All Chapters of Baby Triplets Milik Om Tampan: Chapter 271 - Chapter 280
349 Chapters
(TIANA STORY) HARMONI PASANGAN MUDA
"Aldrich besok mau ke kantor, ya? Tidak jadi libur satu minggu?" Pertanyaan itu terlontar dari Tiana yang sedang duduk di tepi ranjang menatap suaminya. Aldrich menoleh dan tersenyum tipis seraya menyunggar rambut cokelatnya di depan cermin. "Mungkin hanya meeting saja, setelah itu aku langsung pulang, Sayang. Kenapa memangnya?" tanya Aldrich berbalik berjalan mendekati Tiana. Tatapan mata Tiana yang sayu membuat telapak tangan Aldrich melekat menangkup satu pipi wanitanya. Aldrich mengelusnya dengan ibu jari secara lembut. "Tiana di rumah sendirian dong..." "Ikut saja bagaimana? Nanti diam di dalam ruanganku, pulangnya kita jalan-jalan, bagaimana?" tawar suaminya. "Semua orang nanti lihatin Tiana terus." Cemberut gadis itu. Aldrich terkekeh, ia membungkukkan badannya dan menarik lepas kaca mata yang Tiana pakai. Laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya hingga terasa hangat embusan napas yang menyapu kulit pipi Tiana. "Biar saja semua orang melihat, kau kan memang istriku.
Read more
(TIANA STORY) KEBAHAGIAAN ISTRIKU ADALAH BAHAGIAKU JUGA
Setelah menunggu beberapa menit bersama Misora di dalam ruangan, Tiana kini mengajak teman barunya itu keluar sebentar. "Saya tidak berani keluar dari sini, nanti Pak Tiano akan marah Nyonya Tiana," ujar Sora, dia mencekal pergelangan tangan Tiana. "Tidak akan, tenang saja... Ayolah, kita makan siang di kantin yuk! Kalau menunggu mereka selesai meeting, kita bisa mati kelaparan, Sora!" seru Tiana menarik lengan Sora. Mau tidak mau Sora pun langsung ikut dengan Tiana. Mereka berdua berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut dan menuju ke lantai dasar. Tiana kelaparan kalau harus makan siang menunggu Aldrich yang tidak kunjung kembali. Aldrich dan Tiano, mereka pasti kalau meeting sampai ke akar-akarnya akan dibahas. "Sora, kau benar-benar dari Jepang, ya?" tanya Tiana kini berjalan berdampingan dengan gadis itu. "Betul Nyonya, Mama dan Papa saya asli orang Jepang, lalu Papa meninggal dan Mama menikah lagi, kita pindah ke Inggris saat saya berusia lima tahun, tapi saat saya sekol
Read more
(TIANA STORY) AMARAH DAN PERCINTAAN
"Al, kenapa dari tadi Oma telepon tidak dijawab-jawab! Dari mana saja kau ini, hah?!" Suara Karen terdengar memarahi Cucu laki-lakinya. Aldrich mendengkus pelan mendengar omelan sang Nenek. "Aku baru saja mengajak Tiana jalan-jalan, ada apa sih Oma?" Aldrich melepaskan tuxedo hitamnya dan ia duduk di sofa kamar. "Jalan-jalan? Bukannya pagi tadi waktu Oma telpon katanya kau meeting..." "Iya pagi siang tadi, sorenya kan sudah selesai." Aldrich menoleh ke pintu kamar mandi, Tiana berjalan keluar dengan pakaiannya yang sudah diganti dan tubuh segarnya. Gadis itu menatap Aldrich yang tengah bertelepon dengan Neneknya. "Setelah pulang kerja itu ya pulang ke rumah! Istirahat, bukannya malah pergi. Itu hanya menambah lelahmu saja!" omel Karen, dia kadang menyebalkan sama seperti Roghan. "Ck! Sudahlah Oma..." "Jangan terlalu memanjakan Tiana! Kalau kau tidak melatihnya, kapan dia akan dewasa?! Kau akan lelah sendiri diakali terus oleh gadis yang kekanakan. Oma tahu dia gadis yang sang
Read more
(TIANA STORY) AKU YANG HARUS MENGALAH
Tiana di rumah sendiri hari ini, ia harus membiasakan diri dan berani sendirian di rumah. Aldrich mengajarkan padanya untuk menganggap rumah besar itu sebagai miliknya agar dia tidak takut.Dan kini Tiana membersihkan beberapa ruangan-ruangan megah dan besar di lantai satu. Sampai dia menemukan ruangan berdiri penuh dengan foto-foto keluarga yang dipajang di sepanjang dinding. "Wahhh, ini keluarga besar Aldrich? Dari Nenek, Kakeknya ya?" gumam Tiana menatap semuanya satu persatu. "Emm, ini kan Aldrich, dengan siapa?" gumam lirih Tiana melihat foto Aldrich saat masih remaja dulu bersama seorang gadis yang memeluk lengannya dan tersenyum manis. Tiana mendekat, menyamakan wajah gadis itu dengan keluarga yang lainnya, tidak ada yang sama. Bahkan rambut gadis itu berwarna pirang, keluarga Hubert keturunan asli dari Belanda, tidak memiliki keturunan berambut pirang. "Siapa ya? Kenapa Aldrich tidak pernah bercerita padaku?" Tiana kembali merapikan ruangan tersebut, ia membersihkan lemar
Read more
(TIANA STORY) KETULUSAN ALDRICH DAN PERMINTAAN MAAF
Malam sudah larut, Tiana duduk di teras depan menunggu suami dan Papanya pulang. Aldrich dan Sebastian belum juga kembali. Tiana menyergah napasnya panjang dan menyandarkan punggungnya. Bukannya mobil Papinya yang datang, melainkan sebuah mobil berwarna merah milik Tino. "Kak Tino," gumam gadis itu. Laki-laki dengan balutan kemeja putih tersebut turun dari dalam mobil dan menatapnya dengan tatapan tak biasa. "Kenapa di sini? Suamimu mana?" tanya Tino menaiki anak tangga teras dan berdiri di hadapan Tiana. "Aldrich sedang pergi dengan Papi, ada urusan penting dan belum kembali." "Astaga... Mungkin ke luar kota, sudah ayo masuk! Nanti mereka juga pulang, tenang saja! Aman dengan Papi suamimu itu tidak akan selingkuh!" seru Tino memasang wajah yakin. Tino mengulurkan tangannya dan Tiana pun ikut masuk bersama kembarannya tersebut. Wajah murung Tiana membuat Tino merangkul pundak gadis itu. "Kenapa? Ribut sama Lalat Buah?" tanya Tino mendekatkan wajahnya pada Tiana. "Tiana diben
Read more
(TIANA STORY) HAL YANG KURANG MENGENAKKAN
Keesokan paginya Tiana dan Aldrich langsung pulang dari kediaman orang tua Tiana. Mereka berdua ingin menghabiskan hari libur di rumah.Tiana berjalan masuk ke dalam kamarnya dan ia melepaskan jaket tebalnya. Sementara Aldrich berjalan di belakangnya seraya bersenandung kecil. "Hari ini ada ide ingin menghabiskan hari dengan hal menyenangkan apa, Sayangku?" Laki-laki itu mendekati Tiana dan memeluknya dari belakang. "Mau bersih-bersih rumah," jawab gadis itu. "Oh ayolah, kau hanya membuat tubuhmu lelah saja. Lebih baik kita habiskan waktu berdua di kamar dan kita bisa bercin-""Itu juga membuatku jauh lebih lelah, dua kali lipat sangat-sangat lelah!" sela Tiana menjawabnya telak. Aldrich tertawa pelan dan ia menjatuhkan keningnya di pundak Tiana."Ayolah Sayang, kita melakukan apapun... Yang menyenangkan!" Laki-laki keras kepala ini terus merengek seperti anak kecil. "Semua ruangan di rumah ini rata-rata kosong dan kotor. Harus dibersihkan, salah siapa punya rumah besar tapi pen
Read more
(TIANA STORY) BIARKAN AKU MENJALANI PERANKU SEBAGAI ISTRIMU!
"Sayang..." "Tiana tidak papa, Aldrich." Tiana menoleh dan tersenyum samar pada suaminya. Wajah Aldrich menjadi sangat cemas sejak Samuel pulang, belum lagi obrolan Samuel tentangnya yang keceplosan mengatakan kalau Papa dari Aldrich tidak menyukai Tiana dan tidak menganggapnya sebagai menantu.Aldrich cemas kata-kata itu melukai hati Tiana hingga membuat istrinya marah. Namun kenyataannya kini Tiana biasa saja dan tidak menunjukkan kekesalan sama sekali. "Kau sungguh tidak marah?" Aldrich menarik lengan sang Istri dan memintanya untuk menatapnya. Tiana mendengkus kesal, ia memutar duduknya dan beralih menatap Aldrich sepenuhnya. Bibir gadis itu cemberut sebal dipaksa mengaku untuk hal yang tidak ia rasakan sama sekali. "Kan Tiana sudah bilang! Tiana sama sekali tidak kesal, Aldrich!" pekik gadis itu cemberut. "Lagipula Tiana juga sudah tahu kalau Papa memang tidak suka sama Tiana. Bagi Tiana yang penting Aldrich suka sama Tiana, sudah! Titik!" Kembali Tiana berbaring di atas r
Read more
(TIANA STORY) ISTRIKU YANG KU BANGGAKAN
Beberapa Minggu Kemudian..."Oma datang kenapa tidak kabar-kabar dulu? Tahu begitu kan Tiana dan Aldrich bisa menjemput Oma di bandara." Tiana menatap Karen yang kini duduk di sofa setelah meletakkan tas besarnya di atas kursi kayu. "Tidak perlu repot-repot, Tiana. Oma juga masih punya nyali naik taksi menuju ke sini," jawab wanita itu seraya melepaskan selendang yang dia pakai. "Mama dan Papa tidak ikut ya, Oma?" tanya Tiana menanti-nanti. "Roghan mana mau bertemu dengan putranya. Dia kecewa dengan suamimu, anak satu diatur susah sekali!" Tiana terdiam dan tersenyum tipis, semakin ia merasa dan berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya sendiri. Apakah dirinya ini bentuk dari kegagalan seorang suami di mata keluarganya? Bila benar begitu, lantas kenapa Karen dan Emma tetap mengizinkan Aldrich untuk menikah muda. "Tenang... Tenang... Tidak sepenuhnya Roghan itu membencimu," kata Karen tersenyum tipis pada Tiana."Iya Oma." Gadis itu menganggukkan kepalanya kecil. Helaan napas t
Read more
(TIANA STORY) CUCU MENANTU YANG SANGAT DISAYANGI
"Kau tidak menyeriusi ucapan Oma, kan?" Aldrich berjalan mendekati Tiana yang kini tengah duduk di balkon kamar mereka. Suara Aldrich membuat Tiana menoleh ke belakang menatap suaminya. Gadis itu mengerjapkan kedua matanya pelan. "Ya Sayang?" Aldrich duduk di sampingnya dan menggenggam satu tangan Tiana. "Jangan hamil dulu," ujar laki-laki itu langsung to the point. Kedua mata Tiana mengerjap seolah bertanya-tanya, mengapa? Mengapa tidak boleh?Tautan jemari Aldrich dibalas menjadi genggaman yang hangat oleh Tiana. Gadis itu menyandarkan kepalanya di pundak Aldrich dengan nyaman. "Kenapa jadi panik begini? Seorang anak itu lahir karena anugerah dari Tuhan, kalau diberi sekarang maka harus diterima, kalau belum diberi berarti belum mendapatkan anugerah tersebut. Iya kan?" Gadis itu menatap wajah Aldrich yang nampak ragu-ragu. "Ck! Pokoknya jangan dulu, Sayang!" seru laki-laki itu kesal. Tiana terkekeh geli dengan ekspresi kesal Aldrich pada istrinya ini. Perlahan Tiana mengulu
Read more
(TIANA STORY) ISTRIKU YANG SANGAT DISAYANGI
Aldrich memanggil dokter untuk memeriksa Tiana dan memastikan keadaan istrinya. Laki-laki itu khawatir dengan apa yang terjadi pada Istrinya saat ini. "Nyonya Tiana tidak papa, hanya kelelahan saja. Tolong untuk tidak mengabaikan kesehatannya ya, karena Nyonya juga butuh banyak waktu untuk beristirahat," ujar seorang dokter perempuan yang baru saja memeriksa Tiana. "Tapi sungguh tidak ada yang serius dengan istri saya, dok?" tanya Aldrich serius."Tidak ada Tuan. Hanya kekalahan biasa saja." Tiana memperhatikan suaminya yang begitu khawatir dengan keadaan Tiana saat ini. Sampai akhirnya dokter pun kini berpamitan, tinggal Aldrich dan Tiana saja yang ada di dalam kamar itu. Tiana mengulurkan tangannya meraih lengan Aldrich dan memintanya untuk duduk di sampingnya. Wanita cantik itu tersenyum sembari menggelengkan kepalanya mengisyaratkan kalau dia tidak papa. "Sayang, aku baik-baik saja kan! Tiana bilang juga apa, Tiana itu tidak papa," ujar Tiana tersenyum manis. Aldrich duduk
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
35
DMCA.com Protection Status