All Chapters of Ketika Pewaris Jatuh Cinta: Chapter 61 - Chapter 70
227 Chapters
[60] Justine Gue Sayang Lo!
Semesta terkadang tak hanya menyajikan derita. Badai yang menyapa bersama tuntutan hidup yang semestinya, nyatanya mendatangkan apa itu arti sebuah perjuangan. Menderita- tak masalah, asal melalui semua luka dengan Stefany, Vero rela menukar segalanya.Cih!       Kenapa pilu yang ia alami malah terkesan seperti cinta tanpa restu orang tua?! Mereka layaknya pasangan kawin lari.Vero tertawa hambar. Jelas-jelas kemalangan yang menimpa mereka berkat ia yang tak becus menjadi penerus tahta keluarga. Andai ia terlahir dari benih pria biasa, hidupnya pasti akan baik-baik saja. Contohnya seperti sekarang ini. Ia menikmati hari-harinya. Walau tak terbangun di ranjang empuk kualitas super, tapi ia terus mengucapkan syukur karena menemukan wajah ayu Stefany disampingnya.Perih hatinya seketika meluap ke dasar jurang sedang ia di atas sembari melambaikan tangan- ‘Dadaaaaa Mommy cerewet!!’ Sepe
Read more
[61] Mommy Vero Tak Mudah Dibodohi
Sebuah mobil melaju pelan membelah jalanan Tangerang menuju Jakarta Selatan. Dibelakang BM* 8i tersebut tiga mobil boks berbaris rapi, mengikuti kecepatannya. Vero di dalam, menghembuskan nafas kala memperhatikan pengiriman barang yang Justine belikan. Tak sekedar alat elektronik pengisi kamar kosnya yang sempit, pria itu turut memborong printilan-printilan rumah tangga lainnya seperti bahan makanan, buah-buahan, snack dan seperangkat keperluan lainnya.Puluhan juta Justine gelontorkan..Sumpah, ini terakhir kali Vero mau diajak keluar. Urat malunya yang terputus kembali tersambung. Sebagai kepala rumah tangga ia tak mungkin bisa memenuhi kebutuhan istrinya untuk beberapa bulan kedepan. Semua telah ditanggung Justine dan Clara. Vero tak lagi mempunya wajah.“Tin!” pekik Vero. Tangannya secepat kilat menekan tombol pengaturan jok, mendorong ke belakang agar ia bisa bersembunyi di kolong.“Kenapa lo, Ver?!” “Depan lo mobil nyokap gue.” Cicit Vero memberitahu. Belum genap semi
Read more
[62] Prank ala Mommy
“Mellia pulang ke rumah Ayah..”“Ngapain Abang?!” tanya Mellia polos. Wanita itu tak merasa memiliki agenda mengunjungi rumah orang tuanya.“Jelasin semuanya ke Ayah.” Ujar Ditto, “kamu belum kasih tau tentang cucunya yang kamu usir dan rencana perceraian kamu sama Ray. Ayo kita pulang Mellia. Ayah sudah siap. Biar Ray susul nanti.”Vero tahu benar arti kata, ‘ayah,’ yang omnya ucapkan. Papa Axel itu akan mengembalikan Mommynya pada orang tua mereka- Kakek Haryo yang mempunyai kepala botak sepanjang masa. No! Vero tak bisa membiarkan Mommynya dibawa. Ia pulang untuk menghalangi niat sang mommy, bukan melepas kepergian wanita itu yang berakhir menghancurkan keluarga mereka. Pernikahan mereka bukan lagi ajang stand up komedi yang alurnya disetting sebegitu rupa untuk menghibur lalu berakhir eliminasi jika tak memuaskan penonton. Belasan tahun keduanya bertahan penuh perjuangan. Vero tak rela.“Hehehe..” Mellia menampakkan gigi-gigi putihnya dan hal tersebut membuat Vero memicingkan mata
Read more
[63] Hamba Menyesal Tuhan!
Berubah,Untuk memperbaiki kehidupan, satu langkah yang wajib Vero tempuh adalah mengubah seluruh cara hidupnya. Dibantu Stefany, semalam mereka mencari kiat-kiat terkemuka dalam mengusahakan perubahan menuju kualitas hidup yang optimal. Salah satunya dengan bangun pagi dan menanamkan mindset positif.Jam di dinding masih menunjukan pukul setengah lima pagi. Lampu di kamarnya tampak indah meski redup, tak seperti kos-kosan yang hampir seminggu ini ia huni. Mata laki-laki itu telah terbuka sejak adzan subuh di komplek perumahannya menggema.Panggilan jiwa, begitu Vero menamai hal yang dahulu kecil pernah ia pelajari setengah hati. Ia tak yakin bisa menuntaskan kewajibannya pada Sang Pencipta, tapi itu sebuah keharusan demi bisa meluruskan jalan hidupnya yang berkelok.Vero membersihkan diri di dalam kamar mandi. Tidak untuk mandi wajib karena semalam ia tidak meminta jatahnya pada Stefany. Ia membawa ponsel canggihnya, beguru dadakan tentang bagaimana caranya bersuci. Tidak sulit, nam
Read more
[64] Mata Suci Mischa, Ternoda.
Vero meletakkan kunci tanpa gantungan ke atas meja. Pria itu mendorongnya pelan, tepat ke hadapan Mischa yang duduk diseberangnya. “Apaan ini?!”“Ntar malem lo kemas-kemas,” ujar Vero. “Lo tempatin kamar gue sama Stef. Perabotannya lebih lengkap karena baru diisiin kemarin,” sambungnya memberi alasan mengapa Mischa harus pindah ke lantai bawah- lebih tepatnya pada bekas kamarnya.“Nggak perlu, Ver. Punya gue baik-baik aja.”“Ck! Udah deh! Lo nurut aja!” Vero melambaikan tangannya pada Stefany yang mengantri. Meski jabatan sosialnya naik menjadi istri pemilik cafe, wanita itu bersikeras untuk memesan di jalur yang semestinya.“Udah capek Mama?!” tanya Vero setengah berteriak. Vero bodo amat pada orang-orang sekitar. Yang punya ini, bebas mau ngapain aja. Nggak suka bisa cepetan cabut!“Abis balik ntar lo ikut gue.”“Ngapain lagi?!”“Ke rumah,” mata Vero terus mengawasi Stefany. Istrinya tadi tak membalasnya. Perempuan itu melengos, membalikan tubuh menghadap kasir. "Ngambil mobil Ste
Read more
[65] Restu?
“Don’t you dare Mommy nggak tau dari mana kamu, Vallery!”Vero menjulurkan lidahnya, mengejek sang adik yang kini mulai bermain-main pada kenakalan remaja. Saling ledek memang kebiasaan mereka sejak kecil. Ada perasaan puas tersendiri kala melihat salah seorang dari mereka dimarahi.“Pelatih kamu bilang, kamu alpha..”“Mommy..” rengek Vallery. Ia malu. “Anak buah Mommy pasti udah lapor kan.. Just Soju Mommy.” Seharusnya orang tuanya tak membesar-besarkan masalah sepele. Terlebih dihadapan pria asing. “Ada temen Abang disini..”“Dia bukan orang lain!” Mellia berpendapat bahwa untuk kedepannya, Mischa akan lebih banyak menyaksikan betapa rusuhnya keluarga mereka. Sebagai orang yang kelak bersinggungan dengan Husodo, Mischa dituntut terbiasa tanpa komentar. Tugasnya adalah siap sedia disaat mereka membutuhkan backingan.“Aku udah gede Mommy.”“Udah bisa cari duit sendiri kamu?!” tak ada maksud buruk, ia sendiri hidup berdasarkan belas kasih Daddy-nya. Vero ingin mengajarkan Vallery apa i
Read more
[66] Mulut Ember Vero
Vero setengah berlari menaiki tangga rumahnya. Ia tak peduli apapun, bahkan termasuk teriakan para asisten rumah tangga yang menyuruhnya untuk berhati-hati. Tujuannya saat ini hanya kamarnya. Ia sudah merasakan perasaan tak enak sejak pingsannya Mischa. Tak mungkin manusia tahan banting yang terbiasa hidup bertarung dengan pencabut nyawa bisa hilang kesadaran tanpa sebab. Setahu Vero ada dua kemungkinan penyebab laki-laki dewasa mimisan dan salah satunya,Godaan tubuh wanita..“Valleyy!”Sebelum bertemu Stefany, ia mungkin penjahat wanita yang memiliki mata normal. Lekuk tubuh bak gitar Spanyol dan paras yang ayu pastilah membuatnya tergelepar macam ikan kekurangan air. Ia laki-laki straight. Kerja tubuhnya bereaksi apa lagi dengan yang menonjol-nonjol.“Keluar kamu dari kamar Abang, Valley!” Vero menggebrak pintu. Ia akan memberi pelajaran pada adiknya yang jahil itu. Andai tak melihat tingkah menjijikan Mischa t
Read more
[67] Jalan Tuhan
Nafas Vallery terengah. Gadis itu menatap dua bola mata yang sama tak berkedipnya dengan dirinya. Setengah tubuhnya menjuntai ke belakang dan pinggang rampingnya melingkar sebuah tangan yang mencoba menahan bobotnya agar tidak terjatuh. 'Sial! Perasaan apa ini?!', Vallery belum pernah merasakan detak tak beraturan seperti ini. Ia pikir suara tabuhan itu hanya ada sebagai pemanis ungkapan hati tokoh-tokoh dalam drama Korea yang sering ia saksikan. Scene yang sama persis, bedanya lelaki dihadapannya bukanlah seorang CEO tampan, apalagi penerus utama perusahaan besar yang dikenal sebagai Chaebol. "Lepas!" Angin berhembus, secepat tubuh Vallery yang diputar lalu terdampak ke dalam pelukan Mischa. "Are you okay?!" bisikan lirih menyapa gendang telinga Vallery. Suaranya terdengar, 'sangat lembut..' mata Vallery membulat. Otaknya sungguh tidak waras. Bagaimana ia bisa mengagumi pengintip. "Lep..""Cut!"&n
Read more
[68] Tugas Negara Pemendek Usia
Vero membaringkan dirinya ke ranjang. Belum beberapa menit, pria itu bangkit kembali. Menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Ia mendesis lalu menatap Stefany yang tengah bermain game cacing-cacingan di ponsel wanita itu. “Ayang.. Mamas bikin kesalahan nggak sih?!” Hati kecilnya mengatakan ia telah membuat kesalahan, namun Vero tak menyadari bentuk salah itu apa. Keningnya menyerngit dalam, “Mamas kok tiba-tiba nggak tenang masa.” sepanjang perjalanan pulang tadi, Vero terus berpikir. Sayang pentium tiganya tak menemukan apapun. Ia terus bertanya-tanya tanpa mendapat jawaban. “Kacang mahal!” “Sebentar sih Ver! Ini kepala cacingnya aku diincer nih!” Halah! Sama ulerku yang lebih ganas kamu nggak takut, sama permainan aja sampai cuekin suami Stef!! Mengesankan! Para wanita memang sulit untuk dijelaskan perangainya. Keistimewaan yang luar biasa- membingungkan. 
Read more
[69] Fantasi Aneh Stefany
"Mischa udah standby di ruangannya?" Vero menumpukan siku kanannya pada meja bar. Ia saat ini sedang mengawasi coffee shop miliknya. Mengira-ngira besaran pendapatan hari ini melalui uang fiktif yang berada di atas kepala pelangganggannya. Harum bertambahnya pundi-pundi kekayaan semakin dekat tercium hidung Vero. "Lima belas menit lalu izin, Pak." Selepas makan siang tadi ia belum melihat tampang menyebalkan Mischa. Kafe sedang ramai-ramainya, tapi pegawainya itu malah kabur entah kemana. Vero merasa rugi telah menggaji Mischa dua digit di depan enam angka nol, jadinya. "Nitip pesen nggak?!" tanya Vero menyelidik. "Jemput sekolah Adek Bos, katanya Pak." Tangan Vero tergelincir. Tubuh bagian sampingnya terbentur meja. "Saya Bos kamu!" ucapnya setelah membenarkan posisi. Shaker ditangan pegawainya terhenti, "iya maksudnya, Bapak." koreksi barista yang tengah meracik kopi orderan pe
Read more
PREV
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status