All Chapters of BUKAN SALAH IBU: Chapter 11 - Chapter 20
45 Chapters
Bab 11
BUKAN SALAH IBU 11PoV HELENAAku membuka pintu kamar yang ternyata tak dikunci, tepat saat kulihat Mama menurunkan tangannya dari wajah Papa. Aku terkejut bukan kepalang. Selama ini, tak sekalipun aku melihat Mama murka seperti itu, apalagi sampai berani menampar Papa. Tapi, apa yang baru saja Papa katakan memang sangat keterlaluan. Bagaimana bisa Papa mengatai Mama pela-cur? Mamaku seorang wanita terhormat. Sebutan keji itu hanya pantas diberikan pada perempuan kotor dan rendahan seperti … "Helena?"Dua suara serempak menegurku."Apa yang Mama lakukan? Kenapa Papa memaki Mama seperti iti."Keduanya tampak gugup. Mama menatap Papa tajam dan berjalan keluar sambil menarik tanganku. Tapi, dengan cepat aku menghempas tangannya. Aku harus tahu apa maksud kata-kata Papa. Delapan belas tahun lamanya, aku seringkali diam-diam melihat mereka bertengkar. Meski di depanku, mereka berpura-pura mesra, aku tahu bahwa sesungguhnya hubungan mereka berdua tak seromantis itu. Tadinya kupikir, karena
Read more
Bab 12
BUKAN SALAH IBU 12Pintu itu terbuka dan wajah yang keluar dari sana tampak terkejut melihatku duduk di depan pintu kamar Mama."Helen? Kenapa nggak sekolah?"Aku menatap wajah Eyang. Selama ini, Eyang adalah orang yang paling memanjakanku selain Mama. Apapun yang kuminta pasti diturutinya. Bahkan terkadang, sebuah barang keluaran terbaru sudah ada di hadapanku sebelum aku sempat meminta. Bagi Eyang, akulah satu-satunya permata berharga keluarga Wardhana. "Aku nggak bisa pergi sekolah dan meninggalkan Mama seperti itu."Eyang tersenyum dan duduk disampingku. Dia merangkul bahuku."Kau memang anak yang baik dan sangat sayang pada Mama dan Papamu. Eyang senang mendengarnya."Aku sayang pada Papa? Sejenak, aku tertegun mendengar kosakata itu. Seperti Mama, kasih sayangku pada Papa bertepuk sebelah tangan. Sejak kecil aku merasakan, bahwa Papa tak terlalu sayang padaku. Dia memang melimpahiku dengan uang, tapi kehadirannya di moment penting hidupku bisa dihitung dengan jari. "Tapi, kau
Read more
Bab 13
BUKAN SALAH IBU 13PoV BELLA"Tolong berhenti, Tuan Wisnu. Saya mau pulang saja. Anda lancang sekali menggendong dan meninggalkan motor saya disana. Kalau diambil orang gimana?"Aku memukul-mukul sandaran kursi dengan panik. Namun, setiap gerakan yang kubuat ternyata membuat nyeri di kaki kiriku yang tertimpa motor tadi menjadi dua kali lipat lebih sakit. Aku meringis-ringis, ingin menjerit dan menangis, tapi egoku melarangku menumpahkan air mata di depan lelaki ini."Berhenti kataku.""Nak, kakimu mungkin patah. Kita harus segera ke rumah sakit. Dan Ayah akan membelikanmu motor baru, kalau perlu, mobil supaya lebih aman untukmu," jawabnya tanpa menoleh, hanya sekilas melirik dari kaca spion."Siapa yang menyuruhmu memanggilku 'Nak'. Aku bukan anakmu.""Bella … ""Dan apa karena kau kaya dan banyak uang, hingga tak menghargai kendaraan yang dibeli Ibuku dengan susah payah. BERHENTI KATAKU!"Cittt… Mobil berhenti di pinggir jalan dengan suara mendecit. Lelaki itu menoleh dan menatapku
Read more
Bab 14
BUKAN SALAH IBU 14"Jadi kau anak itu?"Suaranya dingin, terasa menusuk tulang dan membekukan hati. Tatapan matanya terlalu tajam untuk seorang wanita tua dengan keseluruhan rambut yang telah memutih. Aku tak mengenal siapa dia, tapi garis wajahnya itu, sangat mirip Ay… maksudku, Tuan Wisnu. "Kau tidak mirip Wisnu. Sudah kuduga, perempuan itu hanya mengaku-aku.""Anda siapa?"Dia menarik sedikit sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman sinis. "Kau pasti tahu siapa aku. Ibumu tentu tak akan melewatkan cerita khayalannya menjadi menantu keluarga orang kaya."Wajahku memanas karena kurasakan darahku naik. Dia persis seperti Helena. Semua ucapan yang keluar dari mulutnya beracun dan mematikan perasaan."Keluar!" desisku.Perempuan tua itu terkejut."Kau berani memerintahku?""Memangnya kenapa aku harus takut? Selama ini aku dan Ibu hidup dan berdiri di atas kaki kami sendiri. Jangankan mengaku punya hubungan denganmu, memberi tahu siapa Ayahku saja tidak. Dan asal anda tahu, Ny
Read more
Bab 15
BUKAN SALAH IBU 15PoV HELENA'Helen, dengarkan Papa baik-baik. Berhenti menuduh Bella dan Ibunya pela-cur. Dia adalah istri dan anak Papa. Bella adalah Kakakmu.'Kalimat itu seakan tak mau hilang dari benakku, terngiang-ngiang, menggedor-gedor alam bawah sadar hingga terbawa mimpi. Semalam, aku bahkan memimpikan Bella. Dia tersenyum padaku, lalu berbalik sambil menggandeng tangan Ibunya. Dan yang membuatku menjerit histeris hingga terbangun adalah, di tangan yang satu lagi, Bella menggandeng Papa.Benarkah semua ini? Seharian Mama mengurung diri di kamarnya, membuatku jemu menunggu. Ketukanku di pintunya pun dia abaikan. Lalu, ketika aku lengah sebentar, Mama tiba-tiba saja sudah pergi entah kemana. Terkadang, aku heran melihat Mama. Dia mengaku sayang padaku dan bersedia melakukan apa saja demi menjaga keluarga ini tetap utuh. Tapi, segencar itu Mama bicara, segencar itu juga dia keluar menghindari Papa. Padahal, Papa tak perlu dihindari. Dua hari sejak pertengkaran itu, sehari se
Read more
Bab 16
BUKAN SALAH IBU 16"Hai guys, kalian nggak nanya gue kemana gitu nggak masuk dua hari kemarin?" Aku berusaha cuek, duduk di bangkuku, di sebelah Orin. Di belakangku, ada Rekha dan Allen. Mereka bertiga selama ini adalah dayang-dayang yang setia. Sudah tak terhitung berapa kali aku mentraktir mereka ini dan itu, memberikan apa saja yang mereka inginkan. Imbalannya, mereka akan dengan patuh melakukan apa saja yang kuminta.Orin hanya melirik dan tersenyum sedikit. Aku mengerutkan alis menatapnya."Kenapa?""Nggak apa-apa," jawabnya singkat. Aku tak sempat lagi bertanya karena anak-anak lain masuk berhamburan. Mereka tampak ceria sekali dan semuanya serentak diam saat melihat aku ada di dalam kelas. Satu persatu, mereka duduk di tempat masing-masing. Tak ada Bella. Sepertinya dia belum diperbolehkan pulang. Aku meringis membayangkan tulang kakinya retak. "Kenapa semua orang jadi aneh?"Aku menoleh pada Rekha dan Allen. Mereka berdua sibuk membereskan buku-buku, tapi aku jelas tahu ba
Read more
Bab 17
BUKAN SALAH IBU 17PoV BELLASatu hari sebelum masuk sekolah."Ibu, apa kita akhirnya terpaksa memakai uang Ayah untuk membayar rumah sakit?"Ibu yang sedang membereskan tas berisi pakaian dan perlengkapan selama aku dirawat, menoleh. Hari ini aku diperbolehkan pulang setelah menjalani satu minggu perawatan pasca operasi."Rumah sakitnya sudah dibayar Ayahmu sejak awal kamu masuk, Bels, malah tadi ada pengembalian deposit. Ibu belum memakai sama sekali uang yang di ATM."Aku termangu."Berarti, uang Ayah banyak sekali ya, Bu."Ibu tersenyum, tapi tak berkata apa-apa. Entahlah, mungkin Ibu sama seperti aku, masih ragu menerima kebaikan Ayah. Pengalaman Ibu mengajarkan pada kami bahwa kami tak boleh percaya begitu saja pada kata-kata cinta seseorang."Pantas saja Helena begitu sombong. Dia mempengaruhi seisi kelas untuk memusuhi aku."Ibu mendekat dan merangkul bahuku."Tapi, Ibu yakin, anak Ibu bisa menyikapinya dengan baik. Nak, Ibu harap kamu tidak mendendam. Bagaimanapun, Helena adi
Read more
Bab 18
BUKAN SALAH IBU 18Helena menatapku sebentar, lalu memandang ke depan tanpa menjawab sapaanku. Aku tersenyum, membuka tas dan mulai menyiapkan buku. Jam pelajaran akan segera dimulai. Diam-diam, aku merenung, betapa mudahnya keadaan berbalik. Tak ada sedikitpun kesulitan bagi Allah jika dia sudah berkehendak. Helena yang kemarin adalah tuan putri di kelas ini, sekarang dikucilkan. Aku dapat melihat jarak kursi Allen dan Rekha yang menjauh dari tempat duduk kami, begitu juga kursi dan meja yang ada di belakang. Jam istirahat, aku menghabiskan waktu di dalam kelas, karena merasa terlalu lelah untuk berjalan ke kantin. Aku tak ingin jadi pusat perhatian. Ibu telah membawakanku bekal. Roti isi sosis buatannya sendiri, juga semangkuk salad buah kesukaanku."Bella, aku minta maaf."Aku mendongak, mendapati tiga dayang Helena berdiri di dekat mejaku. Tubuh mereka yang jangkung dan menjulang membuatku harus mendongakkan kepala."Aku minta maaf karena pernah memukulmu. Meski itu atas perintah
Read more
Bab 19
BUKAN SALAH IBU 19Hari terus berlalu, hingga akhirnya ujian kelulusan tiba. Hubunganku dengan Helena tidak mengalami kemajuan, tapi juga tak seburuk dulu. Dia masih tak menyahut setiap kali aku menyapa, tapi tak lagi membuatku celaka.Sementara itu, Ayah tak pernah lagi datang atas permintaan Ibu, tapi kirimannya nyaris setiap minggu tiba di rumah. Permen, coklat, hadiah-hadiah kecil untukku dan juga Ibu. Di dalam surat yang diselipkannya di dalam paket-paket itu, Ayah memohon agar kami tak menolaknya, untuk menebus semua yang dulu tak bisa dia lakukan pada kami berdua. Perlahan tapi pasti, aku mulai merindukannya. Hati kecilku mulai bisa menerima alasan yang dia berikan. Tapi, masalahnya, Ayah bukan hanya milikku dan Ibu.Sampai hari itu, di hari ujian terakhirku, aku pulang dari sekolah dan mendapati mobil yang belum pernah kulihat terparkir di pinggir jalan depan rumah. Aku sudah bisa berjalan lancar tanpa kruk, meski masih harus berhati-hati dan tak boleh berlari. Di ruang tamu,
Read more
Bab 20
BUKAN SALAH IBU 20"Kamu sungguh-sungguh sudah memaafkan Ayahmu?"Aku menganggukkan kepala, mengusap air mata yang masih bandel tak mau berhenti menetes. "Kenapa?""Karena Ayah hanya manusia biasa, Ibu. Manusia biasa yang bisa saja membuat kesalahan.""Apa lagi?""Karena permintaan maafnya sungguh-sungguh, dan Ayah juga tak pernah lelah mencoba menebus kesalahannya pada kita."Ibu tersenyum, mengusap kepalaku dengan lembut. Mobil melaju meninggalkan rumah itu, dengan Ayah berdiri di pinggir jalan, mengawasi kami hingga sosoknya tak terlihat lagi di kaca spion. Kini, kurasakan setengah hatiku tertinggal dalam genggaman Ayah."Jadi, apa yang Bella inginkan sekarang?"Aku diam sejenak. Yang kuinginkan hanya satu, Ibu. Berkumpul bersama Ayah dan Ibu, merasakan sebuah keluarga utuh tanpa ada seorangpun memandang iri padaku. Tapi, mungkinkah?"Kalau Ibu mengizinkan, kabulkanlah permintaan Ayah tadi, untuk datang menemuiku seminggu sekali. Aku memang bukan anak kecil lagi, Bu, tapi, baru se
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status