Dina melangkah ke halaman rumah yang dia tempati dengan tak bersemangat, di sebelahnya Hera berjalan dengan pelan, sesekali matanya melirik Dina dengan penasaran, tapi dia tak berani bertanya.Wajah wanita itu terlihat kusut dengan mata sembab, tidak perlu menjadi pintar untuk bisa menebak kalau wanita itu baru saja menangis hebat. “Aku masuk dulu, terima kasih sudah menemaniku,” kata Dina dengan senyum yang jelas sekali dia paksakan. “Sama-sama, Nyonya. senang bisa menamani Nyonya.” Dina segera berlalu masuk ke dalam rumah, senja telah tiba, di ujung sana tampak semburat jingga yang sangat indah, tapi siapa peduli, hati Dina sedang tak tenang, dia bahkan tak sadar kalau akan jatuh hingga sebuah tangan memegang tubuhnya. Dina mengerjap cepat, dia kenal betul aroma ini, aroma yang selalu menemaninya tidur. Dina membuka matanya dan menatap Angga yang memandangnya khawatir. Dina segera melepaskan diri dari pelukan Angga dan menoleh ke sekelilingnya, rupany
Read more