All Chapters of Dianggap Pelacur Oleh Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120
122 Chapters
Bab. 111. Jauhi dia
"Apa?!" Marsya membelalakkan kedua matanya setelah mendengar ucapan Garvin. "Mister saya ....""Pokoknya aku tidak mau tahu! Kamu harus memilih salah satu! Kamu masih bisa menjalin hubungan dengan mantan suamimu. Asalkan malam ini kamu harus melayaniku. Kamu harus mau bercinta denganku!" perintah Garvin, "tapi ... kalau kamu tidak mau melayaniku jadilah kekasihku. Jauhi Reval jangan pernah berhubungan lagi dengan mantan suamimu dan kamu harus memberitahu kepada Reval bahwa kamu sudah menjadi milikku. Bilang sama dia kalau kamu sangat mencintaiku!" lanjut Garvin. Marsya hanya bisa menelan salivanya sendiri ketika mendengar perintah Garvin. Dua pilihan yang tidak mungkin Marsya sanggupi. Dia hanya bisa menatap Garvin dengan sendu. "Kenapa? Hhhmmm. Kamu tidak sanggup? Sanggup tidak sanggup kamu harus menyanggupinya. Paham kamu!" Garvin menatap tajam kedua mata Marsya yang sudah berkaca-kaca. Marsya hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mena
Read more
Bab. 112. Bahagiakan anak saya!
"Apa?! Maksud ... maksud, Mister kalian pacaran? Sejak kapan?" Bu Tasya merasa tidak percaya dengan pengakuan Garvin, dia lalu menoleh ke arah sang anak. Garvin pun memperhatikan Marsya lalu seperti memberi isyarat kepada Marsya agar Marsya berkata sesuatu kepada Bu Tasya.Marysa langsung mengerti lalu tersenyum kepada sang bunda. "Iya,Bu kita sudah pacaran. Maaf Bu, Marsya belum sempat cerita sama, Ibu. Soalnya kita memang baru eemm, dua hari jadiannya." Marsya memegang tangan sang bunda lalu melirik Garvin. "Betul, 'kan, Mr. Garvin?" tanya Marsya. Garvin tersenyum Kepada Marsya lalu kepada Bu Tasya. "Iya betul kita baru jadian," jawab Garvin, "aku harap, Tante mengizinkanku untuk memacari anak, Tante. Aku sangat mencintai anak, Tante. Aku berjanji akan membahagiakan Marsya," lanjut Garvin. Ketika Marsya sedang mendengar Garvin berucap tangan Marsya secara refleks memegang kencang lengan sang bunda. Pikirannya pun malah kepada Reval. Dia mera
Read more
Bab. 113. Aku benci dengan hidupku
"Apa kamu bilang?! Jangan ... jangan bertemu lagi? Kamu jangan ngelantur, Marsya! Tidak ada angin tidak ada hujan kenapa kamu tiba-tiba tidak ingin bertemu denganku?" marah Reval lalu menggelengkan kepalanya, "Bapakmu berbuat apa sama kamu? Bapakmu yang melarang?" kesal Reval. "Bukan, Reval. Bapakku tidak tahu apa-apa. Ini keinginanku sendiri. Lagian, 'kan bapak tidak tahu kalau kita dekat lagi," kata Marsya dan hatinya merasakan sakit."Iya, tapi kamu aneh, Marsya. Kamu cerita sama aku kenapa? Ada yang mengancammu? Ayo, cerita sama aku. Jangan pernah kamu pendam sendiri, aku akan bantu kamu," ujar Reval dan hatinya menjadi tidak tenang. "Aku benaran tidak apa-apa! Sudahlah aku ngantuk, aku mau tidur di sini sudah malam!" ketus Marsya lalu mematikan sambungan telepon. Marsya kemudian menarik napas panjang lalu mengembuskannya. "Maafkan aku Reval ini bukan keeinginanku. Aku senang kamu menghubungiku, aku juga merindukanmu Reval. Maafkan aku .
Read more
Bab. 114. Bullshit dengan omonganmu!
Marsya membelalakkan matanya ketika secara tiba-tiba Reval langsung bertanya ke inti permasalahan. Dia meremas-remas tangannya sendiri. Tenggorokannya seakan tercekat dan dia tidak berani menatap Reval. "Kenapa diam saja? Ayo, jawab, Marsya!" Reval menatap tajam wajah Marsya yang sedang menunduk.Dada Reval kembang kempis dan dirinya benar-benar emosi. Namun, sebisa mungkin dia menahan emosinya di hadapan Marsya. Sementara Farhan memperhatikan Marsya secara seksama. Dia pun ingin bertanya, tetapi dia tidak ingin ikut campur. "Marsya!" panggil Reval lalu menggelengkan kepalanya, "Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres. Makanya kamu seperti ini, ada yang mengancammu, 'kan?" tanya Reval mengintimidasi. Marsya langsung mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan sang mantan suami. "Tidak ada. Siapa yang mengancamku? Itu memang keinginanku. Waktu kamu pergi, di situ aku berpikir. Sepertinya aku salah jika harus dekat kembali denganmu. Aku t
Read more
Bab. 115. Kuras harta dia!
Reval sudah berada di ruangan rapat. Kedua matanya langsung menatap tajam ke arah Garvin yang sedang duduk di meja sebelah kiri. Tatapannya bagaikan elang yang akan memangsa buruannya. "Kamu tidak akan lama bersama Marsya. Lihat saja Garvin. Kamu boleh sombong di hadapanku untuk saat ini dan kesombonganmu tidak akan lama." Reval berbicara dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya. "Tuan Reval! Silakan dimulai," bisik Karin. "Hhhmm." Reval hanya berdeham dan tatapannya masih kepada Garvin. Garvin pun malah membalasnya menatap Reval sambil tersenyum. "Ada yang sedang terbakar cemburu sepertinya," batin Garvin. Sementara Farhan hanya bisa menghela napas pelan. Dia kemudian memperhatikan Reval dan menggelengkan kepalanya kepada sang CEO. Reval pun mengerti melihat Farhan seperti itu. Dia kemudian menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Keadaannya sudah bisa terkontrol dan Reval memulai rapatnya. ***
Read more
Bab. 116. Aku harus bisa menikmati tubuhmu
"Ibu sebenarnya sudah menyadarinya. Cuma Ibu ingin kamu yang bercerita sama Ibu. Kalau Ibu yang bertanya duluan kamu tidak akan mungkin menjawab jujur," kata Bu Tasya "Iya, Bu. Marsya belum siap bercerita sama Ibu. Cuma Marysa juga tidak mungkin pendam sendiri. Apa lagi bapak sudah ikut campur dan malah memaksa Marsya untuk merayu Mr. Garvin. Marsya tidak mau, Bu. Merayu salah tidak merayu pun salah," ucap Marsya lalu menghela napas pelan."Kamu minta tolong sama tuan Reval. Kamu putuskan hubunganmu dengan Mr. Garvin. Kamu, 'kan tidak mencintai Mr. Garvin. Kamu tuh cintanya sama tuan Reval. Iya, 'kan?" Marysa mengangguk lalu tersenyum. "tapi Marsya bingung, Bu. Marysa tidak mungkin memutuskan hubungan Marsya dengan Mr. Garvin. Ini sudah pilihan Marsya. Mr. Garvin memberikan pilihan yang aneh sama seperti Bapak," kesal Marsya. "Aneh bagaimana maksudnya?" tanya Bu Tasya. Marsya kemudian menceritakan awal mula dia harus menjadi pacar M
Read more
Bab. 117. Kenapa kamu menggigit bibirku?
"Honey, sepertinya mantan suamimu sedang cemburu." Garvin menatap tajam Reval sambil berbisik kepada Marsya. "Reval?" kaget Marsya lalu matanya mencari keberadaan sang mantan suami. "Kita temui dia." Garvin meraih tangan Marsya lalu menggenggam jari jemari Marsya. "Buat apa?" Marsya menahan langkahnya dan berusaha melepaskan tangannya dari Garvin. "Sudah kita temui dia!" Garvin tetap berjalan membawa Marsya. Marsya ingin sekali menolak. Dia tidak ingin membuat sang mantan suami sakit hati melihat dirinya bersama Garvin. "Reval maafkan aku, aku tidak mau seperti ini." Marsya berbicara dalam hati sambil mengikuti Garvin. "Hai, Reval," sapa Garvin setelah berada di hadapan Reval. Reval menundukkan kepalanya lalu menatap Marsya. "Tahan, Reval jangan memperlihatkan kemarahan dan kecemburuan di mata bule berengsek ini!" batin Reval. "Asisten Farhan," sapa Garvin. Mr. Garvin." Farhan menundu
Read more
Bab. 118. Mati saja kamu
"Kita tunggu di sini saja. Aku ingin menunggu Marsya." Reval duduk di kursi. "Baik, Tuan." Farhan ikut duduk di samping Reval. Beberapa menit kemudian Garvin berjalan sambil menarik tangan Marsya. Dia melewati Reval dan Farhan yang sedang duduk dan sama sekali dia tidak menyadari adanya mereka. "Marsya!" Reval bangun dari duduknya. "Kenapa dia membawa Marsya seperti itu?" kesal Reval, "Kita ikuti dia! Awas saja kalau dia macam-macam!" Reval berjalan mengikuti Garvin secara pelan agar Garvin tidak mengetahuinya. "Hati-hati Tuan jangan sampai Mr. Garvin tahu kita mengikutinya." "Hhhmmm." Reval berjalan sambil memicingkan matanya. Reval kemudian berhenti dan memperhatikan Garvin yang sudah berada di depan mobil. "Berengsek! Kasar sekali dia!" Reval mengepalkan tangannya lalu melangkah. "Tuan ... jangan gegabah. Kita lihat saja dulu. Kita
Read more
Bab. 119. Aku terpaksa memakainya
Marsya dan Reval sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Marsya. Mereka duduk berpelukan dan saling tersenyum. Reval tidak henti-hentinya menciumi kening sang mantan istri. "Senang sekali melihat mereka bahagia. Aku harap kalian berdua tidak akan terpisahkan." Farhan sekilas menoleh ke kaca spion sambil berbicara dalam hati. "Kamu kalau ada apa-apa cerita sama aku, ya. Kalau ada orang yang menekanmu jangan diam saja." Reval memeluk Marsya sambil tangan kanannya mengelus rambut Marsya. "Iya, Reval. Sekali lagi terima kasih, ya. Kamu sudah menolongku," ucap Marsya, "emm, tapi ...." Marsya tidak melanjutkan kata-katanya. "Kenapa?" tanya Reval khawatir. "Aku takut pulang, Reval. Bapak mau ...." "Sudah kamu pulang saja, tidak apa-apa kamu aman," ucap Reval lalu mencium kening Marsya. "Aman?" tanya Marsy
Read more
Bab. 120. Will you marry me?
"Sudah tahu Marsya masih mencintaiku. Kenapa kamu memaksanya?" kesal Reval, "asal kamu tahu, Garvin. Sebenarnya aku malas menemuimu, tetapi demi mengembalikan cincin ini aku terpaksa menemuimu. Aku tidak mau kamu berpikiran kalau Marsya masih menyimpan cincin pemberianmu. Hanya cincin pemberian dariku yang akan melingkar di jari manisnya." Reval mencondongkan badannya ke arah Garvin. Garvin menyunggingkan senyumnya. "Oke, sekali lagi aku mengaku kalah. Harusnya kamu berterima kasih kepadaku. Kalau malam itu bukan aku yang menemui Marsya. Marsya tidak akan selamat. Dia mungkin sudah dijamah dan ditiduri oleh pria hidung belang. Apa lagi penampilan Marsya saat itu sangat cantik dan seksi. Siapa yang tidak akan tergoda melihat ...." Garvin malah membayangkan penampilan Marsya lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Sialan! Kamu sedang membayangkan apa, hah?" Reval bangun dari duduknya. "Tuan Reval. Su
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status