Semua Bab Istri Tak Dianggap: Bab 151 - Bab 160
235 Bab
Aku dan Kamu
“Saya datang bukan untuk mendapat tamparan,” kata Raffael dingin. Tangannya dengan sigap menahan tangan ayah mertuanya yang ingin memukulnya, Raffael mengakui kalau rasa perdulinya pada Bella masih tetap ada meski dia sudah sangat kecewa pada wanita itu. Bella tetap saja istrinya, wanita yang sampai saat ini Raffael akui sebagai wanita yang sangat dia cintai, tapi dia tidak akan mau lagi diperbudak oleh perasaannya, benar aoa kata ibunya andai saja waktu itu orang tuanya mengatakan secara langsung tentang masalah ini, dia pasti tidak akan percaya dan pasti akan menyangka orang tuanya hanya mengada-ada, tapi saat dia sendiri yang menemukan fakta ini, dia tak bisa lagi menghindar, dan tentu saja ini juga menjadi pukulan tersendiri untuknya. “Kurang ajar kamu?! Berani membiarkan anakku seperti ini, ini yang kamu sebut akan membahagiakannya!”terikan keras penuh kemarahan itu menggema di ruangan VVIP rumah sakit itu.Raffael hanya menatap dengan da
Baca selengkapnya
Awal Kehidupan Baru
Ana bukanlah sosok yang introvet sebenarnya, dia adalah gadis yang ceria dan ramah pada siapa saja. Akan tetapi kehidupan melemparnya pada kenyataan yang tak bisa dia tolak. Sekarang dia bukan lagi Ana yang dulu yang bebas pergi kemana saja dan berakting di depan kamera. Kehamilan ini membuatnya harus pergi secepat mungkin dan tak menoleh ke belakang lagi. Oh... sekarang Ana memang lebih memilih untuk tinggal di pelosok dengan rumah mungil yang... ehm ralat sebenarnya Adamlah yang menemukan tempat ini dan mengatakan pada Ana kalau tempat ini sangat cocok untuk self healing, yah asalkan tidak ada tetangga yang julid saja karena dia hamil di tanpa di dampingi oleh sosok suami. Mereka mungkin mengenali Ana dulu, tapi Ana tak yakin saat bertemu langsung orang langsung mengenalinya, apalagi di desa ini dia lebih sering berwajah polos tanpa riasan juga memakai baju yang dia beli di pasar, jadi jejak Ana sang artis seolah hilang dari dirinya.
Baca selengkapnya
Takdir
Tujuh tahun kemudian. “Lepaskan apa yang kamu lakukan!” teriak wanita itu pada laki-laki yang mendekatinya. “Ikut aku, jangan melawan.” “Tidak!” Wanita itu terus berusaha memberontak dengan sekuat tenaga, dia menendang tubuh laki-laki yang berusaha menyentuhnya, tangan kanannya berusaha menggapai vas bunga yang hanya berjarak satu jengkal dengan jarinya, sedangkan tangan kirinya berusaha tetap mempertahankan gaunnya yang berusaha ditarik laki-laki itu. Mulutnya terus berteriak minta tolong sampai serak rasanya, tapi semua seolah sia-sia, tak ada seorang pun yang datang menolongnya, suara musik di bawah sana terlalu kencang untuk mengalahkan teriakannya, juga orang-orang yang sebagian besar sedang menikmati kemeriahan pesta. Wanita itu menyesal, kenapa tadi harus naik ke mari, seharusnya dia duduk diam saja di pojokan, melihat orang-orang tertawa menikmati pesta. Dia menyesal sungguh. Laki-laki itu m
Baca selengkapnya
Mimpi?
Beberapa jam sebelumnya.Laki-laki itu menutup pintu kamar dengan pelan, seolah khawatir kalau ada orang yang akan terganggu dengan suara pintu yang tertutup, meski nyatanya hanya dia sendiri yang selama tujuh tahun ini menempati kamar itu sendiri hanya untuk mengais maaf yang entah kapan bisa dia utarakan secara langsung. Perasaan sedih dan juga rasa bersalah selalu menghantuinya selama ini, hanya dengan berada di kamar ini dia bisa merasakan kehadiran wanita itu lagi, wanita yang telah dia hancurkan masa depannya dan telah dia patahkan sayapnya. “Tuan akan pergi?” tanya bibi yang malam itu melihat tuannya sudah rapi. “Iya, mungkin aku akan pulang malam, aku tidak akan makan di rumah.” Raffael mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, dia sedikit terlambat memang, pesta itu dialah yang mengadakan setidaknya alasan karena salah satu drama yang dibintangi oleh artis-artisnya berhasil memenangkan penghargaan dan alasan untuk cuku
Baca selengkapnya
Mata-mata
Ana melirik dengan takut-takut pada Raffael saat Romeo memanggilnya mama, tubuh itu membeku dengan pandangan bergantian padanya dan Romeo yang memandangnya dengan tatapan cemas. Apa semunya akan terbongkar secepat ini?Ana menoleh pada Adam bermaksud meminta pertolongan pada laki-laki itu. “Maafkan saya Pak Raffael, saya telah salah paham pada anda,” kata Adam mengulurkan tangannya pada Raffael. Raffael menatap terkejut pada Adam mengulurkan tangannya, tapi dia tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan maaf itu, bagaimanapun dia juga sangat membutuhkan bantuan Adam jika dia menginginkan Romeo menjadi salah satu artisnya, apalagi dia dengar kalau dia adalah paman dari Romeo sekaligus wali anak itu di sini, tapi....“Saya kira semuanya sudah jelas bagaimana kalau kita kembali saja ke pesta pasti banyak yang mencari anda saat ini, bagaimanapun anda adalah tuan rumah kali ini,” kata Adam lagi berusaha membujuk dengan halus saat m
Baca selengkapnya
Anak Haram
Dalam pelariannya yang membuat Ana merasa bersalah adalah saat melihat wajah mungil putranya yang tak bisa merasakan hangatnya kasih sayang seorang ayah. Adam memang selalu ada di dekatnya, membantunya untuk setiap permasalahan yang dia hadapi, bahkan laki-laki itu juga bersedia untuk menjadi wali bagi Romeo saat diarinya masih ingin bersembunyi pada hingar bingar dunia. Ana terlalu pengecut, selama tujuh tahun ini dia hanya hidup sendiri, jauh dari keramaian dan orang-orang yang kemungkinan akan mengenalinya, dia sungguh takut akan kembali terluka. “Mbak Ana sudah pulang,” kata seorang gadis berusia awal dua puluhan yang menyambut Ana. “Iya, ada insiden kecil yang tak mengenakkan tadi jadi aku langsung pulang,” kata Ana sambil menghela napas dengan berat. “Ada apa, Mbak lalu di mana Romeo?” Ana memandang Sasi gadis yang tidak sengaja dia temukan,yah nasibnya kurang lebih sama dengan Dira, mereka hanya hidup sebatang kara
Baca selengkapnya
Orang Istimewa
“Hal-“‘Bella... bella dia mencoba untuk bunuh diri kamu cepatlah kemari!” Raffael langsung mengernyitkan kening tak suka dengan nada arogan mama mertuanya begitu telepon diangkat. “Saya bukan dokter yang bisa mengobatinya, anda seharunya membawanya ke rumah sakit.” “Suami macam apa kamu membiarkan istrinya sakit sendiri, kalau sampai terjadi apa-apa pada Bella kamu akan menyesal.” Raffael berdecak kesal, dia sudah terbiasa dengan intimidasi macam ini dari keluarga Bella, dia masih menghormati Bella dengan tidak mentalak wanita itu tanpa persetujuannya, meski Raffael sudah ingin melakukannya sejak kejadian itu. “Saya malah menyesal sudah sangat mempercayai Bella.” Raffael sudah lelah dengan semua tuntutan Bella dan keluarganya, meski dalam hatinya Raffael masih sangat menyayangi wanita itu, tapi tindakannya yang diluar batas membuat Raffael muak.“Kamu tidak bisa seperti itu, Raf, seenaknya saja menyalahkan putri
Baca selengkapnya
Seperti Keluarga
Ana memejamkan matanya sejenak untuk mengusir rasa tak nyaman saat kakinya kembali melangkah ke kantor ini. Ana memandang megahnya kantor yang selalu sibuk ini, banyak sekali orang yang berlalu lalang, genggaman pada tangan mungil Romeo semakin dia eratkan, andai saja Romeo bukan anak kandung Raffael tentu dia tidak akan mengijinkan anaknya dekat dengan laki-laki itu. Ana sudha cukup belajar dari pengalamannya dulu, orang-orang kaya itu sangat manipulatif dan akan melakukan apa saja untuk mencapai keinginannya, tapi Romeo perlu mengenal sosok ayahnya, diakui atau tidak nantinya tetap saja anak ini adalah darah daging Raffael. Ini memang sedikit licik Ana akui itu, pada awalnya dia sempat menolak usulan Adam ini. “Aku akan menjadiakan Romeo artis dia sangat berbakat, kalau kamu belum siap memperlihatkan dirimu pada dunia kamu bisa tetap di sini, Romeo akan aku bawa.” Sebagai ibu tentu saja Ana sangat tidak ingin berpisah dengan anakn
Baca selengkapnya
Bimbang
Ana menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan di depan kaca. “Aku masih langsing seperti saat masih gadis dulu,” gumamnya mengagumi diri sendiri. Setelah melahirkan Romeo, tubuh Ana memang bisa kembali seperti semula, meski tanpa diet yang ketat seperti kebanyakan orang, mungkin karena pada dasarnya dia tidak punya bakat gemuk, atau mungkin karena hidupnya penuh dengan perjuangan selama ini. Akan tetapi Ana langsung tidak percaya diri saat membuka perutnya dan melihat sayatan di perutnya. Yah dulu memang saat melahirkan Romeo dokter harus membelah perutnya, yah satu-satunya pilihan yang harus dilakukan dokter kala itu karena kondisi Ana yang tidak bisa melahirkan secara normal dan Ana sangat tidak percaya diri dengan bekas sayatan yang masih belum hilang itu. Ana tidak sedang marah atau kecewa karena melahirkan Romeo merusak tubuh indahnya, sungguh.. dia hanya sedang tidak merasa percaya diri saja, bagi Ana, Romeo adalah anugerah te
Baca selengkapnya
Dia di sini
Salah satu hal yang disukai Ana saat makan bersama Romeo adalah anak itu akan makan dengan lahap apapun masakan yang dia hidangkan. Kata Sasi bahkan orang yang sedang tidak doyan makan saja langsung lahap kalau sudah lihat Romeo makan. “Untung saja kamu suka olahraga jadi kamu tidak gendut,” kata Sasi melongo melihat Romeo yang sudah menghabiskan sepiring nasi. “Aku kayak mama, meski makan banyak badanku tidak gendut,” kata Romeo sambil nyengir. “Itu karena tulang belulang mamamu kecil.” Romeo cemberut, dia masih duduk di taman kanak-kanak, dan belum diajari tentang tulang belulang, jadi dia suka sebal kalau Mbak Sasi suka bicara yang kadang dia tidak mengerti. “Tulangku juga kecil,” kata Romeo ngeyel. “Mana ada, kamu itu turunan papamu yang tinggi besar, turunan bule.” Sasi langsung menutup mulutnya saat tahu dia salah bicara apalagi Ana sudah memandangnya dengan tajam. “Mbak Sasi kenal papak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status