All Chapters of Benih Rahasia Sang Pewaris: Chapter 91 - Chapter 100
105 Chapters
Bab 91. Dilema
Saat ini, hatiku penuh dengan pertanyaan dan kebingungan. Aku ingin membawa Kenzie, putraku, bersamaku ke Singapura, tetapi Keenan dan Tante Belinda justru melarangku melakukannya. Bagaimana bisa aku meninggalkan putraku, yang selalu menjadi temanku dalam kesedihan dan kebahagiaan, yang selalu merayakan setiap langkahku dalam hidup, dan yang sekarang telah terjerat dalam dilema ini karena aku sendiri.Aku mencoba membicarakan keputusanku dengan Jordi, kekasihku yang sebentar lagi akan menjadi suamiku. Namun, dia tak bisa mengambil keputusan apa pun karena pekerjaannya sebagai dokter di Singapura dan keinginannya untuk memulai hidup baru di sana. Aku tahu, hidupku tak hanya tentang diriku sendiri, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan bersama-sama dengan pasangan hidupku.Namun, Keenan selalu menjadi penghalang utamaku. Dia memperingatkanku bahwa jika aku membawa Kenzie pergi bersamaku, dia akan mengambil hak asuh putraku dari tanganku. Aku tak mau kehilangan putraku,
Read more
Bab 92. Kenzie Hilang
Sesaat setelah aku membuka mata, aku merasa tubuhku begitu lelah. Jam alarm di atas nakas membangunkanku dari tidur panjangku, dan aku langsung mematikan alarm tersebut. Lalu, aku meletakkan jam tersebut kembali ke atas meja.Kusibak selimut yang menutupi tubuhku, dan turun dari ranjang yang empuk. Namun, sebelum kaki ini menyentuh lantai, aku teringat kalau tadi malam aku tidur bersama anakku, Kenzie, namun ia tidak ada di kamar saat ini. Mungkin Kenzie sedang di luar atau di kamarnya. Aku tidak ingin berlama-lama memikirkan itu, dan segera turun dari tempat tidur untuk membersihkan tubuh yang lelah.Aku membuka pintu kamar mandi dan memulai menyalakan kran shower. Gemericik air dingin langsung menyentuh kulitku dan memberikan sensasi yang segar.Aku meresapi setiap tetes air dari shower yang mengalir ke tubuhku. Aroma harum dari shampo dan sabun mulai menguat di dalam hidungku. Aku merasakan bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik.Setelah selesai membersihkan diri, aku segera kel
Read more
Bab 93. Mencari Kenzie
Aku dan Keenan memutuskan untuk mencari Kenzie ke tempat-tempat yang sering kami kunjungi bersamanya. Sedangkan ibuku dan Sissi mencarinya di sekitar rumah. Keenan mengendarai mobil dengan perlahan-lahan sambil mencari ke kiri dan kanan, berharap kami bisa menemukan putra kami.Aku merasa sangat bersalah terhadap Kenzie. Aku yang salah karena terus memaksa Kenzie untuk ikut ke Singapura. Aku merasa seperti seorang ibu yang gagal menjaga putraku dengan baik."Aku sangat merasa bersalah." Aku merasa berat hati dan menangis. "Itu semua salahku. Seharusnya aku tidak memaksanya untuk pergi ke Singapura."Hiks!"Jangan khawatir. Itu semua sudah terjadi," ucap Keenan sambil mencoba menghiburku. "Yang penting sekarang, kita harus menemukannya secepat mungkin."Aku memandang Keenan dengan tatapan kosong. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan setelah semua ini terjadi. Apa yang seharusnya kulakukan ketika aku tahu bahwa Keenan masih marah padaku?"Apa kamu masih marah padaku?" tanyaku pada Kee
Read more
Bab 94. Keputusan yang Sulit
"Mommy … Daddy ….”Aku terkesiap ketika mendengar suara anakku memanggilku. Aku melepaskan pelukan dengan Keenan, kami saling menatap sebentar dan melihat ke arah sumber suara. Aku begitu terkejut ketika melihat Kenzie sedang berdiri beberapa meter bersama Jordi. Sejenak, aku langsung berdiri dari tempat dudukku, aku tidak bisa berpikir jernih. Mengapa Kenzie bersama Jordi?"Kenzie," gumamku lirih bersama Keenan.Kenzie lalu berlari ke arah kami dengan cepat. "Daddy … Mommy …," panggilnya, lalu memeluk kami berdua."Ken, kamu ke mana saja? Mommy dan Daddy mencarimu terus," tanyaku sambil terus memeluk Kenzie."Maaf, Mommy … Maaf, Daddy … aku pergi tanpa memberitahu kalian dulu," ucap Kenzie dengan suara yang penuh penyesalan.Kami melepaskan pelukan, aku lalu menangkup wajah mungil Kenzie. "Ken, kamu tahu betapa khawatirnya kami," ujarku dengan lembut.Kenzie menatapku dengan matanya yang penuh penyesalan. "Aku tahu, Mommy. Maaf, aku hanya kesal sama Mommy," ucapnya pelan."Maafkan, m
Read more
Bab 95. Anugerah Terindah
Aku menatap Jordi dengan penuh penyesalan. "Jordi, maafkan aku," gumamku lirih, suara tersendat oleh getaran emosi yang masih memenuhi hatiku. Aku masih tidak sanggup berkata bahwa aku mungkin harus memilih anakku.Jordi tersenyum manis dan menepuk pelan bahuku. "Tidak apa-apa, Kiara. Aku hanya ingin melihatmu dan Kenzie bahagia, dan aku tahu kebahagiaan kalian berdua hanya akan terwujud bila bersama Keenan. Kembalilah pada mereka," ucapnya dengan penuh pengertian.Aku menghapus air mataku dengan kasar. "Aku benar-benar minta maaf kepadamu. Aku tidak bermaksud mempermainkan perasaanmu, Jordi," kataku dengan suara yang penuh penyesalan.Jordi memelukku erat, dan aku merasakan kehangatan dari dukungannya. "Aku juga bahagia bila melihatmu bahagia. Aku tahu jalan ini memang yang terbaik untukmu. Tidak apa-apa jika pernikahan kita gagal, yang penting kita masih bisa tetap berteman. Aku juga akan selalu menganggapmu sebagai adikku sendiri," katanya sambil mengusap punggungku dengan lembut.
Read more
Bab 96. Dinner
Aku tengah bersiap-siap untuk pergi menemui Tante Belinda. Tidak hanya aku, tetapi seluruh keluargaku ikut serta. Tante Belinda mengajak kami makan malam di sebuah hotel berbintang lima. Aku tidak tahu mengapa dia mengajak kami makan malam. Rasanya semua ini seperti mimpi. Akhirnya, setelah sekian lama, Tante Belinda mau menerima aku lagi, meskipun aku tahu mungkin semua itu karena Kenzie. Tapi aku merasa ikut senang saat Tante Belinda mau menerima Kenzie dari bagian keluarganya."Mommy," kata Kenzie yang tiba-tiba datang ke kamarku.Aku langsung menoleh ke arahnya. "Iya, Ken, ada apa?" tanyaku."Aku, Oma, dan Tante Sissi sudah siap. Apa Mommy juga sudah siap?" tanyanya.Aku mengangguk. "Iya, Ken, mommy juga siap. Hey, kenapa malam ini anak mommy begitu rapi sekali?""Karena malam ini adalah makan malam yang spesial, makanya aku harus rapi," jawab Kenzie penuh semangat.Keningku mengkerut mendengar perkataan Kenzie. "Spesial?" tanyaku.Dia hanya mengangguk. "Iya, Mommy. Malam ini adal
Read more
Bab 97. Hari Pernikahan
"Iya, itu memang cincin yang aku dapatkan dari pelelangan," jawab Keenan sambil tersenyum menatapku.Aku merasa bingung mengapa Keenan memberikan cincin itu kepadaku. "Tapi … kenapa kamu memberikannya untukku?" tanyaku yang masih bingung."Kiara, cincin itu adalah turun-temurun dari nenek moyang kami dulu, dan sekarang cincin itu memang sepantasnya untukmu," terang Tante Belinda."Tapi … kenapa harus untukku, Tante?""Mommy, kenapa Mommy terlihat bingung? Mommy sudah melahirkan aku, jadi cincin itu sekarang Mommy yang simpan. Kalau nanti aku udah besar, Daddy bilang nanti cincin itu aku yang simpan, iya, 'kan, Daddy?" ujar Kenzie dengan polos."Lihat, anakmu saja mengerti, kenapa kamu tidak mengerti," terang Keenan."Jadi … maksudnya, kamu ….""Iya, malam ini, aku ingin melamarmu, Kiara. Di depan keluarga kita," ucap Keenan yang membuatku tersipu malu. "Kamu mau 'kan menikah denganku, kita membesarkan Kenzie bersama?"Aku melihat ke arah Ibu, Ibu mengangguk tanda setuju, lalu aku meli
Read more
Bab 98. Malam Kedua
"Kenapa? Apa yang kamu bicarakan dengan Om Beni?" tanyaku pada Keenan setelah ia mengakhiri sambungan teleponnya dengan ekspresi yang terlihat agak cemas."Tidak apa-apa, Om Beni hanya mengucapkan selamat kepada kita," jawab Keenan sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana."Para tamu sudah pulang semua?" tanyanya sambil memandang sekeliling ruangan yang sudah kosong.Aku mengangguk. "Sudah pada pulang. Kenzie juga sudah pergi bersama Sissi dan Bagas.""Pergi ke mana?" tanyanya penasaran."Kenzie bilang dia ingin beli es krim.""Malam-malam begini?" tanyanya terlihat agak cemas.Aku mengangguk. "Ya, Kenzie selalu menginginkan sesuatu dan Sissi akhirnya merasa kasihan padanya, jadi dia membawa Kenzie untuk membeli es krim.""Tapi nanti giginya sakit lagi," ujar Keenan sambil menggeleng."Aku juga sudah melarangnya, tapi kamu tahu sendiri Kenzie pasti akan merengek terus."Keenan mengangguk setuju, tapi ekspresinya terlihat agak khawatir. "Ya, itu masalahnya. Tetapi, sepertinya m
Read more
Bab 99. Kembali ke Apartement
Keenan terlihat kesal karena Kenzie belum tidur hingga malam tiba. Sudah berbagai cara Keenan lakukan agar Kenzie bisa tidur, tetapi nyatanya semua usahanya tak berhasil membuat anak kami tertidur. Aku hanya tersenyum melihat wajah kesalnya. Mulai dari saat kami meninggalkan kamar hotel hingga sekarang, ketika kami sudah berada di apartemenku, Keenan masih terlihat murung. Ya, setelah hari pernikahanku dengan Keenan selesai, kami memutuskan untuk kembali tinggal di apartemen yang pernah aku beli dulu. Kenzie begitu sangat bahagia ketika kami memutuskan untuk kembali lagi ke apartemen ini. "Terima kasih, Tante Sissi, sudah mau memberi tumpangan kepada kami," kata Kenzie, berlari ke arah Sissi dan memeluknya erat. "Sama-sama, Ken. Tante Sissi juga senang bisa membantu kalian bertiga. Apalagi rumah tante Sissi jadi ramai. Oh iya, lain kali kamu juga bisa main ke rumah tante Sissi." Kenzie melepaskan pelukannya. "Terima kasih, Tante. Aku sangat sayang pada Tante. Maafkan aku yang sela
Read more
Bab 100. Lingerie Merah
Keenan mengangkat kepalanya dan tiba-tiba mencium bibirku dengan lembut. Suasana di apartemen Keenan menjadi hening, hingga hanya terdengar detak jarum jam yang mengisi ruangan. Aku terbuai dalam kelembutan ciumannya, merasakan kenyamanan yang timbul dan melupakan segala sesuatu di sekitar kami.Namun, aku segera menyadari situasi kami dan mendorong tubuh Keenan agar menjauh dariku. "Apa kita akan melakukannya di sini?" tanyaku, hatiku berdebar ketika mengingat keberadaan kamera CCTV di ruangan ini.Keenan bangun dari posisi tidurnya dan duduk di sampingku. "Memangnya kenapa kalau di sini? Di apartemen ini hanya ada kita," ucapnya dengan senyuman.Aku menunjuk ke arah CCTV yang terpasang di sudut ruangan. "Lihatlah, ada CCTV di sini. Aku tidak ingin kegiatan kita terekam dan diketahui oleh orang lain."Keenan hanya tersenyum dan mengangguk mengerti. "Baiklah, aku akan membawa tuan putriku ini ke kamar. Di sana kita bisa bebas dan tenang," ucapnya sambil mengangkat tubuhku dengan lembu
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status