All Chapters of BUKAN SALAH IBU: Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Bab 31
BUKAN SALAH IBU 31"Bella, aku … aku … membunuhnya… "Aku tersadar. Masih menggenggam samurai di tanganku, aku menarik Helena keluar. Berdua kami berlari dan masuk ke dalam mobil. Kulemparkan samurai itu ke jok belakang dan secepatnya pergi dari tempat itu. Biarlah, apapun yang terjadi besok, yang penting kami harus pergi dari sini.Aku melarikan mobil secepatnya. Sudah lewat tengah malam, jalanan benar-benar lengang. Di sebelahku, Helena duduk meringkuk, mengangkat kedua kaki dan memeluk lututnya. Dia gemetar, sementara matanya jelalatan kesana kemari."Helen, tenanglah. Kita sudah sampai rumah."Aku memasukkan mobil ke garasi dan langsung menutupnya. Membuka pintu samping, Helena benar-benar seperti orang tak bisa bergerak. Dia shock berat."Helen, adikku, ayo turun."Aku rasanya ingin menangis melihatnya. Tapi, kutahan air mata sekuat tenaga. Dia akan semakin rapuh jjka melihatku menangis."Sudah nggap apa-apa. Orang jahat nggak akan mati dengan mudah. Dia hanya luka. Kakak akan te
Read more
Bab 32
BUKAN SALAH IBU 32"Kedua putri saya sedang tidur. Mereka berdua shock berat dan belum bisa ditanyai. Tapi mereka sudah menceritakan semuanya, persis sama seperti yang saya ceritakan barusan. Dan dengan rekaman suara ini, saya harap cukup untuk menjerat lelaki itu dengan hukuman seberat-beratnya."Sayup kudengar suara Ayah dari arah ruang depan. Aku membuka mata, dan pandanganku langsung tertuju ke langit-langit ruang tengah. Aku masih tertidur di atas sofa bed, dengan selimut tua yang empuk dan nyaman. Otakku bekerja dengan segera, memilah ingatan, pada apa yang baru saja kami alami. Sebuah peristiwa besar dan mengerikan, yang kuharap hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku."Baiklah, Bapak Wisnu. Saya harap anda bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian. Jika kedua putri anda sudah bisa diajak berkomunikasi, mereka harus tetap memberi keterangan sendiri tanpa perwakilan. Sebagai saksi utama."Polisi.Aku berusaha bangun, tapi ternyata kepalaku pusing sekali saat diangkat tadi. Ku
Read more
Bab 33
BUKAN SALAH IBU 33"Bella!"Suara Helena riang. Saat sudah dekat, aku baru tahu bahwa yang ada di tangannya adalah es krim kacang merah, persis seperti yang kubawa. Dan orang yang membawanya adalah seseorang yang berjanji akan datang ke rumah menemui Ayah dan Ibu."Aku mengirim pesan whatsapp, menanyakan kapan aku bisa datang. Tapi, pesanku hanya ceklis satu," terang Pak Emir, yang tampak tak enak hati melihatku datang. Aku teringat bahwa ponselku masih disimpan Ayah. Ponsel yang ada rekaman mengerikan kejadian malam itu. Ayah lalu membelikanku ponsel baru dan tidak terpikir olehku untuk menghubunginya."Kamu nggak marah kan, Bels? Aku dan Bang Emir tadi nungguin kamu."Kenapa nada suaranya berbeda saat menyebut namanya? Dan Helen memanggilnya apa? Abang?Aku tersenyum."Kenapa harus marah? Emm, aku tadi mampir depan sekolah, beliin ini buat kamu, tapi rupanya sudah ada yang beliin duluan."Helena dan Pak Emir sama-sama menatap kantung plastik di tanganku. Mereka saling melirik dan ta
Read more
Bab 34
BUKAN SALAH IBU 34PoV HELENA"Aku nggak punya perasaan apa-apa sama Pak Emir, Helen. Sungguh. Aku nggak suka sama dia."Kata-kata Bella terngiang lagi. Aku tersenyum. Bella, kamu bukan orang yang bisa berbohong. Meski bibirmu berucap seperti itu, aku tahu hatimu mengatakan sebaliknya. Matamu dengan jelas menyatakan perasaanmu. Kenapa harus berbohong? Apakah demi aku? Lagi?Ponselku berbunyi. Aku meraihnya dan langsung berdebar begitu melihat siapa yang menghubungi. Arlan, sahabatku di Singapura. Apartemen kami bersebelahan dan dia satu-satunya sahabat berjenis lelaki yang kupunya."Helen, Mamamu benar ada disini. Tadi, Mami sempat mengintip ke sebelah. Ada apakah? Kenapa kau tak ikut?""Arlan, ada sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Tapi, bisakah kau membantuku? Tolong jaga Mama sebentar sampai aku tiba.""Your wish my lady. Jangan lama-lama. I'm gonna miss you, Helen. Dua tahun kita nggak bertemu. Pulanglah kesini. Disini tempatmu."Aku mematikan sambungan telepon. Ya, sedetik saja ta
Read more
Bab 35
BUKAN SALAH IBU 25PoV BELLAAku menatap burung besi itu melayang, terbang ke atas awan lalu lenyap dari pandangan. Hanya suara gemuruhnya yang terasa masih terngiang di telinga. Di dalamnya, dua orang yang kusayangi berada, membawa sebuah niat mulia. Semoga, kedatangan Helena dan Ayah, bisa membuat Tante Meira bertahan dan menyadari kesalahannya. Bukankah semua orang berhak diberi kesempatan kedua?"Ayo pulang."Ibu menarik tanganku dengan lembut menuju area parkir. Aku mengangguk, menikmati rasa tercekat di tenggorokan. Sungguh tak pernah kuduga, kepergian Helena membuatku sesedih ini. Apalagi, dia dengan jujur mengatakan bahwa tak akan pulang dalam waktu dekat. Helena telah mengajukan cuti ke kampus, entah berapa lama. Rencananya, dia juga akan mendaftar kuliah di Negeri Singa itu. Entah kapan aku akan bertemu dengannya lagi."Doakan saja, Nak. Semoga kita semua diberi umur panjang hingga bisa berkumpul lagi."Ibu menyentuh bahuku sesaat sebelum mobil meninggalkan area bandara. Aku
Read more
Bab 36
BUKAN SALAH IBU 36Orang bilang, ujian yang kita terima dalam hidup adalah karena Allah sayang. Pertanda kita akan naik ke kelas yang lebih tinggi. Kelas kehidupan. Tapi, bagaimana dengan aku dan Ibu? Yang nyaris seumur hidup, hanya berisi ujian tanpa pernah ada latihan lebih dulu."Bella, Ayahmu … "Aku memeluk Ibu, tak tahu lagi bagaimana cara menghiburnya karena aku sendiri hancur di dalam sini. Televisi telah dimatikan. Berita tentang hilangnya Singapore Airlines dari radar tadi telah melenyapkan harapan kami untuk kembali memeluk Ayah. Telepon berdering bersahutan, tak ada satupun yang kami angkat. Ayah memang belum sempat mengumumkan pernikahan keduanya dengan Ibu karena masalah Tante Meira keburu datang. Tapi, keluarga besar perusahaan dan rekan bisnisnya telah tahu dari berita yang dimuat di koran bisnis lokal.Aku membiarkan saja ponsel terus berkedip tanpa minat untuk melihatnya. Fokusku saat ini adalah Ibu, yang terbaring di atas ranjang dengan pandangan menerawang ke lang
Read more
Bab 37
BUKAN SALAH IBU 37Sebulan berlalu, kabar hilangnya Singapore Airlines di portal berita online maupun televisi mulai redup. Pesawat yang membawa seratus tujuh penumpang dan tujuh awak kapal itu benar-benar bak hilang ditelan bumi. Ini tentu bukan yang pertama terjadi, tapi aku tak pernah menyangka bahwa peristiwa yang mengerikan ini menimpa kamiMengerikan. Karena, hendak kemana aku dan Ibu menziarahi makam Ayah jika rindu?Jika dulu, aku yang kerap duduk di bangku kayu teras rumah demi menunggu Ayah, sekarang, Ibulah yang melakukan kebiasaanku. Setiap pagi sore setelah mandi dan berdandan cantik dan rapi, Ibu akan duduk di teras depan. Matanya yang sendu menatap ke ujung jalan, seolah berharap keajaiban."Ibu, bukankah dulu Ibu yang mengajariku untuk menerima semua takdir yang Allah berikan dengan lapang dada? Ayah mungkin tak akan pernah kembali. Mari kita doakan saja agar Ayah tenang di alam sana."Dan Ibu langsung mendelik."Kenapa kau bicara seolah-olah Ayahmu sudah tiada? Mana b
Read more
Bab 38
BUKAN SALAH IBU 38"Pergi! Semua ini gara-gara kalian. Belum puas dulu selama delapan belas tahun kalian merebut suamiku. Sekarang, kau dan Meira yang menjadi penyebab dia tak kembali lagi. Pergi!"Aku terkejut, dengan segera berlari ikut berjongkok di depan Ibu sambil menahan tubuh Helena. Kubimbing dia agar berdiri. Tapi, Helena menggelengkan kepala."Tante Ana benar, Bella. Ini memang salahku dan Mama."Ibu menatap nanar pada Helena, lalu berdiri sambil mengusap air matanya."Suruh dia pergi, Bella. Ibu belum sanggup melihatnya."Lalu, beliau berjalan masuk ke dalam rumah. Tak lama kudengar suara pintu kamarnya ditutup. Aku menghampiri Helena dan membimbingnya agar berdiri."Maafkan Ibu, Helen. Ibu tidak baik-baik saja sejak Ayah hilang tanpa kabar untuk kedua kalinya."Helena terdiam, menatap pucuk daun mangga yang melambai tertiup angin pagi hari."Bagaimana kabar Tante Meira?"Gerakan kepalanya menoleh padaku tampak terlalu tiba-tiba. "Oh, Mama sudah sembuh. Sekarang, Mama kerj
Read more
Bab 39
BUKAN SALAH IBU 39Suasana ruang makan sedikit canggung. Kami duduk bertiga, dengan Helena di sebelahku, tak berani sedikitpun mengangkat kepala. Dia menekuri piringnya yang berisi salad buah. Sudah lama kutahu bahwa dia tak biasa sarapan nasi sepertiku. Jadi pagi-pagi sekali aku meminta Mbak Rina, salah satu ART yang diberikan Eyang untuk kami, membuat salad itu khusus untuknya.Di seberangku, Ibu duduk, makan dalam diam. Sementara di kepala meja, tempat seharusnya Ayah duduk, kosong. Dan setiap kali tatapan terpaku pada kursi itu, hatiku mendesis perih.Sungguh tak ada kesedihan yang lebih dari ini, saat kau tak bisa melihat orang yang kau cintai untuk selamanya, juga tak tahu hendak kemana menjunjung pusaranya.Ibu selesai lebih dulu. Beliau mengangkat piringnya ketika Helena berdiri dan menahannya."Tante, biar aku saja."Ibu terdiam. Dibiarkannya Helena mengangkat piring sarapannya yang kosong ke wastafel. Gadis itu langsung mencucinya sekalian. Setelah itu, dia sibuk mengelap k
Read more
Bab 40
BUKAN SALAH IBU 40"Apa yang akan kau lakukan jika seseorang yang kau sayangi dan percayai, ternyata membohongimu?"Helena tertegun sejenak. Diangkatnya kepala dari atas kertas yang sedang dicoret-coretnya. Bukan coretan sembarangan, tapi dia sedang membuat rancangan gaun pengantin. Sekilas kulihat, gaun itu pastilah sangat indah jika sudah jadi."Maksudnya gimana?" tanyanya pelan. Aku tahu dia bukannya tak mendengar. Ada nada gugup yang samar terdengar.Aku tersenyum, ikut duduk di sebelahnya, di atas lantai. Dia memang lebih suka duduk di lantai jika sedang membuat sketsa baju-baju rancangannya."Ada seseorang yang sangat aku sayangi, Helen. Aku menyayanginya dengan tulus, dan menaruh kepercayaan besar padanya. Tapi ternyata, dia membohongiku."Helena mengerjap, sesaat wajahnya tampak pucat. Dia lalu membuang pandang dengan cepat."Kalau begitu, kau tak perlu memaafkannya. Buang saja dia jauh-jauh dari hidupmu."Suaranya bergetar, seperti sedang menahan tangis dan juga rasa takut."
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status