Semua Bab Editor Dingin Bikin Bucin: Bab 121 - Bab 130
135 Bab
Bab 121. Menginap di Flat Nate
“Bukankah foto Olivia yang beredar di media sudah diblur? Bagaimana kau bisa menemukan identitas aslinya?” Nathaniel penasaran.“Aku terus mencari sumber di beberapa media, dan ternyata ada yang mungkin terlewat tidak diblur, jadi aku bisa memanfaatkan itu untuk segera melacaknya,” jelas Felix.Nathaniel mengangguk, “Terima kasih, Felix. Ini sangat berarti bagiku.”“Tak perlu berterima kasih. Yang penting sekarang adalah bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dan membersihkan namamu,” jawab Felix.“Kita perlu menghubungi pengacara dan membawa bukti ini ke pihak berwenang. Olivia harus bertanggung jawab atas tindakannya,” ucap Isabella tegas.Mereka bertiga kemudian berdiskusi lebih lanjut tentang langkah-langkah yang akan diambil. Mereka kemudian melanjutkan dengan makan malam bersama, menikmati momen tenang setelah percakapan yang penuh emosi dan perencanaan yang serius. Namun, ket
Baca selengkapnya
Bab 122. Fakta Tentang Olivia
Nathaniel terbangun dari tidurnya dengan sekujur tubuh pegal. Dia menatap sekeliling, baru sadar jika dia tertidur dengan posisi duduk, dan Isabella bersandar di bahunya. Pantas saja dia sangat lelah. Perlahan, Nathaniel memegangi kepala Isabella, lalu bangkit dengan hati-hati. Dia merebahkan tubuh Isabella di sofa, memastikan kekasihnya itu tidur dengan nyaman.“Tidurmu nyenyak sekali,” bisik Nathaniel sambil merapikan anak rambut Isabella. Kemudian, dia bangkit perlahan dan berjalan menuju dapur, berniat untuk menyiapkan sarapan.Namun, tiba-tiba ada tangan yang meraih pergelangannya. Nathaniel menoleh dan melihat Isabella yang masih mengantuk, memegangi tangannya.“Maaf, apa aku membuatmu terbangun?” tanya Nathaniel dengan suara lembut.Isabella menggeleng pelan. “Aku masih ngantuk,” jawabnya.“Tidurlah lagi, aku akan siapkan sarapan,” kata Nathaniel sambil tersenyum.Isabella mengangguk dan
Baca selengkapnya
Bab 123. Pertengkaran
Nathaniel masih diam, masih terkejut. “Apa kau benar putri paman Julian?” Nathaniel memastikan.“Ya,” kata Olivia dengan suara penuh kebencian. “Kau mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang seharusnya milikku. Kau tahu bagaimana rasanya hidup tanpa ayah, sementara kau mendapatkan semua perhatian dari ayahku?”“Olivia, aku dan Nate sama sekali tidak tahu menahu perihal Paman Julian yang memiliki istri dan anak. Dan menurutku, sangat tidak adil jika kau melampiaskan kebencianmu pada Nate,” protes Isabella.“Aku tidak peduli, aku tidak bisa hanya diam melihat kalian bahagia,” kata Olivia dengan suara penuh kebencian.“Olivia, aku mengerti bahwa kau terluka, tapi bukankah seharusnya kau menyelesaikan masalah ini dengan paman Julian langsung?” kata Isabella, merasa kesal dengan sikap Olivia.“Aku tahu ayahku sangat menyayangi Nate, dan aku akan menghancurkannya agar ayahku
Baca selengkapnya
Bab 124: Airmata dan Penyesalan
Nathaniel berlari ke arah tubuh Isabella yang tergeletak tak bergerak di jalan. Darah mengalir dari kepala dan luka-luka di tubuhnya, dan wajahnya pucat. Nathaniel jatuh berlutut di sampingnya, wajahnya dipenuhi air mata. “Isabella, tidak…” bisiknya putus asa. Dia segera merengkuh tubuh Isabella dan berusaha membangunkannya, “Isabella… kumohon, bangunlah.”Nathaniel masih mendekap tubuh Isabella yang berlumuran darah dengan sekujur tubuh gemetar, merasakan dinginnya tubuh kekasihnya di pelukannya. Beberapa pejalan kaki mulai mengerubungi mereka, ada yang berusaha menolong, ada yang merekam, dan ada yang memotret kejadian tersebut.Dalam kekalutannya, Nathaniel segera mengangkat tubuh Isabella menuju mobilnya. “Minggir, minggir kalian!” Nathaniel berteriak pada orang-orang yang menghalangi jalannya.Dengan hati-hati namun tergesa-gesa, Nathaniel membaringkan tubuh Isabella di kursi penumpang mobilnya. Keringat din
Baca selengkapnya
Bab 125. Sikap Emilia
Elena masih memeluk Nathaniel dengan erat, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan pada anaknya di tengah situasi sulit ini. Namun, tiba-tiba mereka merasakan ada kilatan blitz dari kamera paparazzi yang tiba-tiba muncul di sekitar mereka.Kedua mereka terkejut, menyadari bahwa mereka menjadi sasaran para paparazzi dalam momen-momen sulit ini. Elena, sebagai seorang public figure, menyadari betapa sulitnya hidup di bawah sorotan terang media.“Sebaiknya kita cepat pergi dari sini,” kata Elena, melepas pelukannya pada Nathaniel dengan cepat.Dia menarik Nathaniel ke arah mobilnya dengan tangan gemetar, merasa tegang karena kehadiran paparazzi yang mungkin merekam setiap gerakannya. Mereka berdua berusaha untuk keluar dari sorotan media yang tidak diinginkan, berharap untuk menemukan sedikit privasi dan ketenangan di tengah badai yang melanda.***Isabella membuka matanya perlahan. Pandangannya terasa kabur, dan kepalanya berden
Baca selengkapnya
Bab 126. Hujatan
Nathaniel baru masuk kediaman Alexander, merasa berat hati. Sebelumnya, Gabriel mendesak Nathaniel untuk tinggal di rumahnya demi keamanan, dan Nathaniel tidak bisa menolak mengingat kekhawatiran keluarganya.“Nate,” panggilan bernada tegang membuat Nathaniel penasaran. Elena duduk di ruang tengah, seolah menunggunya. iPad di tangannya masih menyala, baru saja dia gunakan.“Kau baru dari rumah sakit?” kata Elena.“Aku khawatir pada Isabella,” kata Nathaniel. Elena menatap putranya, wajahnya terlihat pucat dan ada lingkar mata hitam di sekitar matanya. Belakangan ini, sepertinya dia kesulitan tidur. Elena menghampiri Nathaniel, lalu membelai wajah putranya, “Aku tahu kau khawatir pada Isabella, tapi jangan mengabaikan dirimu sendiri. Kau bisa sakit juga.”Nathaniel hanya diam. Tak lama, muncul Gabriel dengan wajah marah. “Apa lagi yang terjadi?” kata Gabriel.Elena dan Nathaniel menoleh pad
Baca selengkapnya
Bab 127. Tak Bisa Bertemu
Dalam kepasrahan, dia memutuskan untuk menutup akun media sosialnya sementara waktu. Dengan beberapa ketukan jari, dia mengatur agar akun-akunnya tidak bisa diakses, berharap bisa mengurangi tekanan yang dirasakannya.Setelah menonaktifkan media sosialnya, Nathaniel merasa sedikit lega. Namun, kekhawatiran tentang Isabella masih menghantuinya. Dia merasa sangat bersalah karena tidak bisa berada di sisinya saat ini. Dia kemudian meraih ponselnya lagi dan menelpon Felix.Suara dering terdengar beberapa kali sebelum akhirnya Felix mengangkat telepon. “Halo, Nate,” suara Felix terdengar hangat.“Felix, aku butuh bantuanmu,” kata Nathaniel dengan suara berat, nyaris tercekik oleh emosinya sendiri.“Ada apa, Nate?” Felix langsung terdengar khawatir.“Bisa kah kau menjenguk Isabella? Aku tidak bisa melakukannya sendiri,” Nathaniel mengakui dengan keputusasaan yang mendalam dalam suaranya. “Emilia tidak
Baca selengkapnya
Bab 128. Tidak, Nate!!!
Isabella merasa hatinya semakin gelisah setiap detik berlalu tanpa berita dari Nathaniel. Setelah berusaha mencari informasi dan menghubungi Nathaniel tanpa hasil, dia akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri. Dengan tekad yang bulat, dia pergi ke rumah Gabriel, berharap bisa bertemu dengan Nathaniel.Sesampainya di rumah Gabriel, Isabella disambut oleh Gabriel sendiri yang tampak sinis. “Apa yang kau lakukan di sini, Isabella?” tanyanya dengan nada dingin. “Aku ingin bertemu dengan Nate. Aku butuh bicara dengannya.”Gabriel menghela napas panjang, terlihat tak sabar. “Isabella, sebaiknya kau tidak lagi berhubungan dengan Nate. Hubungan kalian hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah.”Isabella tampak bingung dan terluka oleh kata-kata Gabriel. “Tapi kenapa? Kami saling mencintai. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.”Gabriel menatap Isabella dengan tatapan serius. &ldqu
Baca selengkapnya
Bab 129. Menemui Olivia
Keesokan harinya, Isabella masih mencari cara untuk menghubungi Nathaniel. Dengan rasa cemas yang terus mengganggu pikirannya, dia mencoba menelepon nomor Elena, namun tak satu pun panggilannya dijawab. Pesan-pesan yang dikirim pun tidak dibalas.Isabella duduk di tepi tempat tidur pasien, memegangi ponsel, mendesah dalam kegelisahan. “Mungkin Elena juga kecewa dengan perlakuan Ibu pada Nathaniel,” gumamnya pada diri sendiri, merasa semakin putus asa.Setelah merasa tidak ada pilihan lain, Isabella memutuskan untuk menghubungi Felix. Namun, jawaban Felix tidak membawa kabar baik.“Maaf, Isabella,” kata Felix di ujung telepon, “aku sudah mencoba menghubungi Nate beberapa kali, tapi sepertinya nomornya tidak aktif.”Isabella merasa semakin putus asa. Setelah menutup telepon, Isabella meletakkan ponselnya dengan frustrasi. Matanya penuh kegelisahan saat dia beralih menatap Emilia yang baru saja masuk ke kamar. “Ibu,
Baca selengkapnya
Bab 130. Berubah Pikiran
Beberapa waktu kemudian, pintu ruang gawat darurat terbuka. Seorang dokter, dengan wajah tenang keluar dan mendekati Julian serta Olivia. Olivia segera bangkit dari kursinya. “Dokter, bagaimana keadaannya? Apa lukanya parah?” tanyanya.Dokter menghela napas dan memberikan senyuman tipis yang menenangkan. “Nathaniel hanya mengalami luka memar, tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan,” jawabnya.Julian yang berdiri di sebelah Olivia, tampak lebih tenang namun masih khawatir. “Lalu, kenapa dia sampai pingsan? Apa ada sesuatu yang lebih serius?” tanyanya.Dokter menatap mereka dengan penuh pengertian. “Nathaniel mengalami kelelahan ekstrem dan dehidrasi,” jelasnya. “Sepertinya belakangan ini dia kurang tidur dan tidak makan serta minum dengan baik. Tubuhnya akhirnya tidak mampu menahan beban itu dan dia pingsan.”Olivia terlihat terkejut mendengar penjelasan itu. “Jadi, dia hanya terlalu lel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status