All Chapters of Sekretaris Jadi Istri Rahasia Sang Pewaris : Chapter 41 - Chapter 50
83 Chapters
Bab 41
Sesampainya di bandara kota Bangkok, Thailand. Hardiansyah memimpin jalan dengan membawa Dinara menggunakan kursi roda menuju rumah sewa mereka untuk mereka menyimpan barang-barang mereka lebih dulu untuk setelahnya mereka menuju rumah sakit. Kali ini kedua orang tua Dinara mengharapkan dan mengandalkan Hardiansyah untuk membimbing jalan mereka dan juga melindungi Dinara. Kini Dinara dan yang lain sudah berada di rumah sakit dan mereka akan mengurus surat administrasi pendaftaran Dinara lebih dulu. Setelah selesai, Hardiansyah mendorong kursi roda Dinara melewati beberapa lorong menuju ruang dokter khusus syaraf dan diikuti oleh kedua orang tua Dinara. “Om, Tan, Hardi gak bisa lama di sini, mungkin lusa Hardi akan pulang ke Jakarta atau nanti pria gila itu akan curiga dan melacak Dinara. Tapi kalian tenang aja, sebisa mungkin dan secepat mungkin Hardi akan melindungi kalian. Aku akan rahasiakan keberadaan kalian sampai tidak ada seorang pun yang tau kalau kalia
Read more
Bab 42
Dinara terlihat sangat terkejut mendengar ucapan Hardiansyah barusan. Itu benar-benar sangat menakutkan. Apakah Arka ingin mencelakainya lagi setelah Dinara keguguran? Bayangan buruk nan menyeramkan kini terputar di kepala Dinara membuat Dinara mendadak merasa sakit kepala hingga Dinara harus dibawa kembali ke kamarnya padahal Dinara baru belajar berjalan selama 10 menit di lorong dekat kamar Dinara dengan diawasi oleh perawat. “Dinara, maaf aku buat kamu sakit lagi.” Hardiansyah merasa bersalah pada Dinara yang saat ini sedang diperiksa oleh dokter sedang Dinara tidak merespon sama sekali karena sibuk menahan rasa denyut di kepalanya. Setelah Dinara diperiksa dan diberi obat khusus sakit kepala, Dinara sudah terlihat lebih tenang. Dinara diam merenungkan dan memikirkan apa yang sedang Arka lakukan saat ini. Dinara selalu sangat marah ketika mengingat rekaman suara itu. Jika bisa, Dinara ingin membalas dendam pada Sandra dan juga Arka nanti. “Nis, ka
Read more
Bab 43
“Dia pikir dia bisa menipuku hah? Dasar bodoh,” ujar Arka ditujukan pada Hardiansyah setelah mereka berada di dalam pesawat pribadi milik keluarganya. “Untung aja tadi Pak Dimas ngasih tau sebelum kita berangkat, Tuan. Kalau tidak, kita pasti akan benar-benar terjebak. Tapi, ngapain si bodoh itu ke Singapura?” Sahut Dimas memberi reaksi pada Arka yang terlihat tengah bersantai bermain ponsel. Sesampainya mereka di bandara, mereka segera melaju menuju rumah sakit tempat teman Arka bertugas. Sayangnya ternyata Arka terlambat karena Dinara sudah keluar dari rumah sakit pagi tadi, tepatnya 2 jam yang lalu. Terpaksa Arka dan Dimas harus bekerja keras lagi untuk mencari mereka tanpa alamat dan juga nomor ponsel karena tak satupun dari keluarga Dinara yang memakai nomor ponsel lama mereka. Sebelum pergi dari rumah sakit tadi, Hardiansyah menyuruh Dinara dan kedua orang tuanya untuk mengganti kartu telepon mereka dengan yang baru yang sudah Hardiansyah persi
Read more
Bab 44
“Apakah kita salah kamar? Tidak ada orang di sini,” ujar Dinara pada mamanya. “Iya, kayaknya kita salah kamar. Yaudah kita pergi aja dari sini.” Yulia menarik Dinara menjauhi kamar yang tampak kosong tersebut namun seseorang petugas hotel yang bersama mereka tiba-tiba mendorong Dinara dan Yulia masuk ke dalam kamar dan menguncinya. “Ma, kita dijebak.” Dinara sangat panik dan segera berjalan ke arah pintu dan menggedor-gedor pintu. “Dinara, kamu duduk dulu saja di sana, biar mama yang buka pintunya. Kalau kamu bawa ponsel, segera hubungi polisi yang menunggu di depan tadi.” Pinta Yulia pada Dinara seraya Yulia berusaha berteriak mengetuk pintu. Dinara belum sepenuhnya pulih, maka dari itu Yulia meminta agar Dinara duduk saja dan tidak terlalu banyak bergerak agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak sampai terjadi. Dinara berusaha menghubungi polisi yang tadi pergi bersama dengan mereka, tapi ternyata mereka sudah pergi dan tengah meng
Read more
Bab 45
Malam semakin larut dan Dinara masih belum memberikan jawabannya. Dinara tampaknya belum menyerah untuk bisa kabur dari Arka yang sejak tadi memperhatikannya. Tadi Arka sudah memesan makan malam untuk mereka dan saat ini, pintu kamar mereka terdengar diketuk oleh seseorang. Segera Dinara dengan cepat berdiri di depan pintu sedang Arka hanya tersenyum dari atas ranjang. “Percuma saja, kamu tidak bisa kabur. Hotel ini sudah aku beli dan mereka akan memihakku untuk menangkap kamu. Jangan habiskan tenaga kamu untuk kabur.” Arka bangkit dari atas ranjang dan berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu. Setelah pintu dibuka, seorang pelayan masuk ke dalam kamar Arka dan mengantarkan makanan pesanan Arka. Tak lama setelahnya, pelayan tersebut pergi namun Dinara tampaknya tidak berani kabur sehingga Arka menertawakan Dinara yang masih tidak percaya jika Arka sudah membeli hotel ini. “Kamu bohong kan? Mana mungkin kamu beli hotel ini,” ujar Dinara mulai merasa
Read more
Bab 46
Entah kenapa sangat sulit bagi Hardiansyah untuk mendapat akses berangkat ke Thailand. Semua tiket mendadak habis untuk penerbangan hari ini padahal Hardiansyah harus segera sampai ke sana dan menyelamatkan Dinara dari Arka. Hardiansyah tidak hilang akal, segera Hardiansyah menghubungi temannya yang waktu itu meminjamkan pesawat pribadinya pada Hardiansyah. Namun sial seribu sial, pesawat pribadi tersebut ternyata sedang disewa oleh orang perusahaan lain untuk tour bisnis mereka. Hardiansyah harus bersabar hingga besok untuk bisa mendapat tiket penerbangan menuju Thailand. Sebenarnya bisa saja jika Hardiansyah melakukan penerbangan ke Malaysia atau Singapura lebih dulu lalu setelahnya Hardiansyah baru menuju Thailand. Tapi dalam keadaan panik seperti ini, akal Hardiansyah mendadak kering. Pagi hari. Dinara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya sedang berada di dalam pelukan Arka yang terlihat masih asik tertidur. Posisi ini sangat tidak nyaman bagi Dinara karena Dinara memb
Read more
Bab 47
Dinara diam berpikir lama, namun tiba-tiba saja Dinara tersenyum dan mengangguk setuju. Ternyata sejak tadi Dinara memikirkan tentang rencana balas dendamnya dan ini adalah pilihan yang bagus untuk Dinara dengan menggunakan hati dan kepercayaan Arka. Nanti jika sudah saatnya, Dinara akan menunjukkan apa itu karma. Dinara tidak bisa melawan Arka dengan cara memberontak, jadi asal Dinara memiliki kepercayaan dan cinta Arka, maka ini akan lebih baik untuk Dinara melakukan balas dendam. Setidaknya keluarga Dinara akan aman dan mereka bisa pulang. Acara dilakukan sesingkat mungkin. Setelah acara tukar cincin dan berfoto sudah selesai, Dinara yang merasa tidak nyaman berada di sana sengaja mengajak Arka untuk kembali ke hotel padahal mereka belum melakukan makan siang romantis berdua. Tapi karena tidak ingin membuat Dinara jenuh, akhirnya Arka setuju untuk membawa Dinara kembali ke hotel dan menemui orang tuanya yang sudah tidak diikat lagi namun tetap dijaga oleh Di
Read more
Bab 48
Setelah berpikir panjang akhirnya Arka memutuskan untuk mengembalikan ponsel Dinara agar Dinara tidak merasa kalau Arka mengekangnya. Setelah Arka menyerahkan kembali ponsel Dinara pada Dinara, segera Arka berlalu masuk ke dalam kamar mandi berharap Dinara tidak akan membuat masalah. Dinara memastikan Arka masuk ke dalam kamar mandi dan dirinya mulai mengubungi orang tuanya yang kini mungkin baru saja sampai di Jakarta. Panggilan terhubung dan Dinara mulai mengobrol dengan orang yang ia hubungi tersebut sampai Arka keluar dari kamar mandi dan Dinara menutup teleponnya entah Dinara sengaja atau apakah ini hanya sebuah kebetulan saja. “Uda selesai, Sayang? Ngomong sama siapa tadi?” Arka berbasa-basi. “Mama,” jawab Dinara singkat lalu berpura-pura Dinara menyerahkan ponselnya pada Arka namun untungnya Arka menolak dan memberi Dinara kebebasannya. “Itu hak kamu dan milik kamu. Kamu simpan saja,” ujar Arka berlalu mengambil pakaiannya dan memak
Read more
Bab 49
“Sayang, aku takut.” Dinara berlindung di dalam pelukan Arka membuat Sandra merasa semakin diprovokasi oleh Dinara sedang Arka segera menyuruh petugas untuk menyuntikan sesuatu pada Sandra. Dinara tersenyum senang dengan jahatnya di depan kesengsaraan derita Sandra yang berteriak memberontak dan berteriak kesakitan. Ini sangat mengerikan hingga Dinara segera menutup mata dan telingannya ketika mendengar Sandra berteriak. Sedang Arka dengan cepat membawa Dinara yang terlihat ketakutan keluar dari ruangan tersebut. “Kamu baik-baik aja kan, Sayang?” Tanya Arka setelah mereka berada jauh dari ruangan isolasi Sandra. “Aku baik-baik aja, terima kasih. Tapi bagaimana dengan wanita itu? Apa yang disuntikkan padanya?” “Itu obat penenang. Kamu tenang aja. Tidak ada orang yang bisa menyakiti kamu selama aku masih hidup. Aku akan melindungi kamu dari apapun.” Arka kembali memeluk hangat Dinara seolah Arka mengatakan jika Dinara akan aman berada di dek
Read more
Bab 50
Pagi hari yang cerah nan indah untuk Dinara dan Arka yang masih terlelap dalam indahnya mimpi mereka setelah tadi malam mereka saling sibuk untuk berperang dan hasil perang mereka terlihat seperti ini. Spray dan pakaian mereka terlihat kacau, namun mereka malah asik tertidur berpelukan di bawah selimut. Dinara terbangun lebih awal dari Arka. Walau Arka menepati janjinya tadi malam dengan bermain lembut pada Dinara, tetap saja Dinara merasa jijik pada tubuhnya yang baru saja selesai dijamah oleh Arka hingga tubuh Dinara meninggalkan bercak merah abstrak. Kalau bukan karena rencana balas dendam, mungkin Dinara tidak akan rela melakukan semua ini dan membiarkan tubuhnya dinodai oleh Arka. Dinara menatap benci Arka yang masih memeluknya erat ini, namun setelah Arka bangun, Dinara segera mengubah raut wajahnya. “Pagi sayang,” sapa Dinara tersenyum ramah pada Arka. “Pagi, Sayangku. Kenapa bangun lebih awal? Ayo tidur lagi. Kamu pasti lelah,” gum
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status