All Chapters of Dianggap Pelacur Oleh Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100
122 Chapters
Bab. 91. Kenapa aku merasa bersalah terhadapmu?
Reval pulang dengan keadaan mabuk. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya dia menyebut nama mantan sang istri. Seperti biasa Farhan mengantar Reval ke rumah."Harusnya kamu pulang disambut dengan Marsya. Mantan istrimu akan mengurusimu kalau kamu mabuk. Sekarang siapa yang mengurusmu, Reval?" Farhan membawa Reval ke kamar milik Reval sambil berbicara dengan Reval. Sementara Mbok Lasmi memperhatikan tuannya yang sedang berjalan bersama Farhan sambil menggelengkan kepalanya. "Kasihan tuan Reval semenjak tidak ada Nyonya Marsya, tuan Reval selalu mabuk-mabukkan lagi dan tidak ada yang mengurusnya."***Farhan sudah berada di kamar Reval. Dia sudah membaringkan sang CEO ke atas kasur. Farhan kemudian memperhatikan Reval yang sedang tertidur. Farhan mengeluarkan benda pipih di dalam saku jasnya. Dia lalu memotret Reval yang sedang tertidur pulas setelah mabuk. "Harus aku kirimkan foto ini kepada Marsya." Farhan mengirimkan foto ke
Read more
Bab. 92. Aku harus di hadapkan dengan kenyataan pahit
Ketika Marsya membuka ponsel, dia melihat pesan dari sang mantan suami. Dia terkejut karena Reval mengirim pesan. Marsya kemudian membuka pesan tersebut lalu membacanya. Marsya menghela napas setelah membaca pesan tersebut. "Kenapa aku membuka blokir nomor Reval?" batin Marsya, "Ya, sudahlah tidak apa-apa. Lambat laun perasaan benciku menghilang terhadap Reval. Tidak seperti dulu lagi kalau aku melihat wajahnya aku benar-benar muak. Tapi sekarang perasaan itu sudah tidak ada. Justru aku malah mengkhawatirkan Reval. Ya, ampun kenapa dengan hatiku?" lanjut Marsya masih dengan lamunannya. Tyas memperhatikan Marsya yang sedang melamun sambil memegang ponsel. "Kak Marsya! Kak Marsya!" panggil Tyas sambil menggerakkan badan Marsya. Marsya terhentak kaget. "Iya, Tyas ada apa?" tanya Marsya bingung. "Tidak ada apa-apa. Habisnya lihat Kak Marsya malah melamun," jawab Tyas, "Mikirin siapa sih, Kak? Sudah, Kak nanti malam, 'kan Mr. Garvin jemput, Kakak k
Read more
Bab. 93. Ternyata aku tidak sia-sia membawamu ke sini
Hari ini jadwal Marsya libur. Dia benar-benar malas menghadapi hari liburnya. Biasanya Marsya paling antusias bila waktunya libur. "Kamu kenapa, Marsya? Kok, tumben-tumbenan hari libur murung?" tanya Bu Tasya kepada Marsya yang sedang mencuci piring setelah selesai sarapan. "Iya, Bu. Marsya malas banget libur hari ini." Marsya fokus mencuci piring sambil berbicara kepada sang bunda. "Biasanya kamu senang kalau sudah hari libur," timpal Bu Tasya. Marsya menghela napas lalu mengeringkan tangan setelah selesai mencuci piring. "Justru sekarang Marsya tidak mau ada liburan, Bu," kesal Marsya. Bu Tasya mengerutkan keningnya. "Loh kenapa?" tanya Bu Tasya merasa bingung. "Marsya mau janjian, Bu sama Mr. Garvin nanti jam sepuluh," jawab Marsya lalu memajukan bibirnya. "Mr. Garvin! Siapa dia?" kaget Bu Tasya. "Dia langganan makan di cafe. Tahunya Mr, Garvin malah suka sama Marsya dan ...," jawab Marsya lalu meng
Read more
Bab. 94. Kamu benar-benar wanita luar biasa
"Kamu mau, 'kan menjadi kekasihku." Garvin menatap lekat wajah Marsya lalu tersenyum. "Aku menyukaimu sejak pandangan pertama," lanjut Garvin. Sementara Marsya bingung sendiri, dia tidak menyangka Garvin akan menyatakan cintanya. Dia menatap Garvin lalu melihat kotak yang berisi cincin yang berhiaskan berlian-berlian kecil dan di tengahnya terdapat berlian berukuran sedang. Garvin mengambil cincin di dalam kotak lalu melihat Marsya. "Kamu mau, 'kan menerima cincin ini?" Garvin memperlihatkan cincin kepada Marsya. Marsya memperhatikan Garvin dengan perasaan hati tidak karuan. Dia sama sekali tidak menginginkan hal ini. Garvin mengerutkan keningnya sambil memperhatikan Marsya. "Kamu kenapa diam saja?" tanya Garvin. Marsya tersenyum kaku mendengar ucapan Garvin. Dia lalu membenarkan rambutnya yang tertiup angin. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi lidahnya seakan kelu. Garvin kembali memperhatikan Marsya lalu meraih tangan Marsya. "Maaf, Mister!" Secara refleks Marsya malah menari
Read more
Bab. 95. Sok, kepedean diperhatikan
Ketika Garvin masuk ke cafe Marsya. Dia merasa senang karena akan bertemu kembali dengan Marsya. Walaupun dia sudah ditolak, tetapi dia masih akan tetap mengejar cinta Masya. Namun, ketika Garvin akan mencari tempat duduk. Dia melihat Marsya sedang bersama Reval. Hatinya tiba-tiba panas melihat Marsya sedang menemani Reval.Garvin menyungginggkan senyumnya sambil melihat ke arah Marsya dan Reval. Dia langsung berjalan cepat menghampiri mereka. "Aku keduluan nih, datangnya. Ternyata ada yang sudah mendahului makan siang aku." Garvin langsung menarik kursi lalu duduk.Marsya yang melihat kedatangan Garvin tiba-tiba merasa kaget. "Mr. Garvin!" "Kenapa memangnya kalau aku duluan? Tidak ada yang melarang, 'kan?" ketus Reval. Garvin tertawa mencibir setelah mendengar ucapan Reval. "Memang tidak ada yang memaksa. Ya, tumben-tumbenan saja kamu datang ke sini." Marsya menoleh ke arah kanan, dia lalu memberi kode agar pelayan menghampirinya. "Oh, iya, Mr. Garvin silakan mau pesan apa?" tany
Read more
Bab. 96. Mantan suamimu yang tidak berguna itu?
"Apa? Bapak apaan, sih? Marsya tidak mau!" Marsya bangun dari duduknya dengan sangat kesal. Pak Bowo kemudian menarik Marsya kembali agar duduk di sofa. "Dasar anak tidak sopan! Bapakmu belum selesai bicara. Dengarkan Bapak dulu!" Pak Bowo menatap tajam wajah Marsya dengan penuh emosi. Dada Marsya kembang kempis ketika dirinya disuruh berhenti bekerja dan dimarahi oleh Pak Bowo. "Pokoknya kamu berhenti kerja di cafe. Kamu ikut kerja sama Bapak!" Pak Bowo tetap memaksa Marsya. "Marsya tidak mau! Kenapa, Bapak selalu memaksa Marsya. Pokoknya Marsya akan tetap kerja di cafe, titik!" Marsya tetap pada pendiriannya. Hatinya tiba-tiba sakit karena sang ayah angkat selalu memaksa kehendaknya sendiri. "Kamu berani menolak, hah! Ingat kamu bukan istri dari tuan Reval lagi. Jadi mulai sekarang Bapak yang mengatur hidup kamu!" perintah Pak Bowo sambil menatap tajam Marsya. Marsya menggelengkan kepalanya sambil melihat Pak Bowo. "Aku b
Read more
Bab. 97. Kamu harus Bapak kurung di kamar
Akhirnya, Marsya pun dibuat bingung. Bagaimana harus menolak keinginan sang bapak. "Mudah-mudahan Bapak kamu mikir lagi. Masa tega bapak sendiri kaya begitu," harap Cindy. "Ya, memang tega. Dia, 'kan bukan bapak kandungku," timpal Marsya, "Kamu tahu sendiri bapak sudah ngejual aku demi hutang sama Reval dan sekarang dia mau jadikan aku ...," keluh Marsya lalu tidak melanjutkan kata-katanya. "Sabar ya mudah-mudahan ada solusinya. Bapak kamu juga tambah ke sini bukan tambah mikir. Eh, masih saja kaya begitu." Cindy geleng-geleng kepala. "Iya, Cindy bingung aku sama bapakku."***Pak Bowo dan pemilik rumah bordir sedang berbincang di ruangan private. Mereka ditemani dua wanita cantik dan seksi. "Bagaimana, Bowo? Kamu bilang anakmu mau dipekerjakan di sini? Mana sampai sekarang, anakmu belum dibawa ke sini?" tanya lelaki berkumis kepada Pak Bowo lalu menghisap rokok. "Sabar dulu saja, aku sedang merayunya. Kam
Read more
Bab. 98. Kamu berteriak minta tolong sama aku
Lagi-lagi Marsya menyebut nama sang mantan suami. Yang terlintas dalam pikirannya hanyalah sang mantan suami. Dia pun tiba-tiba mengingat Reval ketika dia selalu dilindungi oleh Reval jika sang ayah angkat selalu marah dan meminta uang. "Reval, kenapa aku selalu mengingatmu? Sekarang siapa yang akan melindungiku? Kamu yang selalu menjaga aku dan ... kamu selalu khawatir jika aku bertemu bapak. Justru sekarang aku malah kembali lagi sama bapak. Ternyata bapak belum berubah. Bapak mau menjadikan aku wanita malam. Aku tidak mau ... aku tidak mau Reval, aku mohon tolong aku." Marsya berucap sambil menangis sesenggukan dan membayangkan wajah Reval.***Sementara di kamar Bu Tasya. Bu Tasya tidak bisa keluar kamar karena sang suami mengunci pintu dari luar kamar. Pak Bowo sengaja mengunci pintu kamar agar Bu Tasya tidak ikut campur. "Bapak apakan anak kita? Bapak jangan macam-macam sama Marsya! Kasihan Marsya, Pak." Bu Tasya memelas kepada Pak Bowo s
Read more
Bab. 99. Malam ini aku selamat
Marsya tidak menyangka bahwa Reval ternyata sedang mengkhawatirkannya. "Apa aku harus benar-benar meminta bantuan Reval? Tapi ... aku, 'kan bukan siapa-siapa Reval lagi." Marsya bermonolog sambil memperhatikan layar ponsel, dia kemudian membalas pesan kepada Reval.[ Terima kasih Reval kamu sudah memperhatikanku. Aku baik-baik saja, aku tidak apa-apa. Kenapa kamu bisa berpikiran kalau aku tidak baik-baik saja? ]Marsya kemudian mengirim pesan tersebut kepada Reval. "Tapi aku bingung bagaimana nanti malam? Aku harus punya alasan tepat untuk menolaknya. Tapi gimana caranya?" monolog Marsya lalu berpikir, "Cindy! Aku harus minta bantuan Cindy." Marsya bangun dari duduknya lalu bergegas akan keluar ruangan. Namun, ketika Marsya akan membuka pintu. Ada bunyi pesan di ponsel yang masih dia pegang di tangannya. Dia kemudian membuka pesan tersebut dan Reval ternyata membalas pesan Marsya. Marsya kemudian membaca pesan dari sang mantan suami. [ Syukur
Read more
Bab. 100. Sepertinya ada yang kamu sembunyikan?
Marsya membelalakkan matanya ketika sang mantan suami ingin mengajaknya kembali bersama. Lidahnya seakan kelu. dia bingung harus menjawab apa. Sama sekali tidak terpikirkan olehnya jika Reval akan menyatakan hal demikian. Reval menatap Marsya. "Kenapa kamu diam saja? Kamu tahu, 'kan aku memang tidak mau berpisah denganmu. Aku tidak rela kamu dimiliki oleh orang lain. Apa lagi yang mendekatimu adalah Garvin, aku lebih tidak rela, Marsya," ungkap Reval. Marsya masih menatap sang mantan suami. Tidak bisa dia pungkiri debaran di dadanya masih sama sampai saat ini hanya untuk Reval. Reval tersenyum sambil melihat sang mantan istri. "Sudah kamu tidak usah menjawab kalau masih bingung dengan isi hatimu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja. Kamu tahu, Marsya? Aku senang karena kamu sudah tidak menghindar dan tidak membenciku lagi. Hatiku pun lega karena aku sudah bisa mengungkapkan semuanya sama kamu.""Iya, Reval. Maafkan aku kalau aku belum
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status