All Chapters of Baby Triplets Milik Om Tampan: Chapter 291 - Chapter 300
343 Chapters
(TIANA STORY) PASANG YANG SALING MELENGKAPI
Hujan deras turun malam ini, Aldrich tengah duduk di dalam ruangan kerjanya seorang diri. Laki-laki itu mengembuskan napasnya panjang menatap layar laptopnya. Baru juga tiga hari dia tidak bekerja, ternyata pekerjaannya sudah menumpuknya banyak dan akan menjadi tugas beratnya. "Hahh... Tiga hari saja sudah seperti ini, bagaimana kalau sampai berhari-hari. Mungkin aku bisa gila!" Aldrich memijit pelipisnya pelan. Laki-laki itu meraih ponsel miliknya yang berada di atas meja, ia mencoba menghubungi Samuel saat ini juga. "Halo Sam, kau di mana? Oh... Kau di kantormu? Bisa kau ke sini, bantu aku menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda kemarin?" Aldrich duduk bersandar dan mengetukkan jemarinya di atas meja dengan teratur. "Okay, aku menunggumu!" Laki-laki itu menyergah napasnya panjang dan langsung memutus panggilan tersebut. Pandangan Aldrich tertuju pada secangkir kopi yang sudah kosong di atas meja kerjanya. Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Ia melangkah keluar, tanp
Read more
(TIANA STORY) KESALAH PAHAMAN BESAR
Hari demi hari berjalan dengan cepat, Tiana menjalani kehidupannya seperti biasanya. Ia kini menjadi wanita muda yang sedang hamil. Namun semuanya tak seindah yang Tiana bayangkan. Bila ia hamil Aldrich akan memiliki banyak waktu dengannya, nyatanya juga tidak. Siang ini, Tiana berada di sebuah bazar kota. Ia pergi sendirian tanpa pamit pada Aldrich karena merasa sangat bosan di rumah sendirian. "Beli apa lagi ya?" gumam lirih Tiana menatap keranjang belanjaannya. Dia berjalan mendekati penjualan hiasan rumah. Tiana memilih beberapa guci keramik kecil di sana. Saat Tiana hendak mengambil guci berwarna merah muda, ia bersamaan dengan seseorang meraih benda itu. "Oh, maaf..." Laki-laki itu berucap. Tiana menoleh cepat, mereka saling menatap sebelum akhirnya tersenyum. "Ya ampun, Tiana!" pekik laki-laki itu. "Ihhh, aku pikir siapa!" Tiana memukul lengan laki-laki itu yang tak lain adalah Renhard. Mereka saling tertawa, Renhard sama sekali tidak berubah. "Mana Aldrich? Ke sini
Read more
(TIANA STORY) BERUSAHALAH MEMINTA MAAF
Sesampainya di rumah, Aldrich melemparkan keranjang berisi belanjaan Tiana di lantai bawah tangga. Guci merah muda bergambar kupu-kupu itu pecah, bunga tulip yang Tiana beli berceceran dan patah. Tiana berdiri di dekat sofa menundukkan kepalanya. "Tidak usah asa acara belanja-belanjaan lagi!" teriak Aldrich menendang keranjang rotan itu. Dia marah sejak di kantor dengan beberapa orangnya yang tak kunjung menyelesaikan pekerjaan, ditambah melihat Tiana pergi sendiri, dan bertemu dengan Renhard, jelas-jelas dia tahu kalau Renhard adalah laki-laki yang pernah mencintai Tiana. "Awas kalau kau pergi lagi! Tanpa pamit padaku, awas kalau kau ulangi lagi kejadian ini, Tiana!" teriak Aldrich menuding istrinya yang hanya diam saja. "Ya ampun, Tuan..." Suara Bibi begitu terkejut dengan amarah Aldrich pada Tiana saat ini. Mereka yang setiap hari selalu harmonis dan manis, kini Aldrich begitu marah hebat. "Diam Bi! Jangan membelanya, semakin dibela dia akan semakin melunjak!" pekik Aldrich.
Read more
(TIANA STORY) KAU GELISAH TANPA AKU
Hari sudah malam dan Tiana berdiam diri di balkon rumah seperti biasanya. Ia tidak berbicara sepatah katapun pada Aldrich. Mengabaikan suaminya, padahal biasanya Tiana yang paling happy dan selalu mengejar Aldrich, mengajaknya berbincang bahkan kadang Aldrich sampai membekam bibir Tiana karena gemas. Tapi kini, semua itu tidak ada lagi. 'Aku ingin bertemu Mami, tapi bagaimana aku bisa pergi?' batin Tiana dengan perasaan gundah. Ia menyandarkan punggungnya, duduk dengan kedua kaki lurus dan memejamkan kedua mata merasakan dinginnya angin yang menusuk kulit putihnya. 'Aku tidak percaya aku akan mendiaminya seperti ini, berharap dengan aku begini dia sadar, kalau aku tidak selamanya bisa patuh pada garis yang dia inginkan. Menjadi istri yang baik bukan berarti aku patuh dan salah terus menerus di matanya. Aku juga manusia, bahkan Mami dan Papi, Tino dan Tiano, Oma dan Opa, Kakek dan Nenek, sekalipun tidak pernah membentakku. Tapi dia... Dia memarahiku sehebat itu saat aku sedang ham
Read more
(TIANA STORY) KAU DAN PERMINTAAN MAAFMU
Aldrich kembali membeli Ramen, kini ia menemani istrinya makan. Menyuapinya dengan perlahan hingga Tiana tiba-tiba tertidur sebelum makannya selesai. Ia tidak membangunkannya, melihat wajah Tiana yang begitu lelah, Aldrich tidak tega. "Kau pasti lelah, Sayang?" bisik Aldrich mengecup pipi Tiana dan membaringkannya perlahan. Aldrich menyelimuti dengan hangat, menemaninya beberapa menit sekedar menatap wajah cantik istrinya. Barulah itu melangkah keluar dari dalam kamar. Di depan pintu Aldrich melihat Bibi berdiri di sana menatapnya dengan tatapan khawatir. "Tuan, Nyonya baik-baik saja kan? Makannya tidak habis, ya?" Anggukan Aldrich berikan. "Iya Bi. Mungkin dia masih marah padaku." Wajah Aldrich menjadi sangat kecewa. Bibi menatapnya dengan tatapan kasihan, wanita itu menghela napas. Aldrich sendiri juga tahu betul kalau Bibi sangat menyayangi Tiana dan begitu perhatian sekalipun Tiana meminta hal yang aneh-aneh padanya. "Nyonya Tiana sangat sensitif, Tuan. Di masa kehamilanny
Read more
(TIANA STORY) KASIH SAYANG KAKAK PADA ADIKNYA
Seperti seorang bocah yang semua keinginannya harus dipenuhi, Tiana sungguh mengajak Aldrich ke rumah Mami dan Papinya. Bisa tidak bisa ia ingin mengadukan suaminya itu pada Papinya, biar dimarahi dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Tiana pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah begitu sampai. "Mami...!" pekiknya keras-keras berjalan masuk ke dalam. "Mam... Mami!" "Heh! Teriak-teriak aja!" sahut Tino dengan nada tinggi. "Mami mana? Papi mana?" tanya Tiana menatap Tino yang duduk di sofa ruang keluarga sembari bermain game di televisi. "Cari Tiana! Ya ampun, kebiasaan sekali sih! Punya kaki, mata juga sudah disambung dengan kaca mata, cari!" pekik kembarannya itu masih fokus pada game yang dia mainkan. Saat itu juga Tiana meraih bantalan sofa dan melemparkannya ke arah Tino seketika."Tidak usah marah juga! Tiana itu juga punya perasaan tahu!" pekik Tiana merengek. Keributan itu membuat Aldrich menghela napasnya panjang-panjang. Laki-laki itu berdiri di ambang pintu mena
Read more
(TIANA STORY) DIMARAHI PAPI SEBASTIAN
"Kau kemarin-kemarin memarahi Tiana, ya?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Tino pada Aldrich saat ada Sebastian, juga ada Tiano pula di ruangan yang mereka tempati saat ini. Aldrich mengangguk, Sebastian langsung menutup berkas di tangannya dan menatap lekat pada menantunya. "Perkara apa, Al?" tanya Sebastian. "Panjang ceritanya, Pi." Aldrich memasang wajah menyesal. "Emmm, kau membentak Tiana?" tanya Tino sekali lagi, dia menggaruk pelan pipinya dan mengela napas. "Aku tidak bermaksud ikut campur, hanya saja tadi adikku mengadu, katanya kau membentak dia..." Aldrich mengangguk lagi, dan Sebastian belum meresponnya. "Ya, aku kesal padanya karena dia pergi tanpa pamit. Ternyata dia menghubungiku dan aku sibuk sejak pagi tidak membuka ponsel. Aku tidak sengaja bertemu dengan Tiana di rumah makan, dia bersama Renhard. Sejak dulu... Aku tidak suka dengan laki-laki itu." Penjelasan dari Aldrich didengar oleh semua saudara-saudara Tiana, begitupula Papinya yang menganggukkan kepalany
Read more
(TIANA STORY) HARI YANG BERJALAN DENGAN CEPAT
Beberapa Bulan Kemudian..."Aldrich mau ke mana? Bisa tidak di rumah saja temani Tiana, malam ini saja boleh 'kan?" Tiana memasang wajah sedih, gadis itu memegangi kemeja bagian belakang yang suaminya pakai. Aldrich menoleh ke belakang menatap sang istri. Ia tersenyum manis pada istrinya yang begitu manis malam ini."Iya Sayang, aku tidak akan ke mana-mana. Lagian aku pergi juga cuma dua hari kemarin ini. Tiana juga di rumah Papi," jawab Aldrich seraya meletakkan tuxedo hitamnya di atas sandaran sofa. Tiana tersenyum manis, gadis itu langsung duduk di sofa begitu suaminya menepuk tempat di sampingnya. "Duduk di sini, Sayang..." "Heem," jawab Tiana bergumam. Gadis itu langsung duduk di samping Aldrich. Laki-laki itu tersenyum manis mengulurkan tangannya mengusap perut Tiana yang sudah terlihat besar. "Apa dia nakal seharian ini?" tanya Aldrich menatap sang istri. "Emm, tidak kok..." Tiana menatap permukaan perutnya yang diusap oleh Aldrich. Mereka berdua tersenyum membayangkan
Read more
(TIANA STORY) ISTRIKU PASTI BAIK-BAIK SAJA
"Mulai hari ini aku tidak ke kantor lagi, semua urusan kantor aku serahkan pada Samuel dan Virgo! Aku menemani istriku di rumah, dia sedang hamil besar." Aldrich nampak berbicara dengan seseorang di telepon, laki-laki itu duduk di kursi kerjanya, sementara Tiana diam memandangnya saja.Panggilan mereka tertutup, barulah Tiana menghela napas. "Aldrich memangnya mau libur berapa hari?" tanya Tiana menatap suaminya. "Emmm, tentu saja sampai anak kita lahir. Memangnya kenapa?" "Tidak papa. Kalau begini kan enak, Tiana ada teman!" jawab wanita itu tersenyum tipis. Aldrich terkekeh melihatnya, dia paling gemas dengan ekspresi manis Tiana. Melihatnya duduk di sofa di dalam ruangan kerjanya tiap pagi, lengkap dengan dress cantiknya, Aldrich merasa dia akan lebih bersemangat bekerja di rumah, karena ada yang menemaninya. "Sayang..." "Em?" Tiana menoleh cepat. "Sudah mendengar kabar, belum?" tanya Aldrich pada istrinya. "Kabar apa?" Tiana mengerjap polos. Barulah Aldrich beranjak dar
Read more
(TIANA STORY) BABY ARABELLE, PUTRIKU SAYANG
Sejak sepuluh menit yang lalu, Shela dan Sebastian datang. Mereka berdua dengan wajah paniknya dan Shela yang tidak bisa tenang sedikitpun, dia tetap menangis memeluk Sebastian. Aldrich pun juga dirangkul oleh Sebastian, karena dia tahu Aldrich pun pasti cemas tak terkira. "Tiana, bagaimana dia, Sayang?" tanya Tiana memejamkan kedua matanya dan kembali menangis. "Tidak papa Shela, aku yakin Tiana baik-baik saja. Tenanglah, kalian berdua tenang... Dokter Marisa tidak pernah gagal! Adam juga selalu memberikan yang terbaik!" jawab Sebastian merengkuh Shela dengan sangat erat. Tak lama setelah itu, pintu kaca buram di depan mereka terbuka, nampak Dokter Marisa yang muncul menatap Sebastian dan Shela, juga Aldrich yang bersama mereka. "Dokter, bagaimana keadaan Tiana?" Aldrich lebih dulu mendekat. "Kondisinya menurun drastis, mungkin karena faktor kelelahan juga bisa. Tapi kami harus mengambil tindakan yang cepat, karena Tiana tidak sadarkan diri sejak beberapa menit yang lalu," jela
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
35
DMCA.com Protection Status