All Chapters of Kaisar Dewa Regera: Chapter 91 - Chapter 100
136 Chapters
88. Terror bagi Regera
"Lanjutkan," ucap pendekar botak kepada gadis di ujung altar yang meleleh membentuk lubang. "Maaf, lanjutkan apa tuan?" Ia memastikan dengan ragu-ragu. "Perlu aku ulangi?" "Maaf maaf!" Ia langsung melangkah maju, lalu berdiri tepat di pinggir lubang besar pada altar. Energi meluap dari tubuhnya, disusul segel tangan yang rumit. Tidak butuh waktu lama, energi mengalir ke udara, menyebar di langit-langit gua. Sebuah lingkaran formasi terbentuk, lalu berdencing dan disusul aliran energi dari jamur di dinding gua. Energi kembali mengalir di tubuh Akara yang lemas di udara. Keraguan di wajah gadis Sheva telah berubah menjadi senyuman kepuasan. "Anak muda, takdir berpihak kepadaku," gumamnya...."Mama Serin?!" Akara berdiri tenang dalam kehampaan, tidak ada apapun dalam kegelapan. Bahkan ia tidak mendapatkan jawaban dari panggilannya kepada Serin yang seharusnya bersama dia. Ia lalu menyapu pandangan secara perlahan, sebelum akhirnya tertuju pada satu sisi. Tidak terlihat apapun, tapi
Read more
89. Adlar Terpojok
Di wilayah klan Vasto, tepatnya di salah satu sisi kota Laut Panas, ada portal besar yang dikelilingi batu pencakar langit. Sekitar 20 orang melayang di luar kubah pelindung, yang mengelilingi deretan batu pencakar langit. Mereka para Zurrark, Zur dan beberapa orang Vasto. Sedangkan di depannya, ada Adlar yang menghadang mereka. "Adlar, jangan buang-buang waktu, sekarang bukalah kubah pelindung!" ucap seorang Vasto dengan lempengan emas yang melayang, mengitari pundaknya. "Adik ipar, Adlia belum kembali dan Regera juga masih mengasingkan diri, tunggulah mereka sebentar lagi," jawabnya, pupil 3 garisnya sekilas melebar, memperlihatkan keseriusannya. "Regera sudah sebulan penuh tidak muncul, apa yang kau sembunyikan?" gertak pria Vasto bertubuh kekar dengan logam tebal melayang di pundak dan lengannya.Adlar yang terpojok masih tenang, tapi logam cair mulai naik dari kepulauan uap, menyelimuti kubah pelindung. …Akara menemui Myrna, Alkemis cantik. Altar di sampingnya telah berluban
Read more
90. Baram Vs Lumpang
"Tidak bisa, dia masih ada urusan denganku!" Myrna menghadang Adlia, tapi gadis itu juga tak segan kepadanya. "Ayo!" Akara langsung meraih tangan Adlia, membuat Myrna melesat menghadang jalan mereka. "Baiklah, akan aku hilangkan energiku dari tubuhmu!" "Setelah urusan kami selesai!" Akara perlahan mendorongnya ke samping dan bergegas pergi. Sayangnya, ia tiba-tiba terhenti dan memegangi bekas luka di dadanya. "Ada apa?!" Kedua gadis langsung mendekat penuh kepanikan, tapi segera terkejut saat melihat luapan energi kutukan di dadanya. "Apa yang kau lakukan?!" Adlia langsung membentak Myrna, tapi gadis berpakaian lingerie itu juga panik. "Tidak tau, seharusnya tinggal sedikit saja!" ...Seseorang melesat terbang dari altar teleportasi Tunggul Tua, tubuh kekarnya tercetak pada pakaian putih dengan aksen emas yang ia kenakan. Ia terbang seakan begitu ringan, padahal ada golok besar di belakang punggungnya. Melihat
Read more
91. Kekacauan di kota Tunggul Tua
Baru saja keluar dari lorong, Akara dan Adlia disambut oleh gelombang energi yang menggetarkan seluruh sudut kota."Tidak dapat berteleportasi, dia pasti ada di sini!" gumam Akara dengan geram. Selain energi kutukan, juga terlihat darah merembes dari jubah hitamnya, membasahi jari-jari yang mencengkram dadanya. Ia segera meluapkan energi dingin dan membekukan lukanya."Tuan Regera!" Seorang prajurit melesat ke arahnya sambil berteriak. "Fraksi Cahaya Ilahi ada di sini, penguasa kota meminta kalian segera pergi dari sini!" Akara menoleh sekilas ke arah gadis Vasto di sampingnya, lalu mengeratkan pegangan tangannya. Jwesh!... Mereka terbang sangat cepat, meninggalkan hembusan angin yang menggulung. Saat melewati kota, dentuman yang menggetarkan terjadi secara beruntun, menjatuhkan debu dari langit-langit kota. "Itu dia! Ternyata dia masih di dalam kota selama ini!" teriak seseorang sambil menunjuk ke arah Akara yang terbang di atas kota.
Read more
92. Zurrark Fraksi Cahaya Ilahi
Pria Sheva bertanduk emas terlempar ke kepulauan awan hitam, lalu menapakkan kakinya di udara hingga awan seketika menjauh darinya. Hanya sekilas birunya langit terlihat, karena awan yang lebih tinggi segera mengepul. Dengan satu gerakan, ia menarik kain yang menyelimuti tubuhnya, hingga bagian belakang ke depan. Ia tepuk pelan untuk memadamkan kobaran api karena laser. Tidak membekas sedikitpun. "Sialan!" Baram melesat bagaikan kialatan cahaya, dengan ayunan goloknya yang meninggalkan robekan kehampaan di udara. Jleng!... Dentuman hebat saat mereka membentur, terbentuk robekan kehampaan yang luas. Sekaligus membuyarkan kepulan awan.Swash!... Bilah tajam pada golok menyala, tapi Lumpang segera melompat ke belakang. Jwush!... Pakaiannya seketika merekah, sangat luas dan mengurung keduanya. Benar-benar menjadi gumpalan kain lusuh raksasa yang terus menggeliat. Tiba-tiba, sebuah laser menyorot keluar, menembus kain, tapi segera tertutup
Read more
93. Memasuki Ekspedisi Reruntuhan
Namun, Akara tiba-tiba menoleh ke sisi lain. Ada sesuatu yang melesat sangat cepat ke arahnya. Blarr!... Ia tertabrak hingga terpelanting, tapi segera berdiri dan terdorong di udara. "Kenapa belum pergi?!" geram pria Sheva bertanduk emas yang menabraknya, tapi segera menoleh ke arah Zurrark berpakaian emas. Lumpang sudah tak berpakaian, hanya energi hitam yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Ia juga telah membawa tongkat hitamnya. "Regera!!" teriak Baram yang muncul di sisi lain, tapi ia juga segera menoleh ke arah Zurrark. "Zurrark Fam!" lanjutnya dengan geram, membuat Lumpang cukup terkejut. "Baram, aku hanya ingin membantumu menangkapnya. Tidak perlu berterima kasih padaku," "Terserahlah, yang penting bocah itu tertangkap!" Meraka sudah terpojok, ditambah lagi luka tebasan di dada Akara yang kembali terbuka lagi. Kristal es yang menyelimutinya telah berubah warna menjadi merah. Melihat kondisinya, Lumpang segera memastikan. "Bagaimana kondisimu?" "Akan aku bangun ulan
Read more
94. Zurrark klan Sheva
"Adlar, cepatlah buka portalnya! Kami tidak akan menolaknya karena dia sudah menjadi muridmu!" seru Zurrark bertubuh atletis."Banyak omong kau Alltar!" geram Adlar tertahan, lalu menjulurkan sebuah bola batu transparan kepada Akara. "Jangan terlalu memaksakan dirimu!" Ia lalu berbalik ke arah kubah pelindung. Sebuah lempengan giok hijau bundar seperti jam dinding ia lempar dan langsung melesat ke pusat kubah. Layaknya puzzle, lempengan giok merenggang, dengan energi kehijauan yang masih saling terikat. Lempengan giok berputar, bagaikan sebuah tuas pintu, membuka kubah energi di salah satu sisi. Tanpa berpikir panjang, para Vasto berseru penuh semangat dan melesat. Begitupun dengan Akara, melesat sambil melempar dua butir pil ke dalam mulutnya....Sekelebat energi hitam telah sampai di wilayah klan Sheva, sebuah tebing yang tergerus di bawahnya. Menjadi sebuah kota yang dinaungi atap satu sisi tebing. Energi melesat ke sisi samping atas atap tebing, ada seorang wanita Sheva berdiri
Read more
95. Makhluk Mutasi
Bayangan hutan raksasa sudah mulai menutupi kota Tunggul Tua, menyisakan cahaya kemerahan di bagian atas kota. Suasana yang sudah kembali tenang, dengan puing-puing yang sudah dibersihkan. Namun, tanpa sadar udara menjadi semakin gelap. Saat warga mengetahuinya, mereka sudah telat. Kota bergetar, bergemuruh seperti gempa. Pemukiman yang tepotong laser jadi berjatuhan, kembali dibuat berantakan. "Apa yang terjadi?! Ada apa?!" Warga berhamburan keluar penuh kepanikan, disusul dentuman gelombang energi dari atas kota. Tidak sedikit yang terjatuh dan langsung menoleh ke atas. Pria Sheva bertanduk emas telah melayang di sana, tepat di ujung bangunan menggantung. Di hadapannya, ada wanita yang juga dari klan Sheva. Wanita dengan tanduk seperti ranting bonsai."Zurrark Dila, saya sudah menunggu kedatangan Zurrark!" Lumpang sedikit membungkuk, tapi malah membuat wanita di depannya melotot tajam. "Apa maksudmu sudah menunggu?" ucapnya dengan g
Read more
96. Para Zur menyudutkan Akara
"Sialan! Sudah penyakitan masih saja bisa bertahan!" Zur Allran mengeluarkan sepasang palu di tangannya. Melihat semua hak itu, gadis cantik berpakaian penuh rumbai terbelalak dan berseru. "Apa yang telah kalian lakukan kepadanya?!""Diamlah kak! Dia memang tidak layak di sini!" Gadis dengan wajah yang sama langsung menarik tangannya, jarinya mengapit cincin kakaknya."Adlea! Ayah berhutang budi kepadanya!" Adlia langsung mengibaskan tangannya hingga pegangan kakaknya terlepas. Sedangkan Zur Allran sudah mengumpulkan energi di palunya.Jlar!... "Hentikan!" Adlia langsung menembakkan energi ke arah palu yang meluncur, menciptakan ledakan, tapi tidak menghentikannya. "Apa yang kau lakukan Zur Adlia?" Zur Ashah bertanya dengan tegas. Adlia kebingungan saat mereka semua menatapnya dengan sinis, sedangkan Zur Allran kembali meluncurkan palu lainnya. "Hentikan!" Adlia melesat, menabrakkan dirinya kepada palu.Blar!... Tubuhnya terlempar hingga meluncur, menabrak reruntuhan, membuat Zur
Read more
97. Tempat yang dituju
"Kau benar-benar ingin mati di sini?!" Zur Allran tersenyum lebar, tapi senyumannya dengan cepat hilang saat melihat kristal darah di dada Akara meleleh. Bekas lukanya telah tertutup seperti sebelumnya?! Akara langsung menarik kuat jubah hitamnya yang telah rusak hingga terlepas, seketika jubah lain sudah terpasang di tubuhnya. Senyum penuh kepercayaan diri merekah di bibir, sambil memainkan pedang kayunya. "Kemarilah!" Jlar!... Petir merambat dari tubuhnya ke segala arah, tertahan beberapa saat bagaikan lukisan di udara. Mereka ingin melesat saat sambaran petir menghilang, tapi segera menoleh ke sisi yang sama. Hamparan gurun tandus. Suara tenggorokan reptil terdengar begitu keras, membuat Akara teringat kejadian sebelumnya. Tangan yang menenteng pedang gemetar, disusul auranya yang tertutup. Meskipun demikian, petir yang menari-nari di gelapnya awan tak kunjung sirna. "Cepat sembunyi! Sembunyikan energi kalian juga!" Zur Ashah langsung melompat turun pada deretan tembok reruntu
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status