Semua Bab Suami Berutang, Istri Terbeban: Bab 21 - Bab 30
42 Bab
21. Agus terharu
Sore itu, Agus baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi bengkel yang ramai membuat badannya gerah dan sedikit pegal di beberapa bagian tubuhnya.Selesai merapikan peralatan, Agus segera bersiap pulang. Setelah mengambil tas kecil miliknya, kemudian Agus menyusuri jalan yang selalu ia lewati setiap berangkat ataupun pulang kerja.Waktu telah menunjukkan pukul 16.30. Namun, hawa panas masih saja ia rasakan, maklum namanya juga musim kemarau.Agus meraih tas kecilnya, ia buka resleting depannya. Bapak dari tiga orang anak itu meraba seluruh sudut tasnya mencari rokok. Ah ... Agus baru teringat jika rokoknya baru saja habis.Lelaki berumur tiga puluh enam tahun itu berbelok masuk ke dalam toko kecil yang berada di sisi jalan untuk membeli rokok. Baru saja ia akan keluar dari toko itu, ia merasakan seseorang telah menepuk pundaknya."Gus, pulang kerja?" Agus menengok ke arah pemilik suara itu."Eh, kamu, Rud. Kaget aku!" Agus tersenyum kepada tetangganya itu."Kirain abis tragedi tadi,
Baca selengkapnya
22. Rengekan
Selesai bekerja, biasanya Agus akan langsung menuju rumahnya. Namun, kali ini berbeda, Agus sedang duduk di pos ronda pinggir jalan. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.Agus terlihat celingukan tengok kanan dan kiri secara bergantian. Beberapa kali juga ia berdiri kemudian duduk kembali. Untuk mengusir rasa bosannya, lelaki dengan tinggi 165 centimeter itu mengambil handphone yang ada di dalam tas kecil lalu memainkannya.Setelah menunggu cukup lama, akhirnya datang seorang lelaki yang menghampiri Agus. Sepertinya mereka cukup akrab, hingga tak tampak kecanggungan di antara mereka."Mau motor apa, Gus?" Lelaki yang akrab dipanggil Adul itu mengeluarkan beberapa lembar kertas berisi gambar dan daftar harga sepeda motor."Aku lihat-lihat dulu nggak apa-apa, kan, Dul?" Agus meraih kertas itu dan membacanya satu persatu."Boleh, dong! Aku bawa kesini emang buat dilihat, kan." Adul tertawa menanggapi ucapan Agus.Adul adalah teman sekolah Agus waktu SMP. Ia bekerja sebagai marketing d
Baca selengkapnya
23. Rapat Keluarga
Pagi itu, Siti yang baru saja bangun tidur, teringat kembali dengan pembicaraannya malam tadi dengan Agus. Ia masih belum yakin dengan keputusan yang dibuatnya. Ada sedikit keraguan yang mengganjal di sisi hatinya.Malam nanti, rencananya ia akan mengumpulkan Agus dan juga Yuli untuk membicarakan perihal penjualan sawah. Ia berharap Yuli akan terima dengan keputusannya itu, walaupun sebenarnya ia tahu akan sulit bagi anak sulungnya itu untuk menerima keputusannya.Siti berjalan ke depan rumahnya. Ia berdiri sejenak di depan rumahnya. Ibu dari tiga orang anak itu sedang melihat kerepotan menantu perempuannya yang sedang menyuapi Riska sembari menggendong Naura. Tak jarang Riska sengaja berlari agar sang Ibu mengejarnya.Romlah dulunya adalah gadis yang cantik. Ia juga begitu peduli terhadap keluarga. Hanya saja sang mertua tak menyukai sifat boros dan keras kepala dari wanita yang berumur tiga puluh tiga tahun itu.Siti kembali masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sebuah kursi, kemudian m
Baca selengkapnya
24. Sawah yang Terjual
Agus mulai terlihat sibuk beberapa hari ini. Ia memanfaatkan waktu sebelum dan sepulang bekerja untuk membersihkan sawah yang akan dijual itu. Rumput yang begitu rimbun memaksa lelaki berumur tiga puluh enam itu untuk memangkasnya. Tak jarang ia sampai rumah ketika azan magrib terdengar. Agus melakukan itu semua atas saran pakdenya, agar harga sawahnya naik. Kondisi sawah yang tak ditangani dengan baik juga mempengaruhi tinggi rendahnya harga sawah itu.Kini sawah terlihat lebih baik. Rumput dan ilalang tak lagi terlihat meninggi.Sepulang bekerja sore ini, Agus berencana akan memasang papan berisi info jika sawah itu akan dijual, disertai dengan keterangan luas sawah, dan juga nomor telepon Agus. Anak kedua Siti itu berharap sawah milik sang Ibu akan segera terjual dengan harga tinggi.Selain dengan memasang papan, Agus juga mengiklankan sawahnya dengan cara memasang foto sawahnya ke media sosial miliknya. Tak jarang Agus juga menawarkannya kepada sanak saudaranya .Berhari-hari me
Baca selengkapnya
25. Aksi Balas Dendam
Agus menyusul Siti yang sedang bersama dengan sang kakak. Wajah sang Ibu terlihat pucat. Orang-orang yang berada di sawah saat ini pun saling berbisik."Kenapa, Bu?" Agus mendekati Ibunya."Yuli masih ngotot gak setuju sawah ini dijual, Gus." Mata Siti memerah menahan marah dan juga malu."Mbak, jangan gitu, lah. Mbak mau bikin Ibu malu?!" Agus mulai geram dengan tingkah kakaknya itu."Aku nggak peduli, pokoknya aku nggak setuju!""Kamu jangan gitu, lah, Yul. Kemarin kita udah omongan ini baik-baik, kan? Lagian, kamu udah pernah dikasih sapi sama almarhum bapakmu waktu mau renovasi rumah. Jadi udah cukup adil kalau sekarang Ibu kasih sawah buat Agus!" Siti kesal karena Yuli tak bisa diajak bicara baik-baik."Oh, jadi Mbak Yuli yang jual sapi bapak buat renovasi rumah? Katanya pakai tabungan suamimu, Mbak?!""Ya itu, kan-" Yuli bingung mau menjawab apa."Sudah-sudah, Gus, kita ke sana aja. Malu dilihat banyak orang!" Siti menarik tangan Agus untuk menjauhi Yuli."Tapi kan, Bu! Ibu!" te
Baca selengkapnya
26. N-Max Idaman
Pagi sekali, Agus telah bersiap untuk berangkat bekerja. Namun, sebelum ke bengkel, ia ingin ke rumah Yuli terlebih dahulu untuk membayar hutangnya .Jika kemarin Romlah ditolak oleh Yuli, mungkin saja kali ini Yuli akan menerima uang dari Agus itu untuk membayar hutang.Agus tahu, tak mudah untuk mengakrabkan dua wanita itu. Namun baginya, hutang tetaplah hutang, dan harus ia bayar.Setelah berpamitan kepada sang istri, Agus langsung berjalan menuju rumah Yuli."Assalamualaikum," ucap Agus ketika sampai di depan rumah Yuli.Suami Yuli yang kebetulan duduk di ruang tamu bangkit dari tempat duduknya."Waalaikumsalam, eh, Gus. Masuk sini!" Ajak suami Yuli."Mbak Yuli ada, Mas?" Agus masuk dan mengekori sang kakak ipar."Ada, aku panggilin dulu, ya." Suami Yuli itu menuju ke dapur.Agus telah menyiapkan mental dan hatinya agar ia siap ketika nanti mendapat perlakuan yang kurang baik dari sang kakak."Tumben ingat rumah ini!" Sindir Yuli yang kemudian duduk di kursi depan Agus. "Ada apa!?
Baca selengkapnya
27. Istri Senang, Rezeki Gampang
Semenjak memiliki sepeda motor baru, Romlah menjadi lebih semangat dalam menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga.Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak-anaknya.Agus pun menjadi lebih semangat dalam bekerja. Kini ia tak perlu berjalan kaki untuk menuju bengkel. Sepeda motor berwarna merah itu ia jadikan tunggangan setiap hari. Ia pun selalu menyempatkan untuk pulang ke rumah saat jam makan siang tiba. Lelaki berumur tiga puluh enam tahun itu tak ingin melewatkan makan siang bersama dengan keluarganya.Pekerjaan Agus dinilai cukup bagus oleh pemilik bengkel tempatnya bekerja. Selain kemahirannya dalam mengotak-atik mesin, rasa tanggung jawabnya pun perlu diacungi jempol.Bahkan, bapak dari tiga orang anak itu mempunyai pelanggan khusus di bengkel itu. Tak jarang mereka hanya mempercayakan sepeda motor mereka ditangani langsung oleh Agus.Melihat itu, pak Susilo tak tinggal diam. Beberapa kali sang pemilik bengkel itu memberikan uang rokok kepada Agus dan juga
Baca selengkapnya
28. Rencana Baru
"Emang cincin itu buat siapa, Rom?" tanya Dewi begitu mereka sampai di depan rumah Romlah.Romlah tersenyum menanggapi pertanyaan sahabatnya itu."Jangan bilang jiwa julidmu meronta-ronta, Dew," ledek Romlah. Sengaja sekali ia menggoda Dewi."Ihh...," desah Dewi terlihat kesal yang jelas saja mengundang tawa dari sahabatnya itu.Romlah turun dengan hati-hati dari sepeda motor berwarna merah itu. Karena body sepeda motor yang terlalu tinggi, membuat wanita bergamis abu-abu itu sedikit kesusahan. Apalagi kedua anaknya saat itu tengah tertidur.Dengan dibantu oleh Dewi, Romlah pun akhirnya dapat turun dengan aman tanpa membangunkan kedua anaknya. Kini Riska telah berada dalam gendongan Dewi, sedangkan Naura digendong oleh sang Ibu.Perlahan Romlah mengambil seluruh kantong belanjaannya yang tergantung di sepeda motornya.Kantong kresek yang berisi belanjaan itu ia tenteng hendak ia bawa masuk ke dalam rumah."Suaminya capek-capek kerja, eh, istrinya malah belanja terus, kasihan banget, y
Baca selengkapnya
29. Pertengkaran Malam
"Pak, sepatuku baru," teriak satu-satunya anak lelaki Romlah begitu sang ayah masuk ke dalam rumah.Agus pun tersenyum mendapat laporan dari sang anak.Angga berlari dengan menenteng sepatu baru yang dibelikan oleh ibunya siang tadi."Bapak lihat, bagus, kan." Angga memperlihatkan sepatu barunya kepada Agus.Agus pun menunduk dan memerhatikan sepatu anaknya dengan seksama."Sepatunya bagus banget!" puji sang Ayah. "Pasti keren Kalo kamu pakai nanti.""Keren banget, pak, di kelasku belum ada yang punya kayak gini," ucap Angga dengan antusias."Bilang makasih sama Bapak! Itu beli pakai uang dari Bapak," ujar Romlah yang baru keluar dari dapur dengan membawa secangkir kopi, lalu meletakkannya di meja. "Kopinya, Mas," imbuhnya."Makasih, ya, Pak," Bocah berumur delapan tahun itu memeluk tubuh ayahnya penuh kebahagiaan."Iya, sama-sama. Sekolah yang rajin, ya, biar jadi anak pintar." Agus membalas pelukan sang anak, lalu mengelus kepala anak sulungnya itu.Puas memeluk ayahnya, Angga pun b
Baca selengkapnya
30. Mulai Menghangat
Siti terpaku menatap kepergian anak sulungnya. Rasa sesal menyerang relung hatinya yang paling dalam, hingga mengundang rasa sesak dalam dadanya.Memang tak seharusnya ia menampar anak perempuannya itu. Rasanya sikapnya kali ini sudah kelewatan.Siti terduduk lemas di sofa berwarna hitamnya. Rasa sesal terus saja memenuhi isi kepalanya.Yuli pun keluar dari rumah ibunya dengan rasa sakit hati. Air matanya terus saja meleleh membasahi pipi. Ia merasa mimpi buruk kini sedang menghampirinya.Ia masih berdiri mematung di depan rumah ibunya, ketika terlihat dari ujung matanya Seorang wanita telah memerhatikannya.Yuli menoleh ke arah wanita itu, yang ternyata adalah adik iparnya. Melihat Romlah tersenyum sinis kepadanya, membuat darah Yuli mendidih."Puas kamu lihat aku bertengkar sama Ibu!?" tuduh Yuli berjalan beberapa langkah ke arah Romlah."Apaan, sih, Mbak?!" tanya Romlah yang terus waspada, ia tak ingin Yuli menyerangnya seperti waktu itu."Jangan pura-pura nggak tau! Kamu ngasih ci
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status