All Chapters of DARI KONTRAK TURUN KE HATI: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
Bab 31. Rencana Bulan Madu
Tuk tuk tuk!“Aku sudah kembali—”“Bagus sekali caramu, Rehan! Kamu meninggalkan kantor lebih dari perkiraan.”“Maaf.”Tidak memakai alasan dan mengambil kesempatan ini untuk meredakan amarah Candra. Pada akhirnya, itu adalah satu-satunya cara yang bisa menyelamatkannya. Membalas kata-kata pria di sana pun hanya akan membuatnya dimaki-maki nantinya.“Sudahlah, sini kemarikan yang aku perintahkan. Gerah sekali tubuhku.”Rehan menyerahkan perlengkapan mandi dan pakaian ganti. Ia lalu tersenyum nakal pada sepupunya itu.“Hm … apa perlu aku menggosok badanmu itu? Uhuy!” godanya.“Tai! Pergi sana! Jangan membuatku naik darah kembali setelah berusaha menahan emosiku!”“Padahal sudah emosi saat ini,” tanggap Rehan kecil lalu segera kembali ke meja kerja.Dicarinya kesempatan lain untuk memenangkan proyek. Selama belum ada penandatangan, Rehan masih sangat yakin bisa mendapatkan kesempatan bertemu dengan presdir perusahaan lain itu.“Dia ini terlalu banyak musuh sampai susah untuk dikendalika
Read more
Bab 32. Berikan Aku Keluarga Inka
Keduanya masuk ke dalam mobil. Ia bersedia untuk memasukan kunci dan memanaskan mesin sebentar. Tidak lengkap rasanya jika tidak mengobrol sepanjang perjalanan. Rehan tidak mau kehilangan kesempatan dan ia terus mengajak Inka untuk bercerita.“Mau tahu kenapa Candra menyuruhku mengantarmu padahal dia juga masih luang?”“Tadi dia sudah menjawab demi keselamatanku.”“Ow, ow, ow! Bukan. Dia pasti tidak mau berbagi makanan enak.”Inka menahan tawa kali ini. Tebakannya adalah Rehan sedang mengungkit soal kepiting saos tiram yang dibawanya ke kantor. Saat dilihat pria itu bagaimana wajah Inka yang menahan tawa, ia langsung mencubit pipi Inka.“Berhenti meledekku. Sumpah, ini bukan candaan! Aku bisa bertaruh kalau Candra memang mau memakannya sendiri. Pelan-pelan kamu akan tahu bagaimana sifat asli calon suamimu itu. Dia serakah pada makanan.”Semakin banyak yang diucapkan, semakin Inka tidak percaya. Sangat tidak mungkin jika seorang Candra tidak mampu membeli kepiting. Jika memang ia mau m
Read more
Bab 33. Aku Tidak Membunuhnya
“Jangan macam-macam kau! Kenapa aku harus menyerahkan Inka padamu?” Bukan lagi hanya sekadar ancaman. Pada kenyataannya, Candra sangat waspada. “Inka akan aku awasi lebih dari sebelumnya.”Rehan sangat suka dengan permainan ini. Melihat sang sepupu kesal atau bahkan merana adalah terindah baginya. Pembalasan dendam tentang kejadian di masa lalu harus dibayarkan.“Kamu tidak lupa ‘kan dengan gadis bernama Cintia. Karena kamu, ia gantung diri.” Luka lama yang dipendam kembali ditorehkan.Air muka Candra langsung berubah. Mendengar nama itu saja membuatnya sesak. “Kenapa membahas gadis itu? Semua sudah berlalu dan aku sama sekali tidak bersalah!”“Cih! Uang dan kedudukanmulah yang menyelamatkanmu. Jika saja kamu miskin, kaupikir bisa lari dari tanggungjawab?”“Diam!” Amarah pria itu terus meluap. “Keluar dari ruanganku!”Kenangan buruk yang masih terus membayangi Candra. Bukan keinginannya jika gadis itu mengakhiri hidupnya. Tidak ada yang tahu jika gadis itu sangat kehilangan setelah le
Read more
Bab 34. Rahasia Kelam Candra
Inka, ini aku. Aku ingin mengatakan ini padamu tetapi tidak enak hati. Jika kamu benar-benar mencintai Candra, kamu pasti tidak akan keberatan tentang masa lalunya, ‘kan? Temui aku besok jam 7 di café POI. Ada banyak hal yang perlu kuceritakan padamu. Inka menatap terus pesan yang diterimanya. Terlalu penasaran dibuatnya segala tulisan yang ada di sana. ‘Kenapa ingin bertemu? Apa aku harus menemuinya?’Inka tak ingin memikirkannya sendiri. Ia langsung menghubungi sang pengirim pesan itu. Sayangnya, berkali-kali pun telah dilakukan panggilan, tidak ada tanggapan. Semua ini harus berhadapan—muka bertemu muka. Ya, Inka sadar itu akan menjadi pertemuan yang sangat serius.Ia lalu meminta saran dari seseorang. Ayah? Tidak mungkin. Nenek? Terlebih lagi. Hanya Sasha satu-satunya yang paling tepat sebagai tempat untuk berbagi.“Bagaimana, Sha? Apa perlu aku menemuinya?” Tanpa basa-basi, ia langsung pada inti permasalahan. “Sejujurnya aku malas. Untuk apa membahas masa lalu Candra?”“Temui
Read more
Bab 35. Nenek, Maafkan Aku
Tidak ada pilihan lain. Posisi Rehan sedang tidak menguntungkan. Ia harus memikirkan cara lainnya untuk menghancurkan pernikahan Candra. Kehilangan gadis yang dicintainya sejak SMA sudah menggelapkan mata. Giselle direbutnya dari tangan Candra. Sekarang Inka pun akan menjadi sasaran berikutnya.“Rehan, kita ini masih keluarga. Apa kamu masih ingin membalaskan yang terjadi sepuluh tahun lalu?”“Aku bahkan tidak peduli lagi dengan itu.” Rehan sedang berbohong. “Ayo pikirkan bagaimana dengan proyek lain. Aku tak suka kita kalah dengan perusahaan lain. Apa-apaan ini? Kedatanganku di PT. Luxing seakan tidak ada gunanya.” Ia mengalihkan pembicaraan.“Tiga hari lagi pernikahanku. Bolehlah kita santai sejenak. Aku juga muak harus bekerja terus.” Pria itu meregangkan badan lalu bangkit berdiri dari kursi.“Tak sabar dengan malam pertama?” godanya.“Mulutmu perlu di-filter. Bereskan barang-barangmu dan ayo pulang. Aku ingin beristirahat.” Candra berusaha tidak menghiraukan balasan Rehan.“Ayola
Read more
Bab 36. Pernikahan Batal!
Bunyi ambulans terdengar jelas di telinga Inka. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang. Hatinya risau. Rasa sesal karena memicu jantung sang nenek hanya bisa direnungkannya. Jika saja ia bisa menahan mulutnya, semua ini tidak akan terjadi.“Nek, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membuat Nenek seperti ini.”“Nantilah kita bicara, Inka. Ayah juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”Untuk yang satu itu, Inka memutuskan diam kembali. Nenek sudah menjadi korbannya dan ia tidak mau ayahnya ikut serta kena serangan jantung. Sungguh, keputusan menikah kontrak adalah hal buruk yang ia lakukan.“Candra, bisa tolong datang. Aku butuh bantuanmu.” Entah mengapa, Inka menghubungi pria itu dengan voice note. Ada sebuah tempat yang ia tahu bisa menengankannya. Satu-satunya dan hanya Candra.Hanya 15 menit, pria itu sampai di sana. Dilihatnya Inka sedang memeluk lututnya dengan wajah tertunduk di depan ruang ICU. Candra duduk jongkok menyamakan tinggi badannya dan menepuk pelan lengan I
Read more
Bab 37. Orang Kaya VS Pikiran Kaya?
Inka mendengar semuanya itu. Ia sangat terharu dengan tindakan Candra. Tidak disangkanya jika pria itu mau berbuat seuatu demi Neneknya. Kebaikan hati Candra dilihatnya nyata. Padahal, bisa saja pria itu langsung marah dan menuntut 2 milyar.“Pak, apa yang Anda bicarakan tadi?”Dahi pria itu berdenyit. Ia tidak suka dengan panggilan ‘Pak’ yang disematkan Inka. Itu membuatnya memiliki jarak sekarang.“Pak? Kamu memanggilku ‘Pak’?”“Iya. Aku perlu melakukannya sekarang.”“Apa tentang pembatalan pernikahan? Kamu langsung menjaga jarak?”“Bukan begitu. Aku merasa harus hormat pada Anda.”“Hentikan, Inka. Aku tak suka panggilan itu. Santailah saja padaku.”Inka mengubah posisinya. Ia tersadar jika ada sedikit air mata yang tersisa di celana Candra.“Maaf soal itu. Ah, sekarang aku sangat malu berhadapan denganmu.” Ia menunjuk ke arah celana. “Bodoh sekali aku.”“Tidak apa-apa. Sekarang kamu sudah merasa lebih baik?” tanyanya halus. “Tadi saat seorang perawat keluar, aku bertanya pada merek
Read more
Bab 38. Perasaan Sang Mantan
“Keluar!” bentak Inka.Candra terkejut dengan keberanian gadis itu. Jika biasanya Inka akan berteriak karena ketakutan, kali ini ia tidak melihat itu dalam diri Inka. Ia bergerak mundur. Rencana untuk menakuti gadis itu salah besar. Permainan kali ini hanyalah membuatnya merasa malu.“Oke. Sebaiknya aku pergi dari sini. Uh, tidak kusangka jika kamu bisa sejahat ini padaku.”Tatapan elang dihadiahi Inka untuk Candra. “Orang gila macam apa kamu! Di saat aku memikirkan Nenek, kamu malah ingin memperkosaku.”Untuk pertama kalinya Candra mendengar kalimat yang kasar dari mulut gadis itu.“Aku tidak mau memperkosamu. Astaga, kata itu begitu vulgar untuk didengar. Kamu ternyata bisa mengatakannya.”“Terus kamu mau apa? Kamu dengan wajah mesummu datang dan mendekat. Kamu pikir karena aku gadis lemah, kamu bisa seenaknya memperlakukan aku?!”Candra bergidik ngeri. Tidak baik jika menghadapi Inka mode monster. Candra bahkan menutup pintu kamatr Inka saat keluar dari sana dan membiarkannya menen
Read more
Bab 39. Hari yang Manis
“Lelap sekali tidurnya.”“Hm, Entahlah. Aku hanya merasa kalau sangat lelah kemarin.”Baru beberapa detik kemudian, sikap ramah itu hilang. Inka teringat bagaimana Candra mau mempermainkan perasaannya tadi malam. Ya, ada seorang pria bejat yang mau menerkamnya di saat yang tidak tepat.“Jangan bicara padaku. Aku tak suka padamu. Cepat menjauh!” katanya dengan kesal. “Jangan kira aku sudah memaafkanmu.”Inka tidak bisa mengungkit soal peraturan kontrak karena pada kenyataannya, ia terlebih dulu melanggar kontrak itu. Tidak boleh ada satu orang pun yang tahu perjanjian mereka—itulah isi kontrak. Sekarang tidak ada semua itu. Candra dan Inka sedang mendiskusikan untuk membatalkan pernikahan ini.“Aku akan ke rumah sakit sendirian.” Lagi, Inka masih terus menegaskan jarak di antara mereka.“Oke. Tidak masalah. Tapi aku juga akan ke sana.”“Aku bilang aku akan pergi sendirian.”Candra mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Kopi panas yang dibuatnya sembari bercerita dengan Inka tidak kunjun
Read more
Bab 40. Ayo Lanjutkan Saja!
Saat wajah itu terlalu dekat dengannya, Inka langsung bangun dengan terburu-buru.Plak!“Aduh!”“Jangan kurang ajar padaku!” Inka menjaga jarak dan merekatkan selimut menutupi tubuhnya.Candra sedikit menyesal mengganggu gadis itu.“Aish, maksudku bukan begitu! Aku tidak mau kamu terlambat ke rumah sakit. Itu saja.” Candra menjelaskan dengan kesal. “Di pikiranmu aku ini hanya pria yang mesum. Selalunya seperti itu.”“Ja-Jadi tadi itu kamu hanya mau membangunkan aku?”“Hm.”Pria itu lalu menuju pintu depan dan memanggil Inka agar segera bersiap. Mereka menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Candra diam saja. Ia masih kesal setelah mendapatkan tamparan dari tangan mungil calon istrinya. Itu tidak sepadan dengan tujuannya.“Masih marah?” Inka mencoba membuka percakapan karena sedari tadi sangat sunyi.Tidak ada jawaban. Pria itu memilih bungkam. Sikap dinginnya sedang menguasai dirinya. Jika ia memikirkan kembali bagaimana perlakukan gadis itu, Ia merasa bodoh. Padahal yang memiliki u
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status