All Chapters of Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Bab 11. Ini Semua Karena Irawan
"Irawan datang dengan marah tengah malam itu, lalu menghardik ayahku seakan dialah yang membuat polisi itu jadi seperti ini," lanjut Puri terisak."Seperti ini?" kening Jaka seketika mengerut. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,""Mas, baiknya ngobrol di dalam aja, nggak enak dilihat pelayat," tutur seorang petugas penjaga rumah yang mendekat ke arah putri Dumadi itu. Wajahnya begitu iba melihat Puri yang kembali kehilangan orang tuanya dalam waktu yang berdekatan."Ya, masuk, yuk," ajak Puri kemudian menarik tangan Jaka.Jaka yang tidak mau menolak segera mengikuti langkah Puri dan tentunya mengajak Bowo, kernetnya karena tidak mau Roro, istrinya akan menganggap dia main mata pada gadis cantik ini.Bowo ikut saja, dia tau Jaka tidak mungkin masuk sendirian mengingat mereka datang memang untuk tugas yang sama.Setelah masuk ke ruangan lain di sudut rumah, Puri kemudian meminta pelayan menyajikan kopi dan rokok untuk tamunya dan tidak lama kemudian semua tersedia yang berarti itu saatny
Read more
Bab 12. Roro Dan Bayinya
"Mas, dari pada gitu, mending ayo kita ke rumah sakit," ajak Bowo sambil menepuk bahu Jaka yang begitu tegang mendengar kabar dari Wati. "Ya, itu lebih baik. Putriku udah di sana. Semoga nggak ada apa-apa sama dia," sahut Wati yang memang belum tau keadaan Roro setelah kejadian yang dia sendiri masih bingung untuk menceritakanya. "Ok, kalau gitu ayo," Jaka melangkah duluan menuju mobil sambil menarik tangan kernetnya. Dia lalu menuju rumah sakit dengan laju mobil yang cepat karena Bowo tau hati Jaka begitu kesal bercampur bingung saat ini. Mobil yang dikendarai Bowo akhirnya tiba di halaman rumah sakit di kota kecil itu lalu dengan sigap mengantarkan Jaka menuju pintu ruang UGD yang kebetulan penjaganya dia kenal. Setelah bertanya, mereka di arahkan menuju ruang perawatan dimana Roro nampak terpejam dengan wajah yang masih pucat. "Kenapa dia?" tanya Jaka sebelum mendekati istrinya. "Sepertinya dia sedang tidur," tebak Bowo sambil menatap wajah Roro. "Tapi sepertinya bayinya masi
Read more
Bab 13. Jujur Itu Pahit
"Jadi..." Jaka menghentikan perkataannya begitu wajah istrinya langsung masam melihatnya. "Katakan," pinta Roro masih dengan wajahnya yang pucat."Mas, jangan," ucap Bowo membuat Jaka semakin ragu."Kamu jujur sama aku, Mas. Aku nggak mau sampai ada apa-apa sama kita," harap Roro sekali lagi.Jaka semakin dilema, dia harus jujur atau mengelak. Matanya menatap ke arah Bowo yang menggeleng tapi dia sudah janji pada wanita yang sedang mengandung anaknya kalau dia akan mengatakan semua dengan sebenar-benarnya meski itu adalah kenyataan yang pahit."Jadi sebenarnya aku masih mencoba memecahkan semua bisikan dalam jiwaku soal kematian ayahku,"Glek!Roro menelan ludahnya menyadari jika apa yang terjadi padanya tidak lepas dari tindakan Jaka yang sudah dia larang sejak awal."Dan dari penyelidikanku itu, aku mengetahui kalau sebenarnya Irawan itu memang sedang menyakiti satu persatu anggota keluargaku,""Termasuk calon bayiku?" tanya Roro dengan suara yang bergetar."Dek, aku tidak pernah m
Read more
Bab 14. Ayah atau Istri
"Tapi, Yah..."Gunawan menunduk melihat raut wajah putranya yang begitu galau dengan apa yang akan dia putuskan. "Nggak papa, Nak. Ayah tau kamu pasti akan membela Roro, istrimu. Apa lagi ada anakmu, pasti kamu akan lebih memilih dia, kan?" Senyuman tidak ikhlas itu mengembang di wajah Gunawan yang memastikan keputusan Jaka sebelum putranya mengucap apa yang akan dia putuskan.Jaka tidak menjawab, dia masih terlalu takut untuk mengucap karena sejak kecil pria yang duduk di sampingnya ini selalu mengajarkan kepadanya untuk tidak mengingkari janji meskipun itu sebuah janji yang remeh.Sosok cahaya itu lalu berdiri kemudian melangkah menjauhi Jaka tanpa mengucap sepatah katapun dan kepergian Gunawan sungguh membuat Jaka semakin tidak tau apa yang harus dia putuskan saat ini.Tok!Tok!Ketukan itu membuyarkan lamunan Jaka yang segera bergerak menuju pintu. "Iya, siapa?" tanya Jaka lalu menarik gagang pintu."Ka, ini Ibu," ucap Wati dari balik pintu."Oh, Ibu. Gimana kabar Roro, Bu?""Ka,
Read more
Bab 15. Kehadiran Dumadi
"Ka--ka---ka..." Lidah Jaka kelu, dia ingin teriak tapi rasa takut membuatnya tidak mampu mengucap sepatah katapun."Mas Jaka," Bowo yang baru tiba menepuk bahu rekannya tapi belum sadar jika di samping mereka hadir sosok Dumadi. "Kenapa?" tanya Bowo melihat mata Jaka yang terbelalak ketakutan."Itu..." tunjuk Jaka pada Dumadi yang sayangnya tidak dapat dilihat oleh Bowo."Siapa?" tanya Bowo lalu terkekeh. "Di situ nggak ada siapa-siapa, Mas. Mas tadi belum mandi, ya. Kok kayak habis lihat hantu,""Mandi?" Jaka teringat kalau dia memang belum mandi pagi ini dan bergegas pergi kerja karena takut kesiangan. "Me--mangnya ngefek kalau aku belum mandi, Wo?""Iya, lah. Apa lagi kalau Mas belum mandi besar. Semakin nampak sosok-sosok astral di tempat ini,""Astaga!" Jaka menepuk jidatnya lalu menggelengkan kepala menyadari kebodohan yang dia lakukan pagi ini. "Kalau gitu, aku mandi dulu aja. Lagi pula kayaknya peti yang harus kita antar juga belum siap," kata Jaka yang cepat-cepat menuju kam
Read more
Bab 16. Tabrakan Astral
Awas!Teriak Dumadi begitu kencang saat patang pohon besar siap menimpa mobil pick up yang sedang dikendarai oleh Bowo.Ahh!Bowo meemejamkan mata pasrah jika sampai batang besar itu akan mencelakainya dan Jaka, tapi...Cekit!Mata Jaka yang juga terpejam perlahan membuka kemudian melihat ke bagian atas mobil yang tidak terjadi benturan."Apa itu?" tanya Jaka lalu membuka pintu untuk melihat lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi. "Tidak ada," bisiknya sambil melangkah masuk ke dalam mobil. "Ternyata tidak ada apa-apa di sana," tunjuknya dengan wajah masih tidak percaya."Maksudmu tidak ada apa, Mas?" tanya Bowo masih tidak mengerti."Batang pohon itu tidak ada. Itu hanya...""Maksudmu itu hanya cara agar kita celaka?" Bowo mulai mengerti apa yang terjadi. "Sial! Dia mencoba membuat kita celaka dengan cara yang konyol,""Syukurlah," ucap Dumadi lalu menghela nafas lega. "Nggak mungkin juga kan aku sampai celaka dua kali karena satu orang menyebalkan itu,""Jadi itu tadi cuma kamuflas
Read more
Bab 17. Kenapa Dia Masih Di Sini
"Kenapa kaget gitu?" tanya Bowo sambil tersenyum keucut ke arah Jaka yang pucat melihat roh putri pemilik rumah duka."Ke--na--pa dia masih di sini? Bu--bukannya dia sudah lama meninggal?" tanya Jaka terbata.Dumadi tertunduk mendengar pertanyaan Jaka yang seolah masih belum paham tentang takdir dan kenyataan hidup. Pria paruh baya itu ingin sekali menampar ketidaktauan Jaka tapi dia tau pertanyaan ini adalah pertanyaan dari orang yang benar-benar polos."Katakan padaku?" tanya Jaka menyadari jika Dumadi tau jawabannya.Dumadi menghela nafas lalu melirik ke arah Jaka. "Sebenarnya kami ini...""Pak, bukakan baknya," pinta seorang petugas keamanan memotong percakapan Dumadi dan Jaka.Melihat pria tinggi besar itu menghampirinya, Jaka dan Bowo sontak turun untuk serah terima peti.Setelah ikatan peti dibuka dan semua syarat administarasi selesai Jaka kembali teringat pada Dumadi yang hampir saja memberikan jawaban yang dia mau. Baru saja akan melangkah kembali ke mobil, seorang wanita be
Read more
Bab 18. Pertanyaan Yang Belum Terjawab
"Apa kita akan kembali?" tanya Jaka karena jarak dari tempat mereka berada sekarang belum terlalu jauh dari rumah duka tempat terakhir supir ini bertemu Dumadi."Tidak. Aku rasa dia bisa pulang sendiri," ucap Bowo lalu menginjak gas dalam membuat mobil melaju dengan begitu cepat menyusuri jalan yang sama yang mereka lewati tadi.Jaka tidak bertanya lagi. Dia hanya diam sampai akhirnya mobil kembali ke kampung mereka.Entah kenapa dia merasa ada yang salah dengan Bowo yang meninggalkan Dumadi di Kediri padahal dia masih bisa menyusulnya."Aku turun di depan rumahku aja, ya. Nggak ikut ke pabrik," pinta Jaka saat halaman rumahnya mulai tampak di pelupuk mata."Ya, Mas. Nggak apa-apa. Aku juga cuma nyimpen mobil aja terus pulang,""Iya," Jaka menunggu sampai Bowo tiba di depan rumah lalu melangkah turun. Dia sempat melambaikan tangan sebentar lalu masuk ke dalam rumah dengan kepala yang tertunduk. "Padahal kalau dia mau menyusul Dumadi, pertanyaan itu pasti sudah terjawab," gumam Jaka s
Read more
Bab 19. Gunawan Menuntut Balas
"Ka, kamu harus tau kalau aku dan beberapa anggota keluarga lain menderita karena ini. Kami harap kamulah yang akan menuntut pembalasan ini hingga kami bisa kembali ke dunia yang seharusnya,""Apa?" tanya Jaka tidak mengerti."Iya, itulah alasan kenapa kamu harus membalas Irawan. Aku dan keluarga yang lain menunggu pintu pulang kami terbuka dan kalau tidak ada yang membantu kami maka kami akan selamanya seperti ini,"Jaka menatap pria yang membesarkannya ini dan kembali galau bukan kepalang. Mungkin ini alasan jawaban yang akan dikatakan Dumadi tadi, tapi keburu kepotong pekerjaan mereka, tapi dia semakin yakin jika dia harus menghadapi Irawan."Jadi kamu mau, kan?" tanya Gunawan sekali lagi."Iya, Yah. Kalau seperti itu adanya, aku akan menghadapi polisi jahat itu,""Bagus, kalau gitu Ayah pergi dulu. Kamu makan yang banyak biar besok bisa kerja lagi,"Gunawan kemudian melangkah mundur dan menghilang dari hadapan Jaka yang kembali me
Read more
Bab 20. Dia Bukan Ayahku?
"Kalau dia bukan ayahku, lalu siapa dia?" tanya Jaka menyadari jika penampakan wajah sosok yang ada di depannya kemarin bukanlah ayahnya."Iya, Mas. Kalau gitu, Mas harus hati-hati. Jangan sampai Mas diperdaya sosok jahat,""Benar, aku jadi paham kenapa kakakmu melarangku menuntut balas. Ternyata ini maksud perkataan Mbak Roro,"Jaka dan Darma melanjutkan langkah mereka menuju warung. Jaka sudah sangat lapar hingga begitu tiba dia langsung memesan makanan yang dia mau lalu melahapnya.Darma juga serupa. Pemuda yang ditinggal kedua orang tuanya ke kampung ini segera memesan menu yang memang menjadi favoritnya. Dia lalu makan dengan lahap dan siap membayar pesanannya setelah semua makanan pindah ke perutnya."Alhamdulillah," ucap Darma sambil menyodorkan uang 20ribu kepada pemilik warung."Ma, nggak usah. Biar Mas saja yang bayar,""Eh, Mas, jangan. Ibu tinggalin uang kok untuk Darma.""Jangan," Jaka melipat uang yang disodorkan Jaka lalu memasukkannya ke dalam saku bajunya. "Ini aja,"
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status