Semua Bab Ditinggal Suami, Dinikahi Adik Ipar: Bab 21 - Bab 30
81 Bab
Bab 21 Mas ...
'Mencintai sendirian itu memang menyakitkan Shifra ... itulah yang aku rasakan selama ini. Melihat kebersamaan kamu dengan Elzien. Sakit! Sakit banget, Shif!' batinnya membuang napas perlahan lalu menghirup udara banyak-banyak."Jav ... apa kamu benar-benar bisa membayar biaya NICU Ezra? Tadi aku tanya ke kasir, per harinya-" Shifra menjeda kalimatnya dengan melirik sekilas ke wajah pria yang sedang dia olesi minyak gosok dari ibu penjual."Perbulannya sepuluh juta, kan?"Wanita itu menggeleng, "per harinya dua juta, satu bulan 30 hari ..." dia menunduk lagi tak berani menyebutkan angka fantastis di matanya sekarang. Tak seperti dulu bersama Elzien, angka itu bahkan hanya uang hariannya selama dua tahun menikah dengan almarhum suami pertamanya itu."Iya, ada. Semoga bulan depan sudah bisa pulang ya? Dua gadget dan jam tanganku terjual dua ratus juta, makanya besok aku mau ambil sisa uangnya di Koh-""Kamu percaya gitu aja? Tanpa jaminan?" potong Shifra sedikit kaget. Pria berpendidika
Baca selengkapnya
Bab 22 Apa ini Mas?
"Kamu?""Mas ...."Gumam keduanya bersamaan, menggeleng dan mengerjap seolah tak percaya dengan apa yang terlihat oleh mata kepala mereka."Silakan bunuh dan bakar mereka jika kalian belum pernah melakukan kesalahan! Belum pernah marah dan membalas jika seseorang mencubit kalian padahal kalian nggak memulai duluan! Siapa? Siapa yang sudah tertib shalat 5 waktunya? Yang sujud tiap dini hari? Yang sedekah tiap Jumat di Masjid? Yang dzikir dan ingat Tuhan kalian setiap menghirup napas?! SIAPA!?!" Suaranya semakin keras dan lantang menunjuk satu per satu wajah orang-orang yang paling depan dalam kerumunan.Serentak mereka menggeleng dengan berkaca-kaca dan mundur selangkah. Menurunkan tangan terangkat berbagai benda yang hendak dilemparkan pada pasangan itu."Mereka-" perkataannya terhenti dan tak dilanjutkan lagi, "Bubar sekarang atau Saya panggilkan POLISI?!" teriaknya lagi dengan nada lebih tinggi di akhir kata."Siapa Lo? Berani
Baca selengkapnya
Bab 23 Pulang ke Shifra
Mata itu menatap nanar pada apa yang diangsurkan di depannya. Dari seseorang yang masih diyakininya belum meninggal, masih sangat berharap Elzien sang suami selamat dari maut."Apa ini, Mas?" tanya Shifra menerimanya dengan tangan yang bergetar.Asisten berkacamata bernama Baron Sanjaya itu menggeleng pelan, "permisi, Saya masih ada perlu dengan Pak Javaz," pamitnya dengan sedikit membungkuk dan berjalan mundur.Pria itu menemui Javaz yang masih diobati lukanya dan menunggu hasil pemeriksaan menyeluruh. Adakah luka dalam di tubuh Javaz yang mungkin tak diketahui dari mata telanjang. Organ dalam bisa saja terluka karena benturan atau sesuatu yangvtidak diketahui dari luar tubuh. Maka dibutuhkan pemeriksaan menyeluruh."Bagaimana dengan kasus Papa? Akan berapa lama di dalam penjara, Ron?"Seburuk apapun kelakuannya, seorang anak akan tetap memiliki rasa peduli terhadap orang tuanya. Apalagi dari merekalah seorang anak terlahir di dunia. Beg
Baca selengkapnya
Bab 24 Aku Ada Dalam Hidupmu
"Allah ... ampuni segala dosa dan kesalahan hamba yang telah lalai dan mempermainkan pernikahan kedua hamba. Janji yang kusepakati dan kubuat atas namaMu untuk menjadikannya seorang pemimpin dalam perjalananku menuju Ridla-Mu, Allah ...," Shifra bersujud dalam sepertiga malamnya, berdoa dengan terisak di kamar.Suara itu terdengar hingga kamar sebelahnya karena pintu tidak tertutup rapat. Seluruh tubuhnya berguncang hebat menahan sesak dan penyesalan mendalam dalam hidupnya. Tak mau terulang kembali dengan mempermainkan sebuah ikatan suci.Ya, diawal hubungannya dengan Elzien, mereka mungkin telah salah dan berdosa karena melakukan perjanjian. Sebuah ikrar yang mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Tuhan. Padahal pernikahan adalah ibadah panjang, paling lama dalam hidup manusia.Dua tahun dalam ibadahnya bersama pria luar biasa nyatanya justru membuatnya lalai. Bahwa kewajibannya bukanlah lagi tentang duniawi. Alasan menempuh pendidikan tak terse
Baca selengkapnya
Bab 25 Rasa yang Terasa
Hari ini Javaz berangkat tanpa menunggu sarapan yang dibuat Shifra. Semangatnya berkobar mendapat satu harapan dari wanita itu hingga melupakan segalanya. Bahkan salah tingkah sepanjang waktu. Tersenyum tiba-tiba dan melamun setiap saat terbayang wajah ayu di balik cadarnya."Nggak sarapan dulu, Jav?" tanya Shifra pada pria yang sudah keluar dari kamarnya dan menuju pintu keluar.Dia salah tingkah dan berbalik badan dengan memejamkan mata."Kamu nggak pakai cadar, ya? Aku merem aja kalo gitu," katanya menunduk dengan tangan dan kaki terus bergerak random, salah tingkah.Shifra terdiam dan merasa sangat bersalah karena sempat mengatakan hal yang mungkin hingga kini masih membekas di hati Javaz."Kapan Ezra bisa dibawa pulang, ya? Kayaknya asyik bisa maen dan tiap hari liat mungil ... lucunya ... aku nggak sabar-" wanita yang berjalan mendekat sambil membawa dua piring nasi goreng di tangannya itu terdiam.Mengurungkan niat akan m
Baca selengkapnya
Bab 26 Kepulangan Ezra
"Terima kasih, Suster ... terima kasih untuk semuanya ... maaf jika selama satu setengah bulan ini banyak salah dalam perbuatan atau ucapan kami menggoreskan luka di hati para perawat suster dan dokter di sini," ucap Shifra berpamitan pada seluruh staff karyawan, petugas kesehatan, perawat, suster, dan dokter di ruangan NICU. Ataupun kantin RSUD yang menjadi tempatnya bekerja seharian penuh di sana.Dengan menggendong bayi laki-laki yang sudah berberat badan 20 kilogram itu, Shifra menyalami satu per satu pada yang wanita dan mengatupkan tangan di depan dada untuk para pria. Begitu juga sebaliknya Javaz pun sama melakukannya dengan tetap mengatupkan rapat mulutnya. Sama sekali tak banyak kata seperti biasanya."Anda sakit, Pak? Kenapa akhir akhir ini saat jenguk Dedek Ezra kayak beda gitu?" celetuk salah seorang perawat laki-laki yang menjabat tangan dan menepuk pundaknya.Shifra menoleh dengan cepat ke arah kedua laki-laki beda usia itu. Menantikan jawaban apa kiranya yang akan dilon
Baca selengkapnya
Bab 27 Apakah Kalian Bersaudara?
"Apa yang kamu lakukan, Jav? Kamu mau kita dicap sebagai keluarga yang meng-eksklusifkan diri? Nggak mau berbaur dengan warga? Apalagi kamu tau stigma masyarakat tentang wanita bercadar. Aku, istri kamu bercadar, JAVAZ!" teriakan Shifra membuat bayi Ezra kaget dan menangis.Javaz mengusap wajahnya kasar lalu meletakkan kardus dan makanan ringan. Membelai rambut lebat Ezra di gendongan Shifra dengan berdesis agar bayi mungil yang masih kemerahan itu tak menangis lagi.Shifra mengayunkannya ke kiri dan kanan, lalu melirik pada Javaz, memberi isyarat dia akan menyu-sui bayinya.Pria itu tak mengerti dengan gerakan mata juga raut wajah yang tertutup itu."Mungkin dia haus?" Serentak keduanya terkekeh."Baiklah masuklah ke kamar, aku akan bereskan ini semua. Kemarin memang sudah ijin pada Pak Chandra, aku nggak ke bengkel hari ini." titah Javaz membalikkan badannya menuju ke dapur.Wanita itu masuk menggendong bayinya yang masih menan
Baca selengkapnya
Bab 28 Bersama
'Maaf, Shif ... Elzien juga tak pernah tahu ini sebelumnya, dan biarlah akan menjadi rahasiaku dan Tuhan. Aku adalah anak Haribawa, selamanya begitu ... tak akan pernah bisa dirubah,' Javaz menggeleng merasakan luka yang harus kembali terbuka."Jav? Sudah dilepaskan, aku mundur, ya? Pelan- pelan kamu rebahin ke kasur, hati-hati!" bisik Shifra lembut sekali di telinga pria yang menelan salivanya."Ssstttt ...," Shifra terus berdesis dan menggumamkan bacaan ayat suci serta menepuk-nepuk bagian belakang Ezra, dari bawah tubuhnya di mana lengan Javaz masih menyangganya.Perlahan pria itu menidurkan di atas tempat tidur dengan gerakan lambat. Shifra juga mengikuti gerakannya hingga Ezra benar-benar tidur tanpa dekapan Javaz. Ibu muda itu menyelimuti dan meletakkan dua bantal kecil di dua sisi anaknya lalu tersenyum.Keduanya beradu pandang dalam posisi yang sama. Saling memberi isyarat ungkapan terima kasih melalui bibir yang bergerak tanpa mengeluarka
Baca selengkapnya
Bab 29 Siapa?
"Berbaringlah di samping Ezra, Jav! Dia masih belum bisa anteng, nih ...," Ucapan Shifra terdengar aneh dan seketika pria itu mengerutkan dahi sambil berbalik menatap wanita yang menepuk-nepuk sisi kasur di samping Ezra."Apa?" desisnya tak yakin.Javaz memejamkan mata dan menggeleng, tapi lengannya ditarik agar naik ke kasur. Dengan berjalan memutar dia akhirnya naik ke sisi Ezra yang langsung menggenggam satu jarinya."Iya, Sayaaang Ayah di sini, hm? Dengerin Bunda ngaji, ya? Ssstttt bobok yang nyenyak ...," desisnya mengelus kepala dan mencium pipi Ezra dengan mata tertutup, karena dalam posisi mengisap ASI.Lantunan ayat suci yang dibaca Shifra membuat pria itu ikut diserang kantuk yang tak tertahankan lagi. Beberapa menit berlalu dia benar-benar kehilangan kesadarannya, menuju alam mimpi.'Allah ... hamba hanya ingin melakukan kewajiban hamba patuh pada suami hamba ... lembutkanlah hati hamba agar bisa menerima semua takdir
Baca selengkapnya
Bab 30 S U I C I D E
"Assalamualaikum, Pak Javaz! Cepat buka pintunya!" Suara dari luar rumah semakin melengking dan memburu dengan ketukan lebih keras dari sebelumnya.Sedikit berlari Javaz menuju sumber keributan, memutar kunci dan menarik handle pintu dengan cepat."Apa yang membuatmu sangat panik, Ron?" pekik Javaz kesal saat melihat sosok yang langsung menarik lengannya, begitu mereka bertatap muka.Tak ada jawaban dari mantan asisten Elzien sekaligus sahabat Javaz itu. Baron mengempaskan tubuh pria yang bahkan masih memakai celana pendek rumahan dan kaos oblong polos ke dalam mobil. Gerakan cepat pria yang tak mengeluarkan sepatah kata pun itu berlari memutar dan duduk di balik kursi kemudi. Melajukan dengan kecepatan di atas rata-rata, menerabas semua kendaraan yang menghalangi. Tangan pun tak berpindah menekan klakson di tengah setir bundar berlogo tiga lingkaran itu."Lo gila, Ron?!" umpat Javaz menahan tubuhnya agar tak terombang ambing dengan berpegangan pa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status