Benih Rahasia Sang Pewaris

Benih Rahasia Sang Pewaris

Oleh:  Vanilla_Nilla  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
42 Peringkat
85Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kiara Dewi Anggraeni, seorang wanita muda yang datang dari desa, terperangkap dalam sebuah dilema yang rumit ketika dia harus memilih antara cintanya pada Keenan atau memilih uang untuk menyelamatkan ayahnya yang menderita kanker. Ibunda Keenan, Belinda, sangat keberatan dengan hubungan Kiara dan Keenan serta berusaha memisahkan mereka. Belinda menawarkan sebuah cek kosong kepada Kiara dan memintanya untuk meninggalkan Keenan. Kesulitan ini ditambah lagi dengan fakta bahwa rumah orangtua Kiara disita oleh bank karena tidak mampu membayar hutang. Akankah Kiara memilih untuk mengikuti hatinya demi Keenan atau memilih uang untuk menyelamatkan kehidupan ayahnya yang sakit parah? 

Lihat lebih banyak
Benih Rahasia Sang Pewaris Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ririichan13
sukses terus Akka
2024-02-15 14:27:54
0
user avatar
Azzurra
semangat berkarya Thor.... sukses untuk karyanya.
2024-02-13 21:19:20
0
user avatar
Rosa Rasyidin
semangat ya
2024-02-09 17:46:35
0
user avatar
Embusan Angin
semangat kakak
2024-02-09 14:15:42
0
user avatar
ismomos
semangat yaa kak!!
2024-02-09 06:03:10
0
user avatar
Dian Matahati
aku suka ceritanya
2024-02-09 01:29:32
0
user avatar
Fazluna
Semangat Kak
2024-02-08 17:03:38
0
user avatar
Iftiati Maisyaroh
wow ... kereeen Kak ...
2024-02-08 11:26:25
0
user avatar
Erlin Natawiria
seru, ceritanya ngalir. mudah-mudahan terus lancar nulisnya, ya!
2024-02-08 11:18:08
0
user avatar
Azril
Seru banget tor
2024-02-08 08:53:47
0
user avatar
Azzurra
cerita recomended.. sukses untuk karyanya thor... terus semangat
2024-02-08 08:11:03
0
user avatar
Fii
cerita yang bagus buat dibaca di waktu senggang
2024-01-25 18:54:32
0
user avatar
Piki
Aku suka sama novel ini apalagi lihat Kiara, semangat ya
2024-01-25 09:13:34
0
user avatar
Haifa Dinantee
recommended banget ini novel, seru!
2024-01-25 08:28:59
0
user avatar
Ida-Nz
semangat updatenya Thor aku suka sekali ceritamu
2024-01-24 21:25:57
0
  • 1
  • 2
  • 3
85 Bab
Bab 1. Dilema Diantara Dua Pilihan
Seorang wanita paruh baya duduk di depanku. Wajahnya tampak berbeda dari biasanya seakan menyoroti sosok yang selama ini telah tersembunyi di balik kelakar dan senyum yang ramah selama lima tahun ini.Dia meletakkan selembar cek kosong dan sebuah pena di atas meja, lalu mendorongnya ke arahku. Napasnya tersengal-sengal. "Tulis berapapun yang kamu mau, asalkan kamu meninggalkan putraku," katanya dengan suara yang tegas.Aku menatapnya dengan raut wajah bingung. "Apa maksud, Tante?" tanyaku ragu, tidak mengerti akan perkataannya."Aku mau kamu meninggalkan putraku," ujar wanita itu dengan tegas sekali lagi."Kenapa?" tanyaku dengan raut wajah sedih dan begitu bingung."Karena kamu bukanlah orang yang tepat untuknya. Kamu hanya wanita miskin yang datang dari desa, sama sekali tidak pantas untuk anakku," jelasnya.Aku begitu terkejut dan hatiku teramat sesak. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Selama ini, dia tak pernah menunjukkan rasa tidak suka denganku. Kenapa dia tiba-tiba berbal
Baca selengkapnya
Bab 2. Mari Kita Berpisah
"Tidak apa-apa, Keen." Sudah kulihat tante Belinda mulai menarik kedua ujung bibirnya, wanita paruh baya itu tersenyum begitu manis, seakan tidak ada yang terjadi di antara kami.Keenan berjalan dengan langkah percaya diri dan tatapan matanya melihat ke arah kami. Kulitnya yang warm undertone, wajah yang segar dan rapi, serta rambut hitam alami yang sehat, membuatnya makin terlihat menawan. Aku tak bisa menyangkal, bahwa menatap Keenan itu seperti memandang matahari terbenam di ufuk barat, seakan membuatku lupa dengan segala sesuatu.Tak hanya tampan, Keenan juga memiliki kharisma yang menawan. Keturunan Wardhana memancarkan aura kebangsawanan yang membuat setiap orang yang berada di sekitarnya terpikat. Dia memiliki daya tarik yang kuat, dan membuat setiap wanita yang dekat dengannya terpikat akan kemampuannya dalam menarik perhatian.Keenan adalah lelaki yang lengkap. Selain tampan dan kaya, ia juga baik dan santun. Bagaimana bisa aku tidak larut dalam pesona kesempurnaannya? Aku me
Baca selengkapnya
Bab 3. Kesucian yang Direnggut
Keenan terdiam dalam kebingungannya, setelah seperkian detik, kemudian dengan suara tegas ia berkata, "Bercandamu tidak lucu, Sayang."Ya Tuhan, bahkan dia mengira aku sedang bercanda. Aku terkejut, sedih, dan juga panik. Keenan mengira kalau ini semua adalah lelucon. Aku ingin membuat lelucon, apabila hanya itu saja masalahnya. Namun, saat ini yang terjadi adalah kenyataan yang pahit. Tante Belinda menyuruhku untuk pergi dari kehidupan Keenan. Terlebih lagi, Keenan sudah dijodohkan dengan wanita lain.Kuusap air mata yang menetes di pipiku dengan kasar. Lalu aku menatap Keenan yang masih berjongkok di hadapanku dengan tatapan tegas."Aku tidak bercanda, Keen. Aku ingin kita berpisah," kataku dengan suara lirih.Keenan tampak bingung dan tidak mengerti kenapa aku harus mengambil keputusan itu. "Kenapa?" tanyanya lirih dengan suara bergetar.Aku diam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat dan tak menyakiti perasaannya terlalu dalam. Aku merasa hatiku yang sesak dan teramat pedih ketika
Baca selengkapnya
Bab 4. Kembali Setelah Sekian Lama
Setelah enam tahun berlalu, pesawat Singapore Airlines telah mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Aku keluar dari pesawat tepat pukul 11:05 pagi dan berjalan menuju bandara dengan perasaan gugup. Sambil menunggu bagasi dan arloji di tangan kananku, aku melihat ke sekeliling mencari sosok yang begitu aku rindukan selama bertahun-tahun.Aku merasa begitu lelah, tapi aku tidak ingin menunjukkan lelahku pada anakku. "Ken, apakah kamu merasa lelah?" tanyaku sambil menatap ke bawah pada anak kecil itu yang berjalan gontai.Dia menatapku dengan penuh harap sambil mengangguk lemah. "Iya, Mom. Ken sangat lelah," jawabnya.Aku hanya bisa meraih rambutnya dan mengacak-ngacak dengan lembut. "Sabar, ya! Kita hampir sampai di rumah," ujarku dengan nada bersemangat.Akhirnya tas kami berhasil kuterima dan kami berjalan ke luar dari bandara dengan harapan yang tak terbatas. Sinar matahari bertiup lega berpadu dengan angin lembut yang berhembus. Sambil menembus keramaian, aku terus me
Baca selengkapnya
Bab 5. Perdebatan Keen & Ken
Dalam sekejap, aku segera berbalik badan, mengenakan kacamata hitam dan masker untuk menyamarkan wajahku. Tak lupa, aku mengambil topi Kenzie yang tersimpan di tas, meski kecil, namun cukup untuk melindungi identitasku.Dengan hati berdebar, kuamati sekitar sebelum beranjak meninggalkan lokasi itu, berusaha menjauhkan diri dari pandangan Keenan. Aku berdoa ia tidak sempat melihatku.Namun, takdir belum berpihak. Tiba-tiba, langkahku terhenti ketika mendengar suara bariton yang telah lama kurindukan rintihannya."Tunggu!"Jantungku beradu di dada, ketakutan mulai menggerogoti seluruh jiwaku. Keenan akhirnya berada di dekatku, menghentikan langkahku yang sempoyongan. Kubangun dinding mental untuk mengendalikan tubuhku yang terasa beku dan tak berkutik.Suasana di sekitar terasa kelam dan suram, seakan waktu berhenti dan segalanya berpihak pada Keenan. Kini hatiku dipenuhi kebimbangan, haruskah aku melangkah maju atau menghindar dari sisi Keenan? Aku tahu bahwa keputusan ini akan mengub
Baca selengkapnya
Bab 6. Benci Dihina
"Kenapa dengan mereka?"Akhirnya dia melanjutkan ucapannya, "Kabarnya, Marissa dan Keenan telah menjalin hubungan."Jantungku berdebar kencang, perasaan cemburu dan kesedihan menyelimuti diri ini. Hatiku berkecamuk, bagaimana mungkin aku melupakan Keenan? Aku merasa tak rela kehilangan orang yang satu-satunya pernah kucintai.Namun, aku berupaya keras untuk mengendalikan emosi. Marissa dan Keenan berhak untuk mencari dan mendapatkan kebahagiaan mereka, meskipun kebahagiaan itu bukan bersamaku."Sissi, terima kasih sudah memberitahuku." Aku berusaha tersenyum. "Aku harap mereka bisa bahagia."Sambil menguatkan hati, aku berusaha berbicara dengan nada suara yang lebih ceria dan penuh semangat. Perlahan, aku menyadari bahwa kehilangan Keenan bukanlah akhir dari segalanya. Aku belajar untuk lebih menghargai diri sendiri. Aku mencintai apa yang kumiliki dan menjalani kehidupan yang aku pilih. Suatu hari nanti, aku akan menemukan orang yang tepat untuk menyempurnakan hidupku. Dan pada saat
Baca selengkapnya
Bab 7. Pertemuan
Ken tampak kesal saat menceritakan kejadian tidak menyenangkan itu. "Dia menabrakku, Mom, hingga es krim yang aku pegang terjatuh ke celana dan sepatunya. Namun, bukannya minta maaf, dia malah menyalahkan aku dan memintaku untuk meminta maaf padanya. Aneh sekali!"Aku menghela napas mendengar cerita Ken dan berpikir. Apakah yang dimaksud Ken itu adalah Keenan?Lamunanku tiba-tiba terhenti ketika Ibu memanggilku."Ara ... Ken ... ayo sarapan dulu, Nak," ucap Ibu yang sudah berada di ambang pintu."Iya, Bu," sahutku, menoleh ke arahnya, lalu aku melirik ke arah putraku yang masih asyik dengan tabletnya."Ken, ayo kita sarapan dulu." Ajakku, berusaha menarik perhatiannya dari perangkat yang ia pegang erat.Mendengar perkataanku, Ken langsung mengangguk dan mengiyakan. "Baik, Mom."Kami berdua lantas berjalan menuju dapur untuk menyantap hidangan yang sudah disiapkan.Ketika tiba di dapur, kami dihadapkan dengan berbagai macam lauk pauk yang menarik selera. Terasa aroma sedap dari masakan
Baca selengkapnya
Bab 8. Telah Tiada
Hatiku seperti tertusuk duri sembilu saat Marissa tiba-tiba muncul dan menggandeng lengan Keenan. Seolah ia ingin menyadarkanku bahwa kini Keenan adalah miliknya. "Hai, Kiara, ternyata kamu sudah kembali," sapa Marissa dengan begitu ramah. "Bagaimana kabarmu? Sejak kamu pergi ke luar negeri, kami tidak pernah mendengar kabar darimu."Aku mencoba tersenyum, sambil menjawab, "Aku baik-baik saja, Marissa. Terima kasih sudah menanyakan kabarku."Rahasia telah aku jalani sejak pergi ke luar negeri. Aku tidak ingin semua orang mengenaliku atau melacak keberadaanku. Untuk itu, aku melepaskan semua kartu identitasku, mengganti ponsel dan kartu SIM, serta berhenti memainkan media sosial yang pernah kukenal.Sesungguhnya, hati yang terluka menjadi alasan utama aku melakukan semua perubahan tersebut. Kepergianku ke luar negeri mengharuskanku jauh dari Keenan, dan ia kini semakin dekat dengan Marissa. Bahkan aku menghindari mengabadikan momen-momen kehidupanku di sana, berusaha menjauh dari duni
Baca selengkapnya
Bab 9. Penyesalan Di Akhir
"Syukurlah, aku harap apa yang kamu katakan benar," ucap Fina dengan senyum smirk-nya. Aku mencoba untuk tersenyum, tetapi hatiku masih terasa sakit.Anggun, sahabatku, mencoba mengalihkan perhatian. "Sudahlah, kita makan saja, tidak perlu membahas yang lain," ujar Anggun sambil menatapku penuh perhatian. Meski Fina merasa kesal, namun aku berusaha untuk tidak terpengaruh olehnya.Fina melanjutkan perkataannya, "Memangnya kenapa kalau membahas yang lain? Tidak ada orang yang kebakaran jenggot, kan?" Sentakanku menjadi semakin nyata. Aku benar-benar kalah menghadapi Fina. Dia terus saja memojokkan aku.Aku tidak mengerti mengapa Fina seolah tidak menyukai kehadiranku. Sejak tadi, dia terus saja mencoba untuk membuatku merasa tidak nyaman. Apakah dia mengira aku kembali ke Indonesia hanya untuk menggagalkan pertunangan Marissa dan Keenan? Sejujurnya, aku sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka berdua akan bertunangan. Dan jika memang itu terjadi, aku akan merasa bahagia jika kebahagiaa
Baca selengkapnya
Bab 10. Terpecah Belah
Pov Keenan.Setelah menyapa beberapa rekan kerja, rasa gundah muncul begitu saja. Tempat ini, yang kuharap bisa membantuku melupakan masa lalu, kini menjadi saksi kembalinya sosok menyakitkan itu. Wanita yang menghancurkan hidupku hingga hancur berkeping-keping.Aku mengepalkan tanganku, merasakan amarah yang berkobar di dada. Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Apakah dia kembali hanya untuk menyakiti perasaanku saja? Mengapa di saat aku mulai melupakannya, dia kembali dengan membawa luka lama? Apakah dia kembali hanya untuk menambah derita? Kenapa dia harus kembali lagi, di saat hatiku sudah membaik?Luka lama mulai terasa membakar kembali. Betapa dulu, aku begitu mencintainya dan ingin menjadikannya pelabuhan terakhirku. Tapi, dia dengan tega menghancurkan semuanya. Kini, dia kembali hadir dan membawa luka-luka itu bersamanya.Kepalaku terasa sakit, seperti akan meledak karenanya. Aku menapakkan kaki keluar, meninggalkan tempat keramaian untuk mencari ketenangan. Meski berulang
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status