Semua Bab Editor Dingin Bikin Bucin: Bab 111 - Bab 120
136 Bab
Bab 111: Kekacauan
Setelah beberapa hari belalu, Nathaniel memilih untuk mengabaikan segala yang tertulis dan tersebar di internet. Meskipun Elena telah melakukan konferensi pers dan menjelaskan segalanya, media tampaknya tidak puas dan terus menggoreng pembahasan tentang keluarga Alexander. Yang paling menyedihkan dari semua berita di media adalah munculnya foto-foto Nathaniel yang dijebak oleh Jane sebelumnya. Foto-foto itu tidak hanya merusak reputasinya, tetapi juga menggiring persepsi buruk terhadapnya di mata publik. Isabella penasaran siapa sebenarnya yang menyebarkan foto tersebut, mengingat jika Henrik sudah mendekam di tahanan. Isabella semakin gelisah melihat Nathaniel harus menerima hujatan dari netizen setiap hari, sementara dia sendiri merasa tidak bisa berbuat banyak untuk membantu. Yang bisa Isabella lakukan saat ini hanya memberikan Nathaniel lebih banyak perhatian, meyakinkan pemuda itu jika dia tidak sendiri menghadapi semua masalah di hadapannya. Saat ini, Nathaniel
Baca selengkapnya
Bab 112: Serangan Panik
Isabella dan Nathaniel berhenti berlari saat mereka tiba di salah satu lorong jalanan yang sepi. Setelah memastikan situasi aman, Isabella menoleh pada Nathaniel lalu membantunya duduk di salah satu emperan toko yang tutup. Pemuda itu terlihat kacau, darah terus mengalir dari kepalanya, wajahnya pucat dan sekujur tubuhnya gemetar. Isabella segera menyingkirkan rambut Nathaniel dari wajahnya, mencoba untuk melihat keadaannya dengan lebih jelas. Melihat napas Nathaniel yang tersengal-sengal, Isabella semakin khawatir. “Nate, bagaimana perasaanmu?” tanya Isabella cemas. “Kurasa kita harus cepat pergi ke rumah sakit, kau masih sanggup jalan? Kita terpaksa ambil jalan memutar, karena di depan masih banyak massa yang mengamuk.” Isabella menggenggam tangan Nathaniel dengan erat. Nathaniel tak menganggapi ucapan Isabella, kepalanya menunduk— dia seolah masih sibuk mengatur napasnya sendiri. Isabella makin cemas melihat itu. “Nate? Apa yang kau rasakan? Apa kau sulit bernapas
Baca selengkapnya
Bab 113: Siapa Dalangnya?
Setelah berpamitan, Felix, Luciana, Mia dan Clara meninggalkan rumah sakit menuju rumah masing-masing. Isabella kembali duduk di ruang tunggu. Dia teringat bahwa dia harus memberi tahu Elena tentang kondisi Nathaniel. Elena pasti akan ingin tahu apa yang terjadi pada putranya. Dengan cepat, Isabella mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Elena. Setelah beberapa kali deringan, akhirnya Elena mengangkat teleponnya. “Halo, Isabella. Ada apa?” “Halo, Bibi. Maaf mengganggu malam-malam begini. Aku ingin memberi tahu bahwa Nate sedang dirawat di rumah sakit. Ada insiden tak terduga yang membuat Nate terluka cukup serius.” Elena terdiam sejenak, tampak terkejut dengan kabar tersebut. “A—apa yang terjadi? Apa yang terjadi, Bella? Bagaimana kedaan Nate sekarang?” suara Elena terlihat terbata-bata, seolah perempuan itu sedang menangis sekarang. Isabella menjelaskan secara singkat tentang kondisi Nathaniel dan tindakan medis yang telah diambil o
Baca selengkapnya
Bab 114: Keluar Dari Rumah Sakit
“Isabella, maaf mengganggumu malam-malam begini. Aku hanya ingin menanyakan tentang Nate, belakangan ini aku sama sekali tidak bisa menghubunginya,” ucap Julian. Sebelum Isabella bisa menjawab, ponselnya lebih dulu direbut oleh Elena yang langsung mengambil alih percakapan, “Katakan yang sebenarnya, Julian. Apa kau orang yang sudah membocorkan rahasia keluarga kami pada media?” Suara Julian terdengar terkejut, namun dia berusaha tetap tenang, “Elena, kau kah itu?” “Ya ini aku,” jawab Elena dengan suara tegas. “Elena, kenapa kau berpikir seperti itu? Mungkin aku memang mengetahui rahasia keluarga kalian, tapi apa kau pikir aku sanggup melakukannya?” “Baiklah, jika kau memang tidak melakukannya. Tapi aku akan tetap mencari tahu, siapa dalang yang sudah membuat kekacauan ini— bahkan membuat Nate celaka. Aku pastikan tidak akan melepaskan orang itu,” ucap Elena. Suaranya terdengar mantap. Julian terdiam sejenak,
Baca selengkapnya
Bab 115: Melibatkanmu Dalam Segala Urusan
Di tengah cahaya senja yang menyelinap masuk ke dalam ruangan, Nathaniel bersama dengan keluarganya dan juga Isabella duduk bersama di ruang keluarga. Suasana terasa begitu hangat dan akrab. Isabella begitu menikmati momen di mana dia semakin dekat dengan keluarga Nathaniel, sepertinya dia memang sudah mendapat golden tiket untuk bisa menjadi mempelai pemuda itu. Isabella bahkan seperti sudah menjadi bagian dari keluarga ini, merasa disambut dan diterima dengan tulus oleh Gabriel, Camilia, dan Elena. Nathaniel yang duduk di sampingnya juga terlihat lebih rileks dan bahagia, terlepas dari semua peristiwa yang baru saja dia alami. Mereka menghabiskan waktu dengan saling bercerita dan tertawa, sambil berbagi pengalaman dan kenangan. Gabriel juga sempat iseng, menunjukkan foto-foto dari masa kecil Nathaniel yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Sementara Camilia juga membagikan kisah dari konser-konsernya di seluruh dunia. Di antara obrolan seru itu, Nathaniel dan
Baca selengkapnya
Bab 116: Peringatan dari Eleanor
Isabella melajukan mobilnya melalui jalan yang lengang, ia tersenyum sendiri saat memikirkan momen indah yang baru saja dialaminya bersama Nathaniel. Suasana malam yang tenang dan langit yang cerah di bawah sinar rembulan seolah menjadi cerminan perasaannya. Di tengah perjalanan, lagu-lagu romantis di playlist menambah nuansa berbunga-bunga di hatinya. Saat mobil melintasi sebuah pepohonan yang menjulang tinggi, Isabella merenung, membiarkan ingatannya melayang ke momen-momen manis yang baru saja dia lewati bersama Nathaniel. Isabella merasa beruntung karena memiliki seseorang seperti Nathaniel di hidupnya. Dalam benaknya, dia bersyukur atas setiap detik yang mereka habiskan bersama, dan dia tidak sabar untuk menemukan momen-momen indah lainnya di masa depan. Lamunannya buyar saat tiba-tiba terdengar suara dering ponselnya. Isabella segera mematikan musik yang sejak tadi mengalun, lalu beralih mengangkat panggilan telepon melalui perangkat di mobilny
Baca selengkapnya
Bab 117: Demi Reputasi Isabella
Nathaniel turun dari mobilnya di depan sebuah kedai kopi kecil di pusat kota. Dia merapatkan topi dan masker untuk menutupi wajahnya, mencoba mempertahankan sedikit privasinya di tengah-tengah perjuangannya melawan tuduhan yang tak berdasar yang belakangan ini tertuju padanya. Dengan langkah cepat, dia melangkah ke kedai yang lengang.Di dalam, Felix sudah menunggu di salah satu sudut ruangan sambil mengetik sesuatu di laptopnya. Nathaniel menghampiri meja tempat temannya itu duduk dengan ekspresi campur aduk. Sebuah tawa kecil terlepas dari Felix begitu Nathaniel melepas maskernya.“Tadi kukira kau siapa,” ucap Felix yang melihat penampilan aneh Nathaniel. Sementara Nathaniel hanya bisa menghela napas panjang, “Aku sudah tidak bebas pergi ke mana-mana seperti sebelumnya,” keluhnya.Felix mengangguk mengerti, “Kau pasti trauma dengan insiden penyerangan sebelumnya.”Nathaniel hanya tersenyum tipis, namun dalam hatinya m
Baca selengkapnya
Bab 118: Kemarahan Isabella
Emilia mengangguk, namun ekspresinya masih penuh dengan kekhawatiran. “Aku paham, Nate. Tapi aku mohon pertimbangkan lagi dampak hubunganmu dengan Isabella— terhadap masa depannya sebagai seorang penulis. Aku harap kau bisa mengambil langkah yang tepat untuk menjaga Isabella dan juga karirnya.”“Nathaniel, jika kau benar-benar mencintai Isabella, kau harusnya tidak merugikannya,” tambah Eleanor.Nathaniel merasa tertekan oleh kata-kata yang dilontarkan Emilia dan Eleanor. Pikirannya dipenuhi kebimbangan atas desakan dua orang wanita yang dekat dengan Isabella tersebut.“Maafkan aku, Nate. Aku tahu kalian saling mencintai, tapi aku juga ingin melindungi Isabella. Aku mohon, tolong menjauhlah dari Isabella,” ucap Emilia pada akhirnya.Nathaniel merasa seolah-olah dunia sekelilingnya berhenti berputar. Dia bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Di satu sisi, dia mencintai Isabella dengan sepenuh hati dan tidak ingin kehilangannya. Namun, di sisi lain, d
Baca selengkapnya
Bab 119: Momen Kebersamaan di Pantai
Setelah mengemudi lebih dari tiga jam, Nathaniel akhirnya memberhentikan mobil di sebuah pelataran pantai yang sepi. Dia terlihat lelah, dan begitu mesin mobil dimatikan, dia sedikit menggeliat untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku.“Aku belum pernah menyetir selama ini, punggungku sakit,” kata Nathaniel sambil mengusap punggungnya yang terasa pegal.Isabella tertawa kecil melihat keluhan Nathaniel. “Tidak ada yang memintamu menyetir sejauh ini,” katanya dengan nada menggoda.Nathaniel hanya tersenyum, merasa lega meski tubuhnya terasa lelah. “Aku ingin melihat pantai,” katanya sambil berniat membuka pintu mobil. Namun, Isabella dengan cepat mencegahnya. “Tunggu,” kata Isabella sambil meraih topi yang ada di dasbor.Isabella dengan lembut memasangkan topi tersebut di kepala Nathaniel, lalu meraih masker dan memakaikan itu di wajah Nathaniel. “Jangan sampai orang mengenalimu,” katanya dengan sen
Baca selengkapnya
Bab 120: Petunjuk Tentang Olivia
“Sudah gelap, lebih baik kita pulang sekarang,” kata Nathaniel, mencoba menarik tangan Isabella untuk kembali ke mobil. Namun, Isabella menahannya. “Aku tidak ingin pulang,” katanya dengan suara malas.Nathaniel sedikit terkejut. “Kenapa?”Isabella menatap ke arah laut yang gelap, raut wajahnya penuh dengan kekecewaan. “Aku masih marah pada ibuku. Jika aku pulang, aku hanya akan bertengkar dengannya.”Nathaniel menghela napas, merasakan beban yang ada di bahu Isabella. “Jangan bertengkar dengan ibumu hanya karena aku,” kata Nathaniel, mencoba meyakinkan Isabella.Isabella menatap Nathaniel dengan ekspresi campur aduk. “Bukan karenamu, Nate. Tapi karena ibuku,” jelasnya.Melihat kekecewaan di wajah Isabella, Nathaniel ingin tahu lebih banyak. “Ibumu seperti apa?”“Ibuku selalu begitu, mudah sekali terpengaruh oleh omongan orang,” ungkap Isabella, s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status