All Chapters of Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar: Chapter 31 - Chapter 40
184 Chapters
Kembali Menekan
Safia tersenyum ia merasa sangat lega, satu Minggu ia akan terbebas dari tekanan pria yang bernama Manan itu.ia pun mencoba untuk rileks agar ASInya keluar dengan keluar dengan lancar. Amar berhenti menagis dan mulai menyesap ASI yang sudah mulai mengalir deras seperti biasa dan tak lama kemudian bayi itu pun tertidur pulas.Safia kembali meletakan Amar di dalam Boxnya lalu ia pun mengambil koper dan mulai mengemas pakaian Manan, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan suara bariton dari seseorang."Apakah begitu sangat menyenangkan untukmu bisa terbebas dariku, atau kau memang sengaja melakukan itu agar aku kalah, begitu?" tanya Manan pada Safia. Wanita itu mendongak dan menatap Manan"Tidak, bukankah kau tahu sendiri bahwa Amar menangis karena ASI tidak lancar," protes Safia."Kalau begitu buat hatimu bergembira, aku sudah mentransfer sejumlah uang padamu sebagai pembayaran Asimu dan pelayanan ranjang untukku. Jadi siapkan dirimu saat aku pulang nanti, karena aku akan menagih hakku seb
Read more
Bentuk Perhatianku
Safia menyusul Manan yang ada di depannya dengan berjalan lunglai, sampai kapan ia harus menahan kata-kata pedas pria itu.Manan duduk di meja makan ia menyesap kopi dengan perlahan. "Kenapa kopinya tidak sedap? Seperti wajahmu sekarang ini. Apa kau membuatnya dengan kebencian yang mendalam?" tanya Manan mencibirnya."Tidak usah kau minum, Mas Manan. Kalau kamu tidak suka," jawab Safia Jengkel."Sudah kau buat, kalau tidak ku minum lalu kuapakan? Kau mudah marah juga ternyata," ucap Manan pada Safia."Terserah!" ucap Safia singkat."Kalau begitu bantu aku menghabiskannya," ucap Manan Manan tahu bahwa Safia tidak menyukai kopi, mencium aroma kopi saja ia sudah mual apa lagi untuk meminumnya, wanita itu tadi pasti terpaksa membuatkan kopi untuknya dengan menahan rasa mualnya.Safia terdiam ia menatap kopi yang dibuatnya tadi yang telah disodorkan ke arah dirinya, aroma menyengat menyeruak ke dalam hidungnya. Lelaki ini mulai mengerjainya lagi."Kenapa diam, apa kau tidak mendengarku?" t
Read more
Aku Sudah Tidak Kuat Lagi
"Kenapa kau berteriak?" tanya Manan"Karena aku kaget kau meminta banyak nasi. Ayolah jangan kau suruh aku menghabiskan lagi!" rengeknya dengan memelas."Itu Aku yang makan, kenapa kamu takut sekali," jawab Manan."Itu sering kau lakukan!" protesnya."Itu pun kulakukan karena aku tidak ingin anakku kurus, ia makan dari kamu bukan jadi yang harus makan banyak itu, kamu," ucap Manan tidak mau kalah."Ahh ... kau benar-benar menyebalkan!" teriak Safia."Sini biar kutambah sendiri! Kamu lelet kayak kura-kura!" makinya sambil merampas piring yang dipegang Safia.ia menambahkan nasi setengah centong lalu mengambil lauk, sayur dan kuahnya kemudian ia makan beberapa sendok setelah itu, dia menyendok makanan dan diarahkan ke mulut Safia."Lagi?" teriak Safia."Kenapa? Aku lagi berbaik hati padamu, perutmu saat ini sedang kosong dan mintak di isi," ucap Manan."Aku belum lapar, Mas!" teriaknya kembali."kau kusuap pakai apa? Tangan apa mulutku? kau tahu bukan siapa dirimu saat ini? Jadi jangan
Read more
pertengkaran Pagi
Adzan subuh terdengar oleh telinga Safia dan ia pun terbangun dari tidurnya ia menoleh ke samping dan Manan masih tertidur pulas, setelah Laila meninggal, Manan tidak lagi menunaikan sholatnya, Safia pun tak berani membangunkannya jika ia membangunkannya sama saja membangunkan ular yang sedang tidur.Ia berinsut dengan pelan, ke ujung tempat tidur untung saja letak tempat tidurnya hanya satu sisi yang menempel di dinding dan ujungnya tidak sehingga ia tidak akan melewati tubuh Manan jika harus bangun terlebih dahulu dan meninggalkan ranjangnya.Setelah itu ia meninggalkan ruangan Manan menuju ruangan sendiri ia tidak mengerti kenapa Manan tidak memperbolehkan tidur Ia di sini tetapi pria itu lebih suka menggunakan tempat ini untuk merendahkan dan menyiksa hati Safia.Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu keluar hanya memakai handuk saja yang membalut tubuhnya dia atas adanya hingga mencapai batas pahanya.Ia berjalan menuju lemari dan mengambil pakaian lalu ak
Read more
Terluka Lagi
"Aku tidak ingin jadi bonekamu! Tolong lepaskan aku!" teriak safia dengan memukul punggung Manan sebab manan menggendong Safia seperti karung beras."Sudah terlambat Safia seharusnya itu kau pikirkan saat kau menerima untuk menikah denganku," ucap Manan tidak mau mengalah."Kenapa hanya aku saja yang kau salahkan Mas, Kau sendiri tidak bisa menolak, apa bedanya dengan diriku!" teriak Safia."Tentu saja berbeda, Safia! Jika kau menolakku menikah denganmu mereka pun tidak akan menekanku dan menjadikan alasan bahwa Amar butuh figur seorang ibu dan butuh Asimu tanpa status pernikahan Amar tetaplah tetaplah menjadi anakmu karena kamu yang menyusuinya tetapi kondisinya jadi berubah total saat kau memberikan persetujuan pada mereka," ucap Manan"Apa sebenarnya maumu itu? Kalau kau tidak suka padaku tinggal abaikan diriku, kita hidup sendiri-sendiri. Kau hidup dengan duniamu dan aku hidup dengan duniaku dan jangan menyentuhku!" ucap Safia."Siapa kau? Kenapa justru kau yang mengaturku, Kau sa
Read more
Panik
Manan dengan langkah lebar menghampiri wanita itu ia angkat tubuh yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai itu dan di bawahnya ke dalam kamarnya dan di baringkan di sofa lalu berjalan kembali ke kamar Safia untuk mengambil handuk dan pakaian bersih, sebelum beranjak pergi dari kamar itu ia berdiri di depan kamera tersembunyi. "Apa kau melihat permainanku dengan mantan istrimu? Apa kau puas dengan penderitaannya? Kulakukan hal ini agar kamu tahu bahwa kaulah yang menjadi sumber dari semua yang telah terjadi, kembalilah ke Amerika, jika kau ingin dia bahagia, jika tidak tetaplah di sini dan membantu istrimu yang licik itu," ucapnya lalu pergi meninggalkan kamar Safia berjalan menuju kamarnya sendiri.Setelah sampai ia menghampiri tubuh Safia yang terbaring di sofa, melepaskan pakaian yang basah dan mengeringkan tubuh Safiah dengan handuk lalu menggantikan pakaian bersih kemudian membaringkan di ranjang. "Maaf, maafkan aku, setiap kali melihatmu aku teringat saat itu. aku akan mencob
Read more
Merawatnya
Manan menatap Safia yang masih terlihat marah dan memunggunginya sambil memasang muka masam padanya hal itu justru terlihat lucu di hadapannya."Kau masih marah padaku?" tanya Manan pada Safia yang membuat wanita itu semakin jengkel.Safia mengusap air matanya yang meleleh di pipinya."Kenapa diam saja dan tidak menjawabku? Apa kau tidak ingin membalasku?" tanyanya sambil duduk di pinggir ranjang."Apa aku bisa membalasmu?" tanya Safia."Ah betul, kau semakin cerdas saja, kau tak mungkin bisa membalasku," ucapnya sambil terkekeh"Dia benar-benar menyebalkan," gumam Safia lirih "Apa kau mengatakan sesuatu? Katakan dengan keras agar aku bisa mendengarnya!" ucap Manan, Safia hanya terdiam."Ayolah! Kau punya mulut, 'kan? Apa aku harus membuat berbicara dan membuka mulutmu yang terkunci itu dengan bibirku ini?" tanyanya.'Safia mengepalkan tangannya. Bisa-bisa ia mengatakan itu setelah ia membuatku seperti ini,' batinnya."Sepertinya kau memang sudah tidak punya tenaga untuk melawanku,
Read more
Gagal
Kenapa kau menatapku seperti itu, aku hanya berbaik hati untuk tidak mengganggumu tidur dan aku pun tahu di mana letaknya. Apa aku salah kalau mengambilkan Amar, dia tidak bisa ambil sendiri. Amar bisa menyusu tanpa harus membangunkanmu tidur."Bangunkan aku akan menyusuinya kau tidak perlu membantu untuk mengambilkannya. Biar aku sendiri saja melakukannya. Apa kau tidak pergi? " tanyanya pada Manan."Bagaimana aku bisa pergi kau seperti ini karena aku, lagi pula Amar juga belum bangun, kalau sudah bangun siapa mau mandiin dia, kalau bukan aku. Sudahlah tidur saja," ucap Manan."Bagaimana aku bisa tidur kalau dari tadi kamu bicara saja," ucap Safia sambil membalikan tubuhnya menunggungi Manan.Lelaki itu duduk di sofa tak lama kemudian terlihat Aman terbangun bayi itu tidak menangis hanya menggerakkan kaki dan tangannya."Hai jagoan Daddy sudah bangun ya. Yuk mandi sama Daddy, Mommy lagi sakit jadi Daddy yang akan memandikannya," ucapnya pada putranya.Lelaki itu melepas pakaian pakai
Read more
Ada yang Mencurigakan
Safia mengeram, ia begitu jengkel akan jawaban Manan. 'Kenapa laki-laki itu tidak pergi saja.' pikirnya sebab ia sudah berangan- angan akan terhindar dari Manan untuk beberapa saat.Manan duduk di sofa sambil melihat Safia yang meringkuk membelakanginya itu. Ia masih mencari sesuatu yang membuat ia tertarik pada wanita itu. Dalam ketermaguannya handphone berbunyi. Ia pun menerimanya."Ia Citra ada apa?" "Mereka tidak mau menundanya, Pak, jika Anda menolak pertemuan besok maka kita dianggap memutuskan kerjasama secara sepihak, pak dan kita akan mengalami kerugian yang sangat besar," ucap Citra.Katakan di bagian keuangan, juga pengacaraku kita rapat virtual sebentar," ucap Manan lalu menutup sambungan teleponnya."Fi, kau tidak butuh apa-apa, 'kan? Aku mau pergi ke ruang kerjaku dulu karena akan ada rapat virtual hari ini. Jika kau butuh sesuatu katakan sekarang juga atau kau telepon aku nanti! Aku akan datang ke sini," ucap Manan."Tidak," ucap Safia singkat."Benarkah, tidak buang
Read more
Aku Butuh Bantuanmu
Safia mendengus kesal, Manan benar-benar tidak bisa membiarkan dia tenang. Setiap hari selalu saja mengajaknya bertengkar.Tak lama kemudian terdengar suara Manan dari luar. "Apa sudah selesai? Aku masuk yaa, Fi.""Belum, pergilah! Aku bisa jalan sendiri dari pada kau mengangguku dari tadi," teriak Safia."Siapa yang menggangu? Aku itu cuma memastikan saja, Fi. Baiklah terserah kau saja," ucap Manan sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dan menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.Tiga puluh menit kemudian Safia keluar dari kamar mandi, ia sangat terkejut melihat Manan berdiri di depan pintu."Kau masih di sini?" tanyanya sambil melotot ke arah Manan."Kenapa kau melihatku seperti itu? Kayak lihat hantu saja," ucap Manan sambil menyambar tubuh Safia, menggendong dan membawanya ke ranjang tidurnya."Sini Biar Amar Aku taruh di box-nya. Lihatlah kakinya sudah keluar dari ranjang! Bagaimana kalau dia jatuh tadi dan kau lupa menaruhnya di box?" protes Manan."Maaf, Mas," ucapnya s
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status