Semua Bab Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku: Bab 41 - Bab 50
57 Bab
Bab 41. Rio Yang Kuat
"Terima kasih untuk nama yang indah itu, Jaka. Aku harap dia akan jadi anak kita yang kuat dan pemberani," tutur Roro selepas Jaka meresmikan nama putranya.Jaka tersenyum senang, bukan karena Roro yang tersenyum padanya tapi karena senyum bayi tampan ini begitu menenangkan hati ayahnya.Dari kejauhan Gunawan, kakek dari si bayi yang baru lahir ini tersenyum senang, dia seakan tau kalau ini adalah awal yang indah untuk kehidupan putranya dan keluarga kecilnya.Tapi meski Jaka, Roro dan Gunawan menyambut senang kehadiran Rio, dari sisi lain dunia mereka nampak Irawan yang tersenyum sinis menyambut keponakan barunya.Bagi pria berprofesi sebagai polisi itu kehadiran Rio adalah masalah baru baginya dan dia harus memutar otak untuk menyelamatkan rencananya yang akan jadi rum
Baca selengkapnya
Bab 42. Rio Punya Rejekinya Sendiri
"Kalau gitu tunggu di sini," Danu lalu meraih ponselnya kemudian melangkah keluar untuk menghubungi HRD seperti yang dia janjikan pada Jaka.Benar saja, tidak lama kemudian dia nampak mendekati Jaka."Gimana, Pak?" tanya Jaka mencoba memastikan nasib biaya perawatan istri dan anaknya."Aman, besok aku ambilkan uangnya. Sekarang kita ke bagian pembayaran puskesmas untuk memastikan biaya yang harus aku tagihkan ke pabrik,"Jaka lalu mengangguk dan tanpa banyak tanya lagi langsung menuju loket Puskesmas seperti yang dikatakan Pak Danu sebelumnya.Pak Danu kemudian mengatakan maksudnya dan Puskesmas segera memberikan rincian biaya yang harus dibayar.Tanpa menunggu lama semua urusan r
Baca selengkapnya
Bab 43. Rio Pulang
Kelegaan Roro terus berlanjut hingga keesokan harinya. Dia begitu yakin jika hidupnya dan Jaka yang dulu begitu kacau akan membaik setelah kelahiran putranya.Merekapun terus diluputi rasa bahagia hingga tiga hari paska kelahiran Rio yaitu saat Roro sudah diperbolehkan pulang."Jadi kita pulang hari ini?" tanya Jaka dari panggilan telepon Roro sesaat setelah tiba di pabrik peti mati."Ya, dokter bilang aku sudah boleh pulang hari ini. Susul aku sore ini, ya," pinta Roro pada suaminya. "Baiklah, aku akan bilang Pak Danu soal kepulanganmu. Aku harap setelah bilang, ada lah dia kasih aku uang untuk tambah-tambah uang jajan Rio,"Perkataan Jaka itu terdengar Pak Danu yang pagi itu sedang sibuk mempersiapkan kiriman mereka hari ini. Atasan Jaka itu lalu mendekat dan menepuk bahu supir muda itu setelah mematikan panggilan telepon istrinya. "Istrimu sudah bisa pulang?" tanya Danu mengagetkan Jaka."Eh, Pa
Baca selengkapnya
Bab 44. Ulah Irawan
"Kenapa di sini gelapekali?" tanya Jaka sekali lagi sembil mengucek matanya. "Ayah, dimana aku?""Tenang," bisik Gunawan lalu meraba mata Jaka yang masih terbuka. "Sekarang buka matamu perlahan,"Jaka membuka matanya dan betapa kagetnya dia ketika sadar dia ada di dalam gua yang menjorok tebing yang dalam sekali. Tentu Jaka panik tapi kehadiran ayahnya dan Dumadi berhasil membuat ketakutannya itu lenyap."Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Jaka lalu meraih tangan ayahnya yang masih menggenggam tangannya yang mulai berkeringat."Tenang, ini hanya halusinasimu saja, Jaka," bisik Dumadi menyadari ini hanya permainan orang jahat yang selama ini menghantui mereka. "Kita harus tenang agar kamu bisa segera bangun dari tempat ini.""Jadi ini hanya mimpi?" Jaka mencoba meyakinkan dirinya."Ya, sama seperti kamu sedang tidur terus mimpi buruk. Dengan cara itu juga kamu bisa bangkit dari tempat ini. Bangun! Terjagalah, maka kamu akan kembali ke dunia nyata!"Kata-kata itu dipahami Jaka dengan
Baca selengkapnya
Bab 45. Makin Kesal
"Ya, sepertinya dia," Jawaban Bowo ini benar-benar membuat Jaka semakin kesal saja pada saudaranya itu."Lihat saja! Akan aku balas dia sekarang. Nggak bisa lagi aku diam menghadapi pria jahat itu. Dia benar-benar membuatku marah!" Setelah Jaka mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, Bowo akhirnya menemani supir itu menyelesaikan tugasnya sebelum membantu Jaka membawa mobil untuk pulang. Bowo khawatir kalau Jaka pergi sendiri maka kejadian serupa akan kembali terjadi pada diri Jaka hingga membahayakan keselamatan pria yang baru saja dikaruniai seorang anak itu.Bowo terus menenangkan Jaka yang berulang kali mengatakan akan membalas dendam pada Irawan meski sebenarnya Bowo tau kalau pria ini tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi Irawan.Setelah tiba di rumahnya, Jaka yang masih kesal kemudian duduk di halaman rumah sambil menyalakan rokok yang masih tersisa di kotaknya dan dia simpan di saku bajunya.Dia terus mengepulkan asap ke langit sambil menunggu amarahnya reda."
Baca selengkapnya
Bab 46. Bantuan Dari Nenek Manda
"Siapa kamu?" tanya sosok wanita yang tiba-tiba muncul di hadapan Jaka dengan wajahnya yang menakutkan."Nek," panggil Bowo sambil menenangkan Jaka. "Ini saya, yang kemarin bantu Nenek pindahan," Oh!Wanita tua itu lalu melangkah mendekati Jaka lalu menatap wajah pria yang masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. "Kalau kamu siapa?" tanyanya sambil terus menatap wajah Jaka yang pucat pasi."Maaf, Nek. Saya sudah lancang masuk ke dalam rumah Nenek. Saya ini adalah anaknya bapak saya," Jaka masing ngelantur karena rasa kaget yang belum hilang dari kepalanya. "Eh,""Ya, tau kalau kamu anak bapakmu. Memangnya kamu mau jadi anak siapa?" Nenek terkekeh melihat wajah Jaka yang masih saja ketakutan."Hahahaha! Mas Jaka ini lucu. Masa mau anaknya siapa. Duh," timpal Bowo lalu salim kepada Nenek yang ikut tertawa mendengar perkataannya."Maksud saya, nama saya Jaka, Nek. Warga kampung sini juga. Tadi ujan turun deres banget, mangkanya kami berteduh di halaman rumah Nenek," jelas Jaka lalu ikut
Baca selengkapnya
Bab 47. Setelah Tersambar Petir
Haaaah!Jaka berteriak sekencangnya dan tubuhnya jadi panas karena sambaran petir itu. Matanya terbelalak menghadap ke langit dan urat-urat tubuhnya nampak menonjol membuat tubuhnya berwarna hijau tua.Hati Bowo sebenarnya tidak tega melihat tubuh Jaka begitu menakutkan tapi Nenek Manda masih saja membiarkan Jaka merasa kesakitan dalam waktu yang lama.Roh Jaka terikat antara leher dan tubuhnya, terbelalak karena tidak sanggup menghembus nafasnya. Cairan tubuhnya terserap ke tanah hingga rasa haus begitu kuat dia rasakan.UH! Jaka terus mengerang karena tubuhnya seperti tidak sanggup lagi bertahan meskipun hanya untuk terbaring di tanah.Meski melihat tamunya kesakitan, Manda tetap saja berdiri seakan menunggu perintah dari langit untuk mendekati pria malang itu.Blas!Gemuruh langit kembali terdengar dan suara Jaka seketika hening. Seakan tau ini saat yang tepat untuk mendekati Jaka, Manda langsung berlari mendekati tubuh Jaka yang terbaring di atas tanah dekat rumahnya."Pegang tang
Baca selengkapnya
Bab 48. Jaka Kemana?
"Uh! Kenapa kamu bikin aku penasaran, sih?" tanya Bowo merasa sikap Darma pagi ini aneh sekali."Aku sebenarnya mau kasih tau Mas Bowo dari kemarin-kemarin. Tapi aku takut!" Wajah Darma tiba-tiba berubah dari wajah bingung jadi wajah ketakutan. "Kenapa kamu ini? Kalo ngomong yang jelas!" desak Bowo yang tidak mau lagi jadi penasaran dengan sikap adik ipar temannya ini. "Ngomong,""Iya, Mas. Aku ngomong deh. Ini rahasia tapi, ya,"Bowo lalu mendengarkan cerita Darma soal perginya Jaka dari kampung ini karena alasan keselamatan Rio, putranya yang masih berusia beberapa hari. Darma juga mengatakan kalau kakak iparnya itu sebenarnya ingin berpamitan kepada semua orang di kampung ini namun seseorang menahannya.Cerita Darma yang tadinya diharapkan Bowo akan menjawab semua rasa penasarannya justru membuatnya jadi bingung. Mana mungkin temannya itu tiba-tiba pergi seperti apa yang dikatakan Darma padahal dia jelas-jelas tau kalau pria tinggi besar itu sudah mendapatkan kekuatan yang dia but
Baca selengkapnya
Bab 49. Siapa Cahaya Itu
"Mas bicara sama siapa?" tanya Bowo yang menatap heran pada Jaka berharap pemuda ini mau menjelaskan apa yang sedang membuatnya kaget.Bukannya menjawab, Jaka malah menggaruk tengkuknya lalu nyengir ke arah Bowo. "Bukan siapa-siapa," sahutnya lalu memutar wajahnya ke arah Bowo yang masih terpaku melihat kehadirannya siang hari itu. "Kenapa aneh gitu liat akunya?" tanya Jaka lalu memutar bola matanya ke arah Darma yang juga memasang wajah yang sama dengan Bowo. "Kamu juga,""Mas, aku seneng banget Mas akhrinya kembali. Pabrik sepi kalau nggak ada Mas," Bowo lalu memeluk Jaka dengan hangat.Jaka tidak menolak pelukan itu, dia justru senang dengan sambutan Bowo yang tidak dia sangka akan sehangat ini.Mereka bertiga lalu duduk di kursi di depan rumah Bowo sambil Jaka menceritakan kemana dia beberapa minggu belakangan ini. Rasa senang dirasakan bowo mendengar cerita Jaka yang terdengar begitu bersemangat seakan pria yang tadinya banyak mengeluh ini telah terlahir kembali menjadi pria yang
Baca selengkapnya
Bab 50. Jebakan Irawan
"Lari!" teriak Gunawan tapi terlambat karena tubuh Jaka kini sudah tidak bisa bergerak."Siapa kamu?" teriak Jaka yang terus meronta berharap bisa lepas dari sosok merah yang sangat menakutkan ini. "Lepaskan aku!" Jaka terus menggerakkan kakinya agar bisa segera pergi tapi terlambat.Dua mobil polisi terlihat mendekati rumah milik Irawan dan berhenti tepat di depan rumah polisi muda itu.Jangan bergerak!Perintah itu membuat Jaka terbelalak. Dia benar-benar tidak menyangka jika apa yang dikatakan Gunawan barusan benar adanya.Ini jebakan!Dengan hati yang remuk Jaka akhirnya hanya bisa mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu tertelungkup sesaat setelah dua polisi mendekatinya. Tubuh Jaka kemudian digeledah sebelum akhirnya dua tangannya diborgol di belakang dan baru setelah dianggap aman polisi itu membantunya bangkit dan digiring ke atas mobil polisi berwarna dasar putih dengan garis-garis biru tua.Setelah perjalanan lebih dari sepuluh menit, Jaka akhirnya digiring masuk ke dalam k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status