Semua Bab Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku: Bab 231 - Bab 240
242 Bab
Keraguan Yang Semakin Dalam
Setengah jam sebelum jam yang ditentukan, Javier sudah menginjakkan kakinya di Shakes Grill. Restoran bergaya Italia-Amerika yang terkenal karena sejarah kelamnya. Pandangan mata Xavier mengedar, mencari posisi meja yang telah diberitahu oleh Dokter Richard sebelumnya. “Apa benar anda Dokter Javier?” seseorang tiba-tiba menyapanya dari arah belakang. Refleks Javier memutar tubuhnya. Seorang wanita berpakaian serba putih. Dengan pita merah melingkar di kerah kemeja. Serta celana bahan warna hitam polos membalut kaki jenjangnya. “Ya, aku Javier.”“Selamat datang di resto kami, Dokter javier. Dokter Richard sudah menunggu anda di ruang VIP. Mari saya antar.”Javier mengekor di belakang pelayan itu. Sesekali mencuri pandang ke arah beberapa tamu yang mengisi meja di sudut ruangan berukuran cukup besar ini. “Silahkan, Dokter Richard ada di dalam. Jika anda butuh sesuatu, anda bisa panggil saya.” “Terima kasih.”Di depan javier saat ini sepasang pintu membatasi dirinya dengan Dokter R
Baca selengkapnya
Menyerah
Secangkir kopi menemaninsore hari Ameera dalam kesendirian. Absennya Faaz semakin melengkapi kesepian Ameera. Demi mengisi waktu kosong, sekaligus kehampaan yang ia rasakan, beberapa buku jurnal ia tumpuk di depannya. Pemandangan di salah satu meja di sudut ruangan itu terlihat sibuk, kontras dengan kenyataannya. “Satu kentang goreng pesananmu, nona. Ada yang bisa aku bantu lagi?” “Oh, tidak. Terima kasih.” Pelayan berlalu pergi. Hening kembali menyelimuti. Ameera berusaha untuk fokus pada apa yang sedang dibaca olehnya. Namun, otaknya seakan memilih jalan sendiri. Pikiran Ameera malah membawanya pada satu nama yang tiba-tiba muncul. Pertanyaan, bagaimana kabarnya? Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apakah dia baik-baik saja selama menghilangkan jejak? Terus berputar di kepalanya. Padahal, Ameera tidak memiliki tendensi apapun tentang sosok itu. Pemandangan kota seharusnya bisa membawa Ameera melupakan bayang masa lalu, tetapi, hampir dua tahun lamanya, cara itu tidak benar-be
Baca selengkapnya
Hilang
“Aku akan memilih jadi selirmu!” kata Sarah kaget dengan bentakan yang diberikan lucifer padanya.Jawaban Sarah langsung membuat Lucifer menyunggingkan senyum miring dengan raut wajah puas. Jawaban itulah yang sudah ia nantikan sejak lama. Wanita-wanita cantik yang melayaninya belakangan ini membosankan. “Kamu memilih pilihan yang tepat, Sarah. Dengan ini kamu resmi menjadi selirku,” bisik Lucifer di telinga Sarah. Sekujur tubuh Sarah merinding kala hembusan napas Lucifer menerpa tengkuk lehernya.“Aku akan menjadi selirmu dengan satu syarat.” Sarah kembali buka suara. Ia mencoba membalikkan keadaan, tak ingin tergerus oleh intimidasi Lucifer yang mematikan. “Oh, keputusan bersyarat rupanya. Katakan apa syarat yang mau kamu ajukan.” “Kamu harus membersihkan namaku dari gelar bar-bar dan wanita jomblo abadi di mata semua orang. Juga, mengklarifikasi berita yang sudah tersebar menjadi berita positif tentangku. Aku tidak mau namaku tercoreng lagi. Jika kamu bisa melakukannya, aku akan
Baca selengkapnya
Keputusan Besar
Tin! Tin!Suara klakson mobil membuyarkan obrolan pagi diantara Ameera dengan asisten rumah tangganya. Keduanya mengerutkan kening bingung. Siapa gerangan yang pagi-pagi sekali sudah bertamu? “Sepertinya ada tamu, non. Bibi ke depan dulu, ya,” kata bibi seraya menaruh kembali sebuah piring di meja makan. Ameera mengangguk, membiarkan wanita itu menyambut kehadiran sosok tak diundang itu kemudian melanjutkan makannya. Seperti biasa, Ameera bertugas jaga pagi hari ini. Deretan jadwal konsultasi bagi pasiennya sudah menunggu untuk di rampungkan hingga nanti sore. Setelah menyelesaikan makannya, terdengar suara langkah kaki menghampiri Ameera yang sedang meneguk air putih.“Non, mas itu datang lagi,” kata bibi. Raut wajahnya khawatir ketika mencium bau-bau perang dingin yang akan terjadi diantara majikannya dengan pria yang ia maksud. “Mas siapa, bi?” Ameera kebingungan. Pasalnya ia tidak memiliki bayangan sedikitpun. Hari masih terlalu pagi untuk mencerna sebuah teka-teki.“Pria yang
Baca selengkapnya
Perseteruan Dua Pria
“Nova, kamu kenapa menghindar dariku?” Tubuh Nova berbalik secara paksa ketika sebuah tangan mencegat pergelangannya. Nova tahu siapa pembuat onar di tengah keramaian swalayan yang sedang ia sambangi. Membelakangi stroller putranya, Nova memandang malas Mark yang kini berdiri menjulang di hadapannya. Manik keoranyean, menyorot tajam. Pandangan Mark turun ke arah dua tas belanjaan yang tersampir di kanan dan kiri stroller milik Noa. “Kenapa?” tanya Nova sinis. Awalnya, ia tidak ingin membuka topik pembicaraan dengan pertanyaan singkat itu. Tetapi, gerah semakin menjadi. Bahkan hanya ditatap Mark beberapa saat saja berhasil membuat sesuatu di dada Nova bergejolak. Tentu, gejolak aneh itu nova yakini sebagai bentuk tidak nyaman semata. Bukan karena perasaan nyaman atau cinta sekalipun.Terlalu lelah untuk bicara tentang cinta saat ini. Keberadaan Noa adalah yang paling utama baginya melebihi apapun. Mark memamerkan ekspresi bersalah, dan Nova tahu itu hanya sebuah upaya untuk memani
Baca selengkapnya
Perdebatan Dua Pria
Duduk diantara banyak pepohonan rimbun demi kenyamanan bayi mungil yang terlelap dalam stroller. Dua orang yang sempat terlibat perang dingin memilih taman di belakang swalayan untuk sekedar menghalau ego yang menggebu. Atas saran Nova, Mark dan Angga diasingkan ke tempat ini. Supaya kalian tahu, bagaimana seharusnya menjadi pria dewasa. Itu pesan Nova saat menengahi perseteruan diantara dua pria yang menggilainya. Sedangkan wanita itu, memilih untuk menyendiri di bagian lain swalayan. Mark berinisiatif mengambil alih penjagaan atas Noa dari Nova setelah melakukan bujuk rayu yang kesekian hingga akhirnya Nova luluh juga. Itu Mark lakukan demi kenyamanan kekasihnya. “Setelah kau melakukan itu pada Nova, kau masih punya nyali untuk menemuinya?” Mark membuka obrolan di tengah keheningan sebelumnya mencabik batin dua pria itu. “Tahu apa kau tentang aku?” “Banyak hal. Banyak yang Nova bagikan padaku, termasuk tentang dirimu yang sudah melukai hatinya. Aku tidak habis pikir, apa kuran
Baca selengkapnya
Jadi Tawanan
“Bagaimana menurutmu, mana hadiah yang cocok untuk wanita pujaanku?” tanya Mario pada Angga. Sahabatnya itu tersenyum lebar tanpa beban. Menyeret Angga ke dalam sebuah toko perhiasan ternama.Angga belum sepenuhnya mengerti maksud Mario, hanya mengernyitkan dahi. “Untuk siapa?” Mario menghembuskan napas lelah. “Jadi, sejak tadi aku mengoceh di jalan, kau tidak mendengarkan aku?” keluh Mario kecewa. Wajahnya berubah masam. “Um, itu–” “Sudahlah, aku tahu apa yang mau kamu ucapkan. Sekarang bantu aku.memilih perhiasan yang cocok untuk Nova.” Deg! Berat rasanya menelan ludah saat mendengar nama Nova terlontar dari mulut Mario. Tatapan Mario yang dalam menyiratkan cinta yang besar untuk wanita yang justru masih berstatus sebagai istri Angga.Andai Mario tahu kebenarannya, apakah pria itu masih bisa bersikap hangat pada Angga dan menganggapnya sebagai sahabat?Belum tentu. Sebuah kenyataan pahit yang harus siap Angga telan mentah-mentah. “Diantara dua kalung ini, menurutmu, mana yang
Baca selengkapnya
Dengki
Bab 31“Saya hanya berniat mengingatkan saja, tanpa bermaksud untuk ikut campur lebih jauh urusan nona dan tuan. Maafkan saya,” kata Astri merasa bersalah.Sarah berusaha untuk memaklumi kekhawatiran Astri. Tapi untuk seseorang yang cukup peka, Sarah tidak menelan mentah-mentah ucapan Astri tadi. Instingnya mengatakan Astri tahu hal lain yang disembunyikan oleh semua orang. Dan Astri penasaran akan hal itu.“Tidak masalah, aku senang kamu mengkhawatirkanku. Artinya kamu peduli padaku,” balas Sarah. Ia menampilkan senyumnya yang terpantul dari cermin di hadapannya. Dari sana terlihat Astri yang juga membalas senyuman Sarah.“Saya sangat peduli dengan nona. Dari sekian banyak wanita yang menjadi selir tuan, cuma nona Sarah yang sangat rendah hati.” Astri mengakui. Sambil menata rambut Sarah, sang asisten dengan cekatan memberikan polesan-polesan riasan tipis di wajah Sarah. Setengah jam sudah berlalu, namun dua wanita itu masih sibuk dengan segala tetek bengek bersolek. Brak!!Sarah da
Baca selengkapnya
Malam Persaingan
Angga menurunkan pandangan cukup lama. Bukan kehilangan kepercayaan diri namun, tak kuasa melihat keintiman diantara dua sejoli yang bertemu malam ini. “Untung kamu sama om, Noa,” ucap Angga bermonolog. Bayi di dalam stroller itu menatap Angga lama. Seakan setuju dengan pernyataan omnya. Sedangkan, di seberang meja Angga saat ini. Ada dua sejoli yang sedang melakukan pendekatan satu sama lain. Mario nampak memamerkan senyum terbaiknya di depan Nova. Sedangkan Angga berusaha menahan napas karena pemandangan romantis itu menyakiti hatinya. Ya, Angga cemburu. “Ini untuk aku, Mario?” suara lemah lembut yang khas, menjalar disekitar telinga Angga. Terasa menggelitik hatinya meski pertanyaan itu ditujukan untuk Mario. “Iya, Nova. Ini untuk kamu. Kamu sudah berjuang sejauh ini, kamu wanita hebat.” Angga tidak tidak memiliki masalah dengan pendengaran. Tetapi ia sengaja menutup kedua telinga dengan penyumbat tak kasat mata. Dikala pujian demi pujian dilontarkan Mario untuk Nova, Angga m
Baca selengkapnya
Dendam
Menyusuri koridor di mana unitnya berada, Lita berjalan dengan langkah gontai. Riasan di wajah sudah tidak beraturan. Meski demikian, kecantikan wanita berusia 29 tahun itu tak kunjung luntur terhanyut oleh air mata yang sebelumnya mengalir dengan deras. Tok tok tok! “Mario, buka pintu!” teriak Lita dari luar unitnya. “Mario!”Tetap tidak ada jawaban. Lita baru menyadari, ia tidak membawa kunci akses unitnya sendiri sebelum pergi tadi. Dengan perasaan kesal Lita mengutuk kebodohannya hari ini. “Selamat malam, Nyonya Lita?” suara petugas yang bertugas di lantai itu menyapa Lita. “Malam.” “Kelihatannya anda sedang kebingungan, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” Ah, akhirnya bantuan datang tanpa membuat Lita repot harus turun ke meja resepsionis untuk meminta akses baru. “Bisakah anda membantu saya membukakan pintu unit? Saya lupa membawa kuncinya di dalam.” Senyum hangat menghiasi wajah yang mulai menampakkan keriput di bawah mata pria itu, “Dengan senang hati, Nyonya. “Krek.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status