Semua Bab Wanita Kedua: Bab 101 - Bab 110
182 Bab
Sebuah Pilihan
“Kenapa kamu mengajakku turut serta, Mas, bukankah lebih mudah jika kamu sendiri yang bicara dengannya?” Angga menghentikan langkahnya dan Dina juga mengikuti, mereka berdua bertatapan di depan kamar tamu yang ditempati Dina saat ini. Perlahan Angga melangkah mendekati istrinya, hanya mendekat karena dia tahu sang istri masih enggan untuk dia sentuh. “Karena aku ingin membuktikan kalau apa yang aku katakan adalah kebenaran.” “Terlalu dangkal jika kamu membuktikan ucapanmu dengan meminta Keira pergi dari rumah ini sekali lagi, aku yakin meski kamu tak memintanya dia juga akan pergi dari sini.” Karena aku tak akan membuat hidupnya mudah di sini, batin Dina. “Aku tahu, tapi setidaknya beri aku kesempatan, aku ingin menyelesaikan ini dengan baik, dan aku harap setelah ini kamu tidak meragukanku lagi.” “Aku tidak bisa janji, kau sendiri yang menghancurkan kepercayaan itu, jadi jangan salahkan aku.” “Maaf, aku benar-ben
Baca selengkapnya
Bahagia Tanpamu
Dina mengawasi suaminya yang mendorong kursi roda Keira keluar dari rumah, sampai hilang di telan pintu, tak lama kemudian dia mendengar suara mobil yang bergerak menjauh. Dina masih memandang kosong ke sana seolah mencari-cari jejak suaminya yang tertinggal, berusaha menerka-nerka apa yang akan terjadi pada hidupnya selanjutnya.Apa benar narkoda kapal akan bisa mengendalikan kapal yang terlanjur terguncang oleh badai? Atau sang nahkoda akan memilih menyerah dan membiarkan kapal tenggelam terbawa arus yang kejam.Dina tak menyangka kalau hari ini,  akan mengalami kekonyolan ini sekali lagi, entah sampai kapan ini akan terus berulang.Dina sadar sejak pertama bertemu dengan Angga, dia tidak hanya menikahi laki-laki tampan dengan kekayaan berlimpah, tapi juga sepaket dengan permasalahan pelik yang mengikutinya. Laki-laki itu bukan orang yang mudah, dia selalu memiliki pemikiran yang rumit dan berliku.Sosoknya seolah selalu dilingkupi tab
Baca selengkapnya
Tuntutan Keira
Keheningan mewarnai mobil yang melaju cukup kencang itu, dua orang yang ada di dalamnya seperti kompak terkena sariawan akut, yang membuat mereka tak mampu untuk sekedar membuka mulut. Meski sesekali wanita yang ada di kursi penumpang sesekali melirik pada laki-laki di sebelahnya yang sedang mengemudikan mobil dengan wajar dingin. Berkali-kali sang wanita membuka mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu tapi seolah dia kehilangan kata yang akan dia ucapkan dan terpaksa menutup mulutnya lagi. Dengan kesal wanita itu kembali membuang pandangan ke luar jendela, dia kesal sekali dengan semua orang terutama laki-laki di sampingnya yang saat ini menyandang status sebagai suaminya. Kenapa sulit sekali meraih laki-laki ini? Padahal dia sangat mengagumi sosoknya yang sangat berwibawa, perhatian dan kebaikan hati laki-laki itu membuatnya tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta, meski usia mereka terpaut sangat jauh tapi itu tak menghalangi rasa cintanya, bahkan rasa itu mampu mengh
Baca selengkapnya
Antara Dua Pilihan
Angga segera keluar dari mobilnya dan membanting pintu mobil dengan keras membuat beberapa orang yang berada di sekitarnya terjengkit kaget. Tak ingin menimbulkan masalah dengan orang lain karena tindakan konyolnya buru-buru Angga menunduk meminta maaf tak lupa memamerkan senyum sejuta watt yang biasanya ampuh untuk menaklukan orang lain. Laki-laki itu dengan terburu-buru mencari lokasi Keira, tak sampai sepuluh meit dia berjalan, laki-laki itu sudah menemukan keberadaan istri mudanya itu. Terlihat amat bahagia berbicara dengan beberapa orang lelaki di sana. Apa mungkin teman-teman Keira? Mereka memang terlihat seumuran. Mata Angga kontan melebar saat salah satu lelaki itu mengusap lembut pipi Keira dan istrinya itu membiarkan saja malah terlihat tersenyum malu-malu, senyum yang memberi tahu Angga bahwa mereka jelas bukan saudara. Sebenarnya wanita macam apa yang dia nikahi ini? Bagaimana dia begitu nyaman disentuh oleh seorang laki-laki, padahal dia telah bersua
Baca selengkapnya
Pohon Bercabang
Angga melangkahkan kakinya ke balkon lantai dua rumah mamanya.Kursi paling pojok menjadi tujuannya, tempat favoritnya dari dulu. Angga mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, dia bukan perokok berat, dia hanya merokok saat pikirannya sedang ruwet dan perlu pengalihan untuk menjernihkan pikirannya.Angga menghembuskan asap rokok ke udara malam yang kelam. Dia memandang pohon mangga yang berdiri gagah di seberang sana, dan seketika tidak dapat membendung rasa iri dalam dirinya, pohon itu meski memiliki banyak cabang dan semuanya tumbuh dengan lebat, buahnya pun bergantungan semakin banyak, betapa hebatnya batang pohon itu. Sedangkan dia hanya memiliki dua cabang untuk tempatnya pulang tapi dia tak mampu membuatnya tumbuh subur, keduanya mengering dan dalam tahap yang mengkhawatirkan."Apa yang kamu pikirkan, Ngga?" sebuah tepukan di bahunya menyadarkan Angga dari lamunannya tentang pohon mangga."Mama?"
Baca selengkapnya
Bukan Perawan
Angga segera melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah mamanya, laki-laki itu perlu waktu sebentar untuk menenangkan diri, dia tidak mau menghadapi Dina dan anak-anaknya dalam keadaan pikiran kacau. Mereka sudah banyak kecewa karena pilihan yang dia buat, jadi tidak akan dia tambah kekecewaan mereka lagi dengan bersikap yang sangat tidak sepantasnya, meski dengan konsekuensi dia harus mengingkari janjinya untuk makan malam bersama mereka. Semoga mereka bisa mengerti. Batin Angga. Angga langsung menghentikan langkahnya saat didengarnya denting piano yang mengalun dari ruang tengah. Angga berdiri di sana menyaksikan istri dan anak-anaknya tertawa gembira, sudut hatinya sedikit tercubit saat melihat itu semua. Angga bukan tak suka kalau keluarganya bahagia, hanya saja sebagai seorang ayah dan juga suami dia merasa tidak dibutuhkan. Mereka bahkan bisa tertawa bahagia tanpa dirinya dan dia yakin seandainya mereka melihatnya sekarang kebahagiaan itu mu
Baca selengkapnya
Kotak Pandora
“Jadi, kita mau ke mana?” tanya Dina saat mereka sudah duduk nyaman dalam mobil yang dikendarai suaminya. “Ke mana saja, yang penting bisa sama-sama kamu,” jawab Angga dengan nada menggoda.Dina langsung memutar bola matanya malas, menghadapi kekonyolan suaminya. “Ke mall bagaimana? kita nonton film,” kata Angga lagi, setelah melihat Dina hanya diam di sampingnya. “Di rumah juga ada teater kenapa jauh-jauh ke mall juga, lagi pula aku bukan ABG yang lagi kencan dengan pacarnya.” “Kalau ke Pantai?” “Yang bener saja, sih, Mas masak malam-malam ke pantai.” Angga menghembuskan napas kesal, tadi bertanya mau ke mana giliran di jawab malah protes, batinnya. “Baiklah jadi kamu pinginnya ke mana? Maksudku saat kamu pergi dengan orang yang spesial kamu inginnya ke mana?” tanya Angga berusaha memupuk rasa sabarnya. Istrinya ini memang benar-benar menyebalkan, sayangnya dia sama sekali tak ingin kehilangan wanita menyebalkan ini. Angga menoleh pada Dina saat wanita itu hanya diam dengan p
Baca selengkapnya
Tak Kasat Mata
"Sebaiknya kita bicara lain waktu saja, ini kencan pertama kita." "Bukankah biasanya kencan pertama untuk saling mengenal kepribadian masing-masing? Aku hanya ingin tahu saja kamu cukup menjawab iya atau tidak?" "Iya, tapi itu tidak serius hanya kekonyolan sesaat saja dan berhenti saat kami memutuskan untuk kembali bersama meski hubungan kami tak pernah sama lagi." "Aku tidak pernah berpikir ada orang yang menganggap pengkhianatan sebagai kekonyolan sesaat, dan sialnya orang itu adalah suamiku." Angga merasa ada sebuah tangan tak kasat mata yang memukul dadanya sehingga membuatnya sesak dan sulit untuk bernapas. Dina benar dia memang segila itu, membiarkan semua berjalan seolah semua baik-baik saja tapi tanpa sadar semuanya perlahan hancur. Mereka sama-sama terdiam menikmati musik yang sedang ditampilkan. Angga tersenyum senang saat melihat Dina ikut menggerakkan kepalanya mengikuti irama dan perlahan dari mulutnya keluar lirik lagu yang sama. Mungkin suara
Baca selengkapnya
Berjudi Dengan Nasib
Angga mengakui kebenaran kata-kata mamanya saat memintanya menikah dengan Dina. Wanita seperti Dinalah yang pantas untuk mendampinginya. Wanita lembut dan manja seperti Laras dan Keira hanya akan patah hati dan menderita menghadapinya yang dinilai terlalu berani dan tak takut dengan segala resiko yang akan dia hadapi. Angga seorang penjudi, dia berjudi dengan nasib, hidupnya terbiasa dengan mengambil resiko yang tinggi untuk menghasilkan hal yang tinggi pula. Tapi jangan salah, Angga tidak akan mau mengambil resiko tanpa perhitungan yang matang, tapi satu kesalahan Angga dia tidak pernah menggunakan perasaannya.Dia bukan tipe laki-laki romantis dan kebapakan yang akan membuat wanita-wanita nyaman dengannya, ini terbukti dari hubungannya dengan Ghea dan Laras yang berakhir mengenaskan, juga beberapa pacarnya yang terdahulu yang memiliki ciri khas yang sama, cantik, lembut, manja dan selalu haus akan perhatian. Tapi Dina berbeda, wanita itu memang butuh perhatian darinya selayaknya
Baca selengkapnya
Atas Nama Cinta
Keira duduk melamun di taman belakang rumah mertuanya, air mata menetes di kedua pipinya, perkataan Angga tadi malam memang benar adanya, dia hanya wanita yang dia nikahi karena alasan bisnis semata. Bahkan selama ini sang suami tak pernah menyentuhnya, meski Keira sudah menggodanya dengan berbagai cara. Keira tahu semua laki-laki akan berpikir dua kali untuk menikahi wanita yang sedang mengandung janin laki-laki lain, tapi Angga berbeda, laki-laki itu meski menjadikan permintaan Rudi Hartono sebagai alasan tapi sikapnya yang lembut dan penuh perhatian membuat Keira merasa bahwa Anggalah laki-laki yang tepat untuknya. Pelan-pelan hatinya yang semula milik Anton Hartono kini berbalik arah.Meski usia mereka terpaut jauh, tapi atas nama cinta segalanya mungkin saja terjadi. Dan Keira bertekad untuk mendapatkan kembali perhatian Angga seutuhnya. Dia yakin dengan kecantikan wajahnya laki-laki manapun akan bertekuk lutut. Keira tidak akan mempermas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status