All Chapters of Benih Rahasia Sang Pewaris: Chapter 71 - Chapter 80
105 Chapters
Bab 71. Memulai Kembali Perjalanan Hidup
Pov. KiaraAku memandang dengan penuh kepedihan pada amplop merah yang ada di hadapan. Namanya terukir dengan indah di permukaannya: Keenan dan Marissa. Hati ini berdegup keras, terasa sakit ketika aku harus menyaksikan orang yang aku cintai menikah dengan wanita lain. Wanita yang dulu pernah menjadi teman dekatku, namun sekarang kami begitu terpisah seperti dua sungai yang terbagi.Aku bingung, tidak tahu apakah sebaiknya aku datang ke pernikahan mereka atau tidak. Aku sangat takut menghadapi situasi ini. Aku ingin berada di sana, ingin melihatnya bahagia, tapi dalam lubuk hatiku, ada rasa sakit yang sulit diungkapkan.Sungguh sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa dia akan menjadi milik orang lain. Setiap kenangan kami bersama, setiap tawa dan tangisan, semuanya berkelebat di benakku seperti kembang api yang segera padam.“Keenan, apakah kamu sungguh bahagia menikah dengan Marissa?” Tak terasa bulir hangat yang terasa asin jatuh di pipi ini.Aku memejamkan mata ini, tapi air ma
Read more
Bab 72. Hari Pernikahan
Pov. KeenanSaat ini suasana di pesta pernikahanku begitu ramai. Keluarga dan kerabat yang hadir sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Ada yang mempersiapkan dekorasi, ada yang memasak makanan, dan ada yang menyambut para tamu undangan. Aku mencoba tersenyum dan bersikap bahagia, meskipun di dalam hati rasa tidak enak itu tak pernah hilang. Aku dijodohkan dengan seorang wanita bernama Marissa. Ayah dan ibuku memilihnya sebagai pasangan hidupku, meskipun kami sudah dekat bertahun-tahun, tapi rasa cinta yang seharusnya tumbuh dalam hatiku tidak pernah datang.“Keen, apa kamu sudah siap, Sayang? Sebentar lagi kamu akan melepas masa lajangmu,” gumam Mama yang sudah ada di hadapanku.“Siap tidak siap, bukannya aku harus tetap siap, Ma,” ucapku sambil tersenyum ke arah Mama.“Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Sayang,” kata Mama sambil mengelus bahuku.Aku hanya tersenyum dan melihat kepergian Mama dari hadapanku.Aku mencoba mengatasi perasaanku yang rumit dengan menenangka
Read more
Bab 73. Keputusan yang Tepat
“Sayang, apa ini?” tanya Marissa, masih terkejut dengan tayangan yang ia lihat.“Kamu lihat saja,” jawabku dengan tegas pada Marissa. Aku merasa puas bisa mendapatkan bukti perselingkuhan Marissa, meskipun hal tersebut terjadi di tengah pernikahan kami.Semua mata tertuju pada Marissa dan aku. Marissa tampak begitu gugup, dan ternyata jawabanku membuatnya semakin takut. Percakapan kami terdengar sangat jelas di tengah keheningan.Beberapa tamu undangan tampak terkejut ketika melihat gambar-gambar itu. Ada saja yang berbisik-bisik dan menggosip tentang pernikahan ini. Semua kejahatan yang dilakukan oleh Marissa pun terungkap, dari tindakan kejam saat menampar Kenzie, hingga rahasia jahat mengenai rencananya untuk mendapatkan harta Wardana Group.Tak ada yang bisa mengatakan apa pun ketika semua fakta tersebut terungkap. Semua orang termenung dan tertegun, terutama Marissa yang merasa terpojok dengan semua bukti yang ada. Selain Marissa, aku pun merasa sakit hati ketika mengetahui segal
Read more
Bab 74. Menemukan Hati yang Lain
“Mam, Mama pulang duluan, ya? Nanti biar sopir yang antar,” ucapku sambil membuka pintu mobil untuk Mama.Mama mengangguk mengerti. “Baiklah, mama pulang duluan,” kata Mama sambil masuk ke dalam mobil. Setelah Mama masuk, aku segera menutup pintu mobil.Mobil yang ditumpangi Mama melaju meninggalkan hotel. Setelah itu, aku melihat ke arah Kiara yang masih berada di tempat yang sama. Aku lekas melangkah menghampirinya.“Apa ada masalah?” tanyaku pada Kiara ketika sudah berada di depannya.“Aku ingin bicara,” kata Kiara sambil melihat ke arahku.“Aku mengerti,” ucapku sambil menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah kami berdua berada di dalam mobil, keheningan menyelimuti kami berdua. Namun, pada akhirnya aku langsung bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Kiara menatapku dengan pandangan datar. “Kenapa kamu melakukan itu?” tanyanya tiba-tiba.“Apa maksudmu?” balasku dengan suara gemetar.Kiara menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakan, “Aku rasa kamu sudah berlebihan, Kee
Read more
Bab 75. Pengkhianatan dalam Keluarga
“Apa yang kamu bawa?” tanyaku ketika melihat Bagas membawa map ditangannya.“Tidak, bukan apa-apa,” imbuhnya.Aku lantas langsung mengambil alih map itu dari tangan Bagas. “Surat Perjanjian Pemindahan Saham,” gumamku lirih sambil membaca surat tersebut.Pikiranku berkecamuk, tidak percaya dengan apa yang kubaca. Bagaimana mungkin nama Kiara tertera di sini? Aku tidak percaya dengan semua yang kulihat ini.“Bisa kamu jelaskan?” tanyaku.“Begini, Keenan. Kiara …,” jawab Bagas terputus-putus, seolah tak sanggup melanjutkan.“Kenapa namanya ada di sini?” tanyaku sambil menunjuk surat itu.Bagas terdiam, matanya menghindari tatapanku. Akhirnya, ia berbicara. “Sebagian aset yang hilang, berpindah atas nama Kiara.”Aku terpaku. Tubuhku gemetar saat kebingungan dan amarah bergelombang di dalam diriku. “Apa maksud semua ini?” desakku dengan suara gemetar.“Sebelum Kiara meninggalkanmu, aset itu sudah dimiliki olehnya. Tante Belinda dan Kiara mungkin memiliki kesepakatan, sehingga Kiara akhirny
Read more
Bab 76. Merasa Bersyukur
Pov. KiaraPagi ini, aku bersiap-siap untuk pergi ke butik. Akhir-akhir ini, hidupku begitu dipenuhi oleh kesibukan sebagai desainer. Setiap hari selalu ada tuntutan baru, proyek-proyek yang harus segera diselesaikan, dan klien-klien yang menantikan kreasi terbaik dari diriku.Kulirik jam yang ada di atas meja. “Ternyata sudah jam lima,” gumamku lirih sambil menutup mulut yang menguap.Aku bangun dari tempat tidur dengan perasaan yang agak lelah, namun semangatku untuk mengejar impianku tetap membara di dalam diriku. Aku mencuci wajahku dengan air dingin, berusaha mengusir rasa kantuk yang masih menyelinap di mataku.Setelah membersihkan tubuh ini. Kemudian, aku berjalan ke lemari dan memilih busana yang tepat untuk hari ini. Setelah memilih baju yang pas, aku duduk di depan cermin, menyisir rambutku dengan hati-hati. Rambut panjangku diatur sedemikian rupa, menciptakan tampilan yang rapi dan profesional. Aku ingin terlihat percaya diri di hadapan klien-klien dan rekan kerjaku.Aku me
Read more
Bab 77. Orang Terkejam
Setelah sambungan telepon dari Sissi berakhir, aku segera beranjak pergi meninggalkan rumah menuju butik. Di dalam mobil, aku mengendarai dengan cepat, pikiranku dipenuhi oleh pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Keenan. Sissi bilang tiba-tiba Keenan datang ke butik sambil marah-marah, tapi aku tidak tahu apa yang menyebabkan kemarahannya.Aku merasa gelisah saat memikirkan situasi tersebut. Melihatnya marah seperti itu membuatku khawatir. Apakah ada sesuatu yang terjadi yang membuatnya begitu kesal? Ataukah ada masalah lain yang sedang dia hadapi?Aku berusaha mengingat-ingat apakah ada tanda-tanda keanehan dari Keenan belakangan ini, tapi aku tidak bisa mengingat apa pun yang mencurigakan. Namun, pikiranku terus menerus dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban. Aku merasa semakin gelisah ketika aku mendekati butik. Aku hanya berharap bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa aku bisa membantu Keenan jika dia sedang menghadapi masalah.Ketika akhirnya aku tib
Read more
Bab 78. Kekuatan Hati
“Mulai besok kamu tidak boleh lagi ada di butik ini. Begitu juga kamu harus meninggalkan apartemen!” Suara Keenan memekik, menggelegar di seluruh ruangan.Aku merasa dunia seakan runtuh di atasku. Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa semuanya akan berakhir seperti ini. Air mataku terus mengalir, namun aku berusaha untuk tetap tegar di hadapan Keenan, meskipun hatiku hancur dan remuk karena semua yang telah terjadi.“Apa kamu benar-benar serius, Keenan?” tanyaku dengan suara yang gemetar, mencoba memahami apa yang baru saja diucapkannya.Keenan menatapku dengan tatapan yang dingin dan tajam. “Aku tidak bercanda,” ujarnya dengan suara yang keras dan tegas. “Ini bukan waktu untuk lelucon. Aku sudah cukup bersabar denganmu, dan sekarang aku tidak bisa lagi membiarkanmu mengambil segalanya dariku.”Aku merasa seolah-olah aku terjatuh ke dalam jurang yang gelap dan dalam. Semua yang aku miliki, semua yang aku cintai, semuanya akan hilang dalam sekejap mata. Aku merasa tak berdaya, tak ber
Read more
Bab 79. Menerima Takdir
Aku mengarahkan langkahku menuju pintu masuk apartemen yang telah menjadi rumahku selama beberapa tahun terakhir. Setiap langkah terasa seperti beban yang semakin berat, membawa ingatan tentang segala momen manis dan pahit yang telah aku lewati di tempat ini.Ketika aku tiba di depan pintu, aku berhenti sejenak untuk menghirup udara. Udara sejuk malam menyentuh wajahku, mengingatkanku pada betapa jauhnya perjalanan hidupku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di apartemen ini.Aku menghela napas berat saat membuka pintu. Ruangan apartemen itu terbentang di hadapanku, tampak begitu sepi dan sunyi. Setiap sudutnya mengandung kenangan yang tak terlupakan bagiku.Aku melangkah masuk ke dalam apartemen, menghirup aroma familiar dari ruang tamu yang pernah menjadi tempat kami berkumpul sebagai keluarga. Aku memandang sekeliling dengan tatapan penuh nostalgia, mengingat setiap momen indah yang pernah aku alami di sini.Namun, kali ini, suasana yang dulu hangat dan menyenangkan itu terasa
Read more
Bab 80. Merajut
“Ara, kamu sedang apa?” tanya Sissi tiba-tiba saat ia muncul di sampingku.Aku tersenyum melihat ke arahnya, fokus kembali pada kerajinan tangan yang sedang kutamatkan. “Aku sedang merajut kain,” jawabku sambil terus melanjutkan pekerjaanku.Sissi mengernyitkan keningnya. “Kamu akan membuat apa?”“Aku membuat topi untuk bayi,” jawabku singkat.“Topi untuk bayi?” ulang Sissi dengan ekspresi heran.Aku mengangguk. “Ya, topi untuk bayi.”Namun, ekspresi heran Sissi tidak berubah. “Tapi siapa yang memiliki bayi?” tanyanya dengan rasa penasaran.Aku tersenyum lalu berkata, “Dulu … ketika aku sedang mengandung Kenzie dan suasana hatiku sedang sedih, aku selalu merajut seperti ini.” Aku mengingat kembali masa-masa sulit ketika aku mengandung Kenzie membuatku terdiam sejenak, membiarkan ingatanku membawaku kembali ke masa lalu.Ketika aku mengetahui bahwa aku hamil, awalnya aku merasa sedih dan kecewa. Rasanya sulit untuk menerima kenyataan bahwa aku akan menjadi ibu. Meskipun aku tahu bahwa
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status