Semua Bab Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar: Bab 11 - Bab 20
184 Bab
Bab 11 Dia sekarang milikku!
Manan menghentikan langkahnya, ia berjalan berbalik arah dan menatap pria itu dengan tajam."Apa yang ingin kau katakan lagi hai pecundang!" teriaknya marah."Aku hanya ingin memastikan Mas Manan bisa menjaga rahasia ini, aku akan kembali saat aku telah selesaikan urusanku!" ucapnya sambil membersihkan darah yang ada di hidungnya."Apa kau gila! otakmu kau taruh di mana hah?" ucap Manan gusar."Aku tidak gila, Mas, aku masih sangat mencintainya," ucap pria itu menunduk."Cinta katamu, Jika kau mencintainya menghilanglah tanpa mengusik dan menghancurkan keluargaku. Kau tahu aku juga mencintai istriku dan mereka merenggut dia dari sisiku apa perlu ku hancurkan otakmu agar kau berfikir waras!" teriaknya semakin keras kemarahan sudah sampai di ubun-ubun."Mas tenanglah! Tolong duduk dulu, apa kau kira aku tidak sedih dengan apa yang kau alami aku juga kehilangan putriku dan aku tidak berdaya," ucapnya menunduk."Tidak b
Baca selengkapnya
Bab 12 Ketakutan
Safia semakin ketakutan saat pintu terbuka, ia berlari ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Terdengar suara Manan memanggilnya."Safia dimana kamu? Hai mainanku ke marilah! Aku pasti bisa menemukanmu! Ayo jangan bersembunyi! Di manapun kau berada pasti bisa kutemukan kecuali yang menyembunyikan kamu adalah cantikku Laila." Teriakan itu menggema.Sejenak Sunyi, Safia tidak mendengarkan lagi teriakan Manan. Namun, tak lama kemudian terdengar umpatan lagi dari mulut pria itu."Laila aku sangat merindukanmu, lelaki brensek itu membuatmu meninggalkanku. Kenapa ia tega melakukan pada cintaku?" ucap lelaki itu berulang kali hingga ruangan kembali sunyi. Safia menunggu selama tiga puluh menit akhir ia pun keluar, dan melihat Manan tertidur di lantai kamar Safia. Ia keluar dari kamarnya dan menuju kamar Manan yang di tempati Amar tidur. bayi lelaki itu tampak masih terlelap dan tidak terusik apapun.Ia terlelap beberapa saat lalu terdengar suara tangisan Amar dan Safia memberikan ASInya set
Baca selengkapnya
Manis ataukah Hambar
Safia menjauhkan mukanya. Namun, tiba-tiba saja tangan Manan meraih kepala Safia dan menekan serta menempelkan ke mukanya dengan sangat erat."Kenapa kau begitu takut, aku ini suamimu, 'kan? Bisa merasakan semua yang ada di kamu, Aku ingin mencicipi bibirmu, apa semanis milik Lailaku, atau justru hambar," ucap Manan lalu lelaki itu menyambar bibir Safia melum4tnya kemudian menggigitnya sampai berdarah."Benar-benar tidak berasa," ucapnya.Safia mengusap bibir yang berdarah, sambil menatap tajam Manan. Pria itu dengan santai mengambil gelas berisi jus lemon hangat."Kenapa rasanya masam, seperti wajahmu? Beri gula lagi jangan terlalu banyak setidaknya ada manis di rasa asam," perintahnya sambil menggeser gelasnya ke depan Safia Safia mengusap air matanya lalu mengambil gelas dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja dapur lalu membuka toples berisi gula dan diambilnya satu sendok gula dimasukan ke dalam gelas jus lemon dan diaduknya kemudian kembali kemeja makan lalu
Baca selengkapnya
Kopi pahit
"Apa? Aku kau suruh menghabiskan lagi?" protesnya."Kenapa? Kau ingin yang lain?" tanya Manan"Tidak nanti kuhabiskan," teriaknya sambil berlari menuju kamar Manan lalu mengambil Amar yang ada di box dan membawanya ke kamar.Manan telah selesai dengan sarapannya. Ia menatap piring Safia lalu beranjak dan pergi ruangannya Safia. Safia terperanjat pasalnya ia tengah menyusui. "Mas Manan kenapa masuk?" tanya Safia. dengan wajah memerah karena malu."Kenapa? Kau Istriku, 'kan aku akan ke kantor jelas kau harus cium punggung tanganku bukan?" tanya Manan sambil melihat putranya yang menyusu. 'Andai itu kau Laila, mungkin aku lebih bahagia,' batinnya.Safia meraih punggung tangan Manan dan lalu menciumnya. Manan hanya menatapnya sebentar lalu pergi keluar dari kamar Safia.Tetapi baru saja mencapai pintu Safia, menghentikan langkahnya. Manan berhenti dan menoleh kebelakang. "Ada apa?""Bagaimana dengan pintu kamarku K
Baca selengkapnya
Kau Tidak Takut Padaku?
Citra menatap atasan seolah tak percaya apa yang ditanyakan beliau padanya. Dengan mulut setengah menganga ia terpaku."Aku memberikan dua hari libur untukmu, bersenang-senanglah dengan kekasihmu!" ucap Manan selanjutnya."Oh ... tidak Tuan, saya tidak ingin libur, tolong jangan beri saya libur saya sedang butuh uang untuk biaya sekolah adik-adik saya, jika saya libur bonus transportasi akan hilang," jawab Citra sedikit takut.Aku tidak akan memotong bonusmu, aku khawatir saja satu Minggu kau bekerja denganku kau akan pingsan," jawab Manan dengan Mimik datar."Tidak, Pak, saya senang bekerja dengan Anda," jawab Citra."Hem ... bohong, kamu tadi sempat mengeluh, 'kan?" tanya Manan.Citra mendongak mengigit bibirnya. 'Mati aku! Pak Manan tahu,' pikirnya."Maaf, Pak, lain kali saya tidak mengeluh, tolong jangan pecat saya," ucap Citra memohon."Siapa yang memecatmu? Aku ingin kau libur, Citra. Kupikir selama ini aku telah memforsir tenaga dan perasaanmu." Terdengar des4h4n berat."Aku ta
Baca selengkapnya
Terluka
"Aku masih sadar sepenuhnya, Safia. Aku tidak mabuk!" ucap Manan sambil membuka ruang kerja lalu masuk ke dalam ruangan khusus."Mas Manan tolong sadar, bukan, 'kah kau membenciku lalu untuk apa melakukan ini padaku?" teriak Safia."Karena kau adalah istriku! Apa aku harus memintanya pada istri orang lain, hah? Tidak peduli Kau dan aku punya atau tidak punya perasaan. Kau dan Aku punya kewajiban dan hak yang sama! Maka suka tidak suka layani aku sekarang!" perintah Manan sambil membanting tubuh Safia di atas ranjang dengan kaki menjulur menapak lantai lalu mengungkung tubuh itu."Mas aku belum siap ku mohon jangan lakukan sekarang," ucap Safia memohon."Maka pejamkan matamu dan bayangkan aku adalah Akranmu begitu pula aku. Aku akan menganggap kamu Lailaku," ucap Manan mengungkungnya tangan safia dikuncinya."Tidak semuda itu, Mas Manan!" teriak Safia."Apakah kau kira aku mudah melakukannya? tidak Safia, ini bukan cinta tetapi Nafsu. Aku tak butuh seluruh bagian tubuh cukup satu anggo
Baca selengkapnya
Kecewa
Safia berganti pakaian dengan sangat tergesa-gesa berjalan tertatih menuju kamar Manan dan meraih Amar lalu duduk di bibir ranjang.Safia mendesis karena terasa sedikit nyeri. Namun, lelaki yang dulu menyayanginya sebagai kakak iparnya itu sudah tidak ada lagi. Ia menangis mengenang hari-hari bahagia bersama sang kakak juga kakak iparnya itu.Amar menyesap ASI dari sumbernya. Tangan kecil itu meraih pipi Safia seolah-olah ia tahu kegundahan hati Safia dengan mata yang menatap pada wanita itu.Safia meraih tangan kecil itu menggenggamnya seolah menjadi penguat hatinya. Bayi lelaki itu tersenyum membuat hati Safia menghangat. "Aku akan kuat bersamamu, sayang," bisiknya sambil mencium kening bayi itu Sementara itu seorang pria yang duduk di ruangannya sedang menahan amarahnya saat melihat layar handphone yang terhubung dengan camera tersembunyi di sebuah ruangan sebab tanpa sepengetahuan Manan seseorang datang ke rumah sebagai tukang pipa ledeng dengan alasan memperbaiki saluran air di k
Baca selengkapnya
Jangan Sentuh Dia
Citra termangu menatap pria itu ia begitu sangat mengenalnya. menatap dari atas sampai bawah dan kaki pria itu masih menapak lantai itu berarti dia bukan hantu, tetapi kenapa begitu sangat mirip dengan pria itu. "Siapa Anda? Ingin bertemu dengan siapa?" tanya Citra tak ingin menebak siapa pria itu, karena kawatir tebakan salah."Sayq mau bertemu dengan Pak Manan," jawab pria itu. "Maaf Pak Manan tidak bisa di temui hari ini, Anda sudah buat janji tuan?" tanya Citra."Sayq tidak perlu buat janji dengan beliau, tolong sambungkan dengan interkom saya akan bicara langsung," jawab pria itu."Maaf saya tidak bisa sambungkan dengan Anda, Tuan, apalagi Anda belum buat Janji, Tuan," ucap Citra "Kau berani menolakku, Sambungkan atau kuungkapkan keburukan bosmu dan reputasi dari perusahaan ini akan di pertaruhkan!" ancam pria itu. Citra pun gemetaran ia pun menyambungkan interkom yang langsung di sambarnya interkom yang bi
Baca selengkapnya
Kau Harus Menikahiku
Di rumah nan besar itu Hanie menatap anak perempuan kecil berusia dua tahun itu yang hanya bisa diakui sebagai adiknya walaupun sebenarnya ia lahir dari rahimnya.Tiga tahun yang lalu berawal pada ketertarikannya pada Manan hingga dia nekat mencampur minuman Manan dengan obat per4s4ng dan terjadilah sesuatu yang tidak seharusnya.Saat Manan, terjaga alangkah terkejutnya ia ada seorang wanita yang tidur di sampingnya dan mereka sama-sama tidak berbusana. Manan pun membangunkan gadis itu."Apa yang kau lakukan kenapa aku tidur di sini bersamamu?" tanya Manan."Manan aku mencintaimu, itu sebabnya aku melakukan ini padamu. Sekarang aku sudah ternodai olehmu kau harus menikahiku," ucap gadis itu."Aku tidak bisa Hanie, karena aku mencintai orang lain ini tidak sepenuhnya salahku, aku tidak mau kehilangan dia. Kau menjebakku! Satu hal lagi jangan pernah muncul di hadapanku kau menodai persahabatan kita!" ucap Manan pada gadis itu.Hanie mencengkram kuat tangannya dendam pada Manan yang meno
Baca selengkapnya
Aku Yang Akan Menikahimu!
Brian Indra sahabat karibnya itu masuk dengan seyuman khasnya. Manan berjalan beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri pria itu. "Kemana saja kau? Kenapa tiba-tiba saja menghilang? Tidak memberiku kabar dan tidak menghadiri pernikahanku," cerca Manan."Maaf, ada yang harus ku perbaiki dalam hidupku ini Manan. Aku mendengar tentang kakak Ipar, aku turut berdukacita," ucap Brian."Trimakasih, apa kau berhasil menikahinya?" tanya Manan sambil duduk di sofa."Tidak, dia malah menyuruhku pergi dan menghilang dari kehidupannya serta mengancam akan menggugurkan kandungannya," ucap Brian."Lalu aku bisa apa? Aku bukan lelaki tampan dengan penuh sejuta pesona seperti dirimu, hanya seorang pengusaha rumah makan yang omsetnya Beberapa puluh juta saja, sedang dia seorang anak pengusaha kaya.Manan menghelah nafasnya. Aku curiga dia di balik peristiwa meninggalnya istriku, An," ucap Manan."Aku mendengar ia telah menikah setahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status