adalah; untuk menjagaku dari apa? Tidak mungkin mereka ingin menjagaku dari keluarga Carlos, kan? Sedangkan mereka juga baru tahu kalau Carlos hendak mencelakaiku setelah tidak sengaja bertemu denganku di depan gang.Memikirkannya malah membuatku sakit kepala. Benar-benar hari Sabtu yang membosankan.Aku juga bingung ingin melakukan apa. Re
Read more
Bab 24 - Keributan
Aku menepi lagi lalu berjalan melewati Agus karena aku datang dengan tujuan untuk menjenguk ayahku. Jadi aku tidak ingin repot-repot meladeni ejekannya.“Kalau Kak Key sedang senang, harusnya Kakak memberi kami angpao dong?” ucap Agus lagi sambil berjalan mengitariku seperti seorang anak kecil.Aku menghentikan langkahku lagi dan menatap Sendy yang langsung menundukkan kepala saat bertemu pandang denganku.'Kalau dia saja merasa tidak nyaman dengan kelakuan suaminya ini, apalagi aku. Huh… Memangnya aku bank? Duit terus…'Aku agak kasihan dengan Sendy. Aku tahu kalau dia sering mendapat kekerasan dari Agus. Bukan hanya dengan kata-kata, juga secara fisik.Sebagai informasi, Sendy hampir tidak pernah datang berkunjung dengan menggunakan baju lengan pendek. Ia selalu datang dengan menggunakan baju lengan panjang, juga celana panjang. Terlihat jelas kalau dia tidak ingin memar-memar di tangan dan kakinya terlihat oleh orang lain. Aku tahu itu. Aku pernah tidak sengaja melihatnya saat kami
Read more
Bab 25 - Kembali
“Kau mau pergi ke mana?!” teriak Camila saat melihatku beranjak pergi meninggalkan ruang tamu menuju ruang keluarga yang menghubungkan pada beberapa kamar tidur, termasuk kamar tidur ayahku.Aku mengabaikannya, berjalan terus memasuki ruang keluarga sampai mendengar dia mengataiku ‘jalang’, barulah aku berbalik.“Oh… sekarang kau mendengarku?! Mama benar, kan? Kau pergi meninggalkan suami untuk bertigaan bersama dua pria ini? Pantas saja kau masih tidur sampai hampir tengah hari!” Camila berkata lebih bersemangat setelah melihatku berbalik karena satu kata darinya tadi. Dia mengiraku berbalik dan menatapnya marah karena apa yang dikatakannya adalah kebenaran.Dan apa yang dikatakannya setelah itu membuatku benar-benar ingin menerkamnya.“Oh… jadi benar gosip yang beredar di kantormu kalau kau belum menikah sampai hampir berusia kepala 4 karena ketagihan menjadi simpanan para pengusaha dan pejabat!”'Gosip di kantor? Kenapa bisa sampai di telinganya?'Aku melihat Bu Imah dan Nina menata
Read more
Bab 26 - Keadaan Menyedihkan
Bau busuk menyengat langsung tercium saat aku baru membuka pintu kamar ayahku. Bisa dikatakan kalau kamar ayahku benar-benar sangat suram dan menyedihkan untuk dilihat. Dengan pencahayaan redup, yang sudah sejak lama selalu kukomplain pada Camila, suasana suramnya semakin terasa nyata.Steven juga terlihat tidak suka dengan keadaan di dalam kamar. Selain remang, kamar ini juga terlihat tak terurus, kotor, dan bau. Padahal baru satu minggu saja aku tidak berada di sini karena akulah yang biasanya selalu membersihkan kamar ini.“Ayah...”Siapapun yang melihat keadaan ayahku pasti akan sedih, terutama aku sebagai anaknya. Tubuhnya lebih kurus dibandingkan saat terakhir aku bertemu dengannya 9 hari yang lalu, juga sepertinya tidak pernah mandi dalam beberapa hari belakangan.Aku juga melihat kotorannya yang sudah mengering menempel di sprei kasur bersama sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan.Biasanya memang aku lah yang lebih sering membersihkan tubuhnya di sore hari, juga memandikanny
Read more
Bab 27 - Wanita Asing Yang Menakutkan
Wanita berambut pirang alami ini benar-benar sangat cantik, membuatku hampir mengira jika dia adalah seorang aktris atau foto model kelas dunia.“Dia Sofi,” Steven memperkenalkan wanita itu padaku.'Sofi? Oh... Steven tadi menyebut namanya saat kami masih berada di kamar ayah. Kukira aku salah mendengar nama yang dia sebutkan.'“Senang bertemu Anda, Nyonya Steve. Saya Sofia Jørgensen. Anda bisa memanggil saya Sofi,” sapa wanita itu sembari memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan padaku.Nada bicaranya memang sangat lembut dan sopan, namun ekspresi dinginnya tidak berubah sama sekali.“Senang juga bertemu Anda, Sofi.”Aku masih memerhatikan Sofi. Aku yakin kalau dia bukanlah keturunan campuran, namun bahasa Indonesianya terdengar sangat fasih.“Sofi berasal dari Denmark,” Steven memberitahu seakan bisa membaca pikiranku.“Oh...”'Haha... luar biasa... Apa mereka ini orang-orang yang bisa membaca pikiran? Atau memang pikiranku yang mudah ditebak?'Kami menoleh ke arah pintu saat mende
Read more
Bab 28 - Apa Yang Terjadi Pada Ayahku?
Sofi cantik. Sepertinya juga masih muda, dan yang terutama lagi adalah tubuhnya sangat bagus. Aku yakin tidak mungkin ada laki-laki yang tidak terpikat padanya. Yah… kecuali lelaki yang orientasinya menyimpang.'Aku yakin kalau Steven juga mungkin tertarik—'"Tuan Steve sudah menganggap saya seperti adiknya sendiri."“Eh?”Aku menatap Sofi lekat-lekat melalui kaca spion sebelum mendongak menatap ke langit-langit mobil, berharap menemukan papan pengumuman tak terlihat yang menuliskan isi pikiranku yang mungkin muncul di atas kepalaku.Aku masih tidak terbiasa dengan kemampuan mereka dalam membaca ekspresi wajah.'Apa sebagai pengawal pribadi mereka melatih kemampuan membaca ekspresi orang lain? Ah... Benar, mereka pasti sudah sangat terlatih.'Meyakini hal itu, aku pun berbicara jujur. “Bagaimana denganmu sendiri? Apa kau menganggap Steven seperti seorang pria?”“Tuan Steve memang sangat menawan.”Aku melihat senyum tipis yang muncul di wajahnya. Untuk pertama kalinya aku melihatnya ter
Read more
Bab 29 - Penyesalan
Karena aku terus mendesak, Steven akhirnya memberitahu mengenai perawat yang curiga jika ayahku selama ini mungkin telah diberikan obat perusak saraf dalam dosis kecil yang terakumulasi selama beberapa tahun hingga akhirnya membuatnya lumpuh akibat sudah terlalu banyak mengkonsumsi obat tersebut. “Tapi bagaimana mungkin Dokter yang menangani ayahku saat rawat jalan sampai tidak tahu kalau ayahku mengonsumsi zat berbahaya itu?” “Apa Anda pernah mengantarkan Ayah Anda untuk rawat jalan?” Steven bertanya balik.Aku terdiam beberapa saat, ingat kalau aku tidak pernah mengantarkan ayahku sama sekali untuk melakukan rawat jalan karena kesibukanku. Aku juga ingat kalau Camila tidak mengizinkan Nina yang tidak sesibuk aku untuk ikut bersama saat ada jadwal rawat jalan. “Jadi begitu...”Kedua kakiku tiba-tiba terasa lemas hingga tidak sanggup menopang tubuhku saat mengingat kelalaianku yang sama sekali tidak pernah menemani ayahku untuk rawat jalan. Dan yang terpenting, aku bahkan tidak ada
Read more
Bab 30 - Mimpi Sederhana
“Kita tidak ke kantin rumah sakit saja?” tanyaku saat tahu jika dia ingin mengajakku makan malam di luar area rumah sakit.“Ini sudah malam.” “…Benar juga.” Kantin pasti sudah tutup. Mereka tidak mungkin buka 24 jam. Saat kami tiba di parkiran, aku kaget melihat mobil yang akan kami kendarai. Mobil sedan mewah berwarna hitam yang kuperkirakan berharga selangit. Mobil ini sebenarnya mobil yang sama dengan yang kukendarai bersama Sofi tadi. Karena pikiranku sedang kacau aku sampai tidak memperhatikannya. 'Pantas kursinya terasa sangat nyaman. Mobil ini pasti sangat mahal, kan?'Aku menoleh menatap Steven yang duduk di sampingku, di belakang kemudi. 'Siapa dia ini sebenarnya? Tidak mungkin kan seorang pengawal memiliki mobil semahal ini? Atau ini mobil bosnya?'“Anda merindukan saya?” “Hah? A-apa? Tidak... bukan begitu… maksudku—”“Sedih mendengarnya. Padahal Anda menatap saya seperti itu.” “...Bukan begitu, aku cuma sedang...” 'Tentu saja aku sangat merindukanmu. Haiss... Dasar Ke
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status