All Chapters of Terjerat Cinta Calon Mertua: Chapter 21 - Chapter 30
103 Chapters
Meleleh
Mona menatap dengan tatapan datar saat ibu mertua yang mendatanginya."Kemana kau hendak pergi? Betapa enaknya memiliki suami yang kaya-raya." Ibu mertua dengan nada sinis.Mona menatap pada ibu mertuanya. lalu dengan tenang berkata. "Ibu, aku ingin bertemu dengan ayah."Ibu mertua kembali melanjutkan perkataannya. "Enaknya memiliki suami kaya-raya seperti putra saya. Kau tinggal menikmati hidup."Mona, mengembuskan nafasnya seraya mengalihkan pandangan ke arah lain.Detik kemudian memandangi ibu mertua. "Kenapa emang, Ibu? kalau aku hanya tinggal menikmati? tugas suami adalah memberikan, dan tugas istri adalah menikmati, bukan begitu, Ibu mertua?"Mona menyampaikan pendapatnya dengan tegas, menjelaskan bahwa istri itu kewajiban suami untuk dibahagiakan. Atau sebagai penerima manfaat dari kekayaan suaminya.Ibu mertua semakin marah pada Mona, mengecamnya dengan kata-kata yang kasar."Dasar gadis kampung, tidak tahu etika, tidak tahu malu, dan tidak punya sopan santun!" seru ibu mertua
Read more
Mantan
Leo dan Mona mengarahkan pandangannya ke arah pintu. Keduanya penasaran siapa yang mengetuk pintu, apalagi Leo merasa kesal karena momennya terganggu oleh kedatangan seseorang yang belum tahu siapa.Dengan nada dingin dan singkat Leo bersuara. "Masuk!"Mona menjauhkan dirinya dari Leo sambil memeluk buket bunga yang berbentuk love. Dia ciuman dan hatinya lebih berbunga-bunga dari bunga yang sedang dalam pelukannya."Selamat siang! Maaf kalau saya mengganggu." Suara itu begitu datar dengan tatapan yang seolah mengintrogasi pada sosok Mona yang berdiri tidak jauh dari Leo.Tatapan Mona mengarah pada wanita tersebut yang berpenampilan elegan, terlihat wajah yang cantik potongan rambut bob. Serasi dengan wajahnya dengan tubuh body goal."Siapa wanita ini? rasanya agak femikiar, tapi perasaan belum pernah ketemu dia." Gumam Mona dalam hati."Ada apa?" tanya Leo yang merasa tidak punya urusan dengan wanita yang kini berada di hadapannya itu."Oh ini istri muda mu, masih muda banget! apa kau
Read more
Kemesraan
Leo menarik tangannya dari kepala Mona yang sedang tertidur, lalu mengambil ponsel dari sakunya. Setelah membaca pesan, dia langsung memutuskan untuk pergi meninggalkan Mona di ruangan tersebut.Leo bertanya dengan suara. "Apa maumu?"Disaat Leo bertemu dengan Marfin, yang tampak marah padanya.Marfin berucap. "Papa, ini apa-apaan? Kenapa ATM-ku diblokir dan hanya tersisa satu, itupun tidak ada uangnya."Laku Leo menghela nafas, merasa sedikit kesal, seraya berkata. "Gunakan apa saja yang itu?"Leo memblokir semua ATM Marfin, bukan tanpa alasan. Marfin sudah ketahuan bersikap terlalu menghamburkan uang kepada seorang perempuan yang jelas-jelas bukan siapa-siapa.Leo menjawab dengan tegas. "Aku memblokirnya bukan tanpa alasan."Marfin protes, mengatakan bahwa itu adalah haknya dan dia bebas menggunakan uangnya sesuai keinginannya. "Kenapa harus di blokir? terserahlah, aku mau menggunakan untuk apa saja."Dengan singkat, Leo melewatinya dan berkata. "Mulai sekarang, uang yang boleh kau
Read more
Manja juga
Dada Mona berdebar kencang. Saat itulah Marfin mendekati Mona dan berkata. "Sedang apa kau, malam-malam berada di dapur?"Mona terkejut dan dadanya berdebar kencang saat melihat Marfin berada begitu dekat di sampingnya. "Em ... aku lapar," jawab Mona.Marfin mengangguk dan menyentuh tangan Mona seraya berkata. "Bisakah kamu tidak menunjukkan kemesraan di depan mataku dengan papa?"Mona menarik tangannya seraya melirik ke arah asisten yang berada jauh dari mereka. "Memangnya kau pikir aku tidak merasa sakit saat tahu kamu menghianatiku?" ucap Mona sambil menunduk.Marfin dengan tegas berkata. "Tapi aku masih mencintaimu, Mona. Aku sangat mencintai kamu sampai sekarang."Mona menunduk sambil menikmati makanannya, seolah-olah dia tidak bicara serius dengan Marfin."Jangan kau bilang lagi kata-kata itu. Sudah cukup, dan mungkin itu hanya dulu. Sekarang tidak seperti itu, bukan?" ucap Mona dengan nada ringan."Aku sayang sama kamu, Mona," kata Marfin sambil menghela nafas dalam.Mona mengge
Read more
Memasak
Mona melongo saat membuka pintu, sebab yang datang bukanlah orang yang dia tunggu-tunggu. Bukan asisten atau siapapun yang membawakan pembalut. Melainkan Marfin, berdiri di depan pintu dengan tangan melipat di dada.Mona bertanya. "Ada apa? Ada perlu apa?"Marfin melirik ke arah dalam kamar seraya berkata. "Saya hanya mengantar ini." Lalu Marfin mengambil sesuatu dari belakang tubuhnya, sebuah kantong yang berisi pembalut.Mona mengerutkan keningnya, bingung kenapa Marfin yang membawanya. "Kenapa kamu yang antar?" tanya Mona."Tidak perlu kau tahu, sebab itu perhatian kecil dari orang yang mencintaimu," ucap Marfin. Mona tampak risau dan celingukan, takut kalau-kalau suaminya, Leo, mendengar."Oke, makasih," tambah Mona sambil menutup pintu setelah sebelumnya mengambil pembalut dari tangan Marfin.Leo, yang kini terduduk, menatap ke arah Mona yang langsung menuju ke kamar mandi. Leo bertanya. "Itu sudah datang? Siapa yang antar? Seperti suara putraku."Mona mematung sesaat, lalu berkat
Read more
Keluar
Leo dan Mona saling bertatapan. "Aku harus pergi," ucap Leo sambil beranjak dan merapikan jasnya. Mona bangun dan hanya bisa menatap punggung Leo yang dengan cepat meninggalkannya.Mona kemudian berjalan dengan langkah yang sedikit sempoyongan, masih merasakan kantuk."Mandi ah, biar fresh," gumam Mona. Dia menyalakan air dan tidak lupa menambahkan aroma terapi untuk berendam.Selesai mandi, Mona dibuat terkejut karena mendapati Marfin berada di kamarnya."Kamu ngapain di sini? Keluar!" titah Mona dengan nada yang tegas."Maaf, aku hanya ..." belum sempat Marfin menyelesaikan kalimatnya, Mona sudah memotongnya. "Tidak ada 'hanya', Marfin. Keluar dari kamar saya, sekarang juga!" perintah Mona dengan nada yang semakin tegas serta telunjuk menuding ke arah daun pintu.Marfin yang duduk di sofa hanya menatap ke arah Mona yang hanya mengenakan kimono handuk saja. Marfin bertanya dengan nada menantang. "Kalau aku tidak mau, gimana?"Mona tetap menuding ke arah pintu, dengan perasaan yang t
Read more
Bukan monkey
Mona hampir saja menjerit, tapi segera menutup mulutnya dengan tangan. Dia terkejut melihat sesuatu yang bergelantungan, tapi bukan monkey."Kenapa?" tanya Leo singkat.Mona mengulum senyumnya sambil mengalihkan pandangannya ke cermin. "Tidak ... tidak ada apa-apa," seru Mona."Seperti tidak pernah melihat saja." Leo masuk ke dalam bathtub sambil berkata."Gak malu apa senjatanya ke mana-mana, dasar laki-laki." Mona menggerutu dalam hati. Lalu, Mona hendak keluar dari kamar mandi."Mau kemana?" selidik Leo lagi."Mau keluar, mau menyiapkan pakaianmu," Mona menuding ke arah pintu."Temani saya di sini," ucap Leo.Tapi Mona memprotes. "Tapi, Om ...."Leo mengangkat tangannya memberi tanda tidak suka di bantah."Temani saya di sini!" pinta Leo penuh penekanan.Pada akhirnya, Mona berdiam diri sambil berdiri miring dan melihat ke mana-mana."Saya bilang, temani saya," ucap Leo."Om, ini sudah aku temani kan? Apalagi?" Mona menjawab dengan nada dingin."Tapi bukan di situ," imbuh Leo sambi
Read more
Meleleh
"Tapi, Om, ayahku sakit dan aku ingin menjaganya," ucap Mona dengan nada memelas.Leo tetap teguh dengan pendiriannya. "Sudah kubilang, ikut denganku," katanya.Karena dia juga memiliki pertimbangan sendiri. Leo telah menyiapkan pengobatan untuk ayah mertua Mona serta perawat yang akan merawatnya.Hati Mona mencelos dan sedih, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa jika suaminya memutuskan seperti itu."Baiklah, kalau begitu, tapi aku sudah menyiapkan pengobatan untuk ayah dan perawatnya," kata Mona dengan sedikit kekecewaan.Leo menghela nafas dan berkata bahwa semuanya akan beres. Mereka pun bersiap pulang untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Makassar.Di dalam mobil, Mona merasa lapar karena belum makan. Namun, Mona hanya melamun sambil menatap keluar jendela, memperhatikan kendaraan yang berlalu-lalang. Cuaca terlihat indah, langit cerah dengan awan biru yang menghiasi cakrawala.Mobil berhenti, tetapi Mona tidak memperdulikannya dan tetap terbuai dalam lamunannya. Pikiranny
Read more
Tuan suami
Akhirnya, Leo memutuskan bahwa ia akan pergi sendirian, dan ia meminta Mona untuk menjaga ibunya di rumah. "Tapi, Om, aku lebih baik ikut saja," protes Mona.Pikirnya Mona, menjaga ayahnya saja tidak boleh. Lah ini harus menjaga ibu mertua yang jelas-jelas tidak menyukai dirinya. "Jangan membantah," sambil mengenakan jas dan kata-katanya penuh penekanan. Sang ibu sudah diperiksa oleh dokter dan hasilnya adalah ia harus istirahat total. "Gimana sih, aku mau merawat ayah! tidak boleh, ini harus merawat ibu mertua. Gimana sih, kamu aneh deh Om," keluh Mona.Leo menatap kosong ke arah Mona yang tampak keberatan.Mona terus menggerutu hingga bibirnya komat-kamit tampak lucu. "Sayang, cuma nemenin," kata Leo, karena bukan Mona yang merawat tapi banyak orang, Mona hanya bertugas sebagai pengganti kehadiran Leo saja. "Kalau aku kangen kamu gimana?" kata Mona dengan nada manja sambil merapikan dasi Leo.
Read more
Bersemedi
Mona terkejut ketika merasakan getaran ponselnya dan mengetahui bahwa pesan tersebut berasal dari rumah yang memintanya untuk pulang segera."Ayah, aku pulang dulu ya. Suamiku sedang pergi ke luar kota. Nanti aku akan datang lagi," pamit Mona kepada ayahnya."Baiklah, pulanglah dan hati-hati. Kamu harus patuh pada suamimu dan menyayangi keluarganya, terutama karena suamimu sangat baik dan bahkan mau membiayai ayah di sini," kata ayahnya dengan lirih.Mona mengangguk dan mencium tangan sang ayah seraya berkata."Ya sudah, Ayah. Aku pulang dulu ya." Mona berjalan cepat menuju mobilnya, di mana sopir setia menunggunya."Pak, segera pulang ya," ucap Mona pada sopir."Baik, Nyonya muda!" sopir itu mengangguk dan menyalakan mobilnya setelah Mona tampak duduk dengan manis."Ada apa aku disuruh pulang segala? Leo kan tidak tahu aku pergi. Lagian dia nggak akan marah," gumam Mona sambil menatap ke arah luar jendela yang hanya terlihat kegelapan dan sinar dari penerangan jalan.Mona menghela na
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status