All Chapters of Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR : Chapter 101 - Chapter 110
113 Chapters
Bab 101
Furats merasa putus asa dan frustasi, napasnya memburu karena serangannya yang bertubi-tubi tak mampu menyentuh Alagar sekalipun. Keringat mengucur deras di wajahnya sambil memegangi lutut yang lemas. Ia terpojok di sudut arena yang telah hancur berantakan akibat pertempuran sengit yang telah berlangsung. "Aku rasa sudah waktunya mengakhiri pertarungan ini, Furats!" ujar Alagar dengan suara tegas dan angkuh, sambil mengangkat tangannya yang memancarkan aura menakutkan. Ia tampak melayang di atas arena dengan wibawa dan percaya diri. Tanpa diduga, tiba-tiba Belzebub membelah dirinya menjadi ratusan sosok kecil yang menakutkan. Sosok-sosok tersebut segera mengepung Furats, lalu menyerangnya secara serentak dari segala arah. Mata Furats membelalak lebar, tidak menyangka serangan yang akan datang. Ia menggertakkan giginya, berusaha mengumpulkan seluruh kekuatan yang tersisa di tubuhnya. Kini ia tahu, pertempuran ini mungkin akan berakhir dengan kekalahan yang pahit dan menyakitkan
Read more
Bab 102
Tigras berjalan keluar dari arena pertandingan dengan cepat, meninggalkan kerumunan yang masih terdiam terkejut. Sementara Dewa Agung menatap kepergian Tigras dengan ekspresi khawatir. Ia menghela nafas panjang, lalu menoleh pada Dewa Penyembuhan yang sedang menangani luka Helius di arena."Apa dia tidak apa-apa?" tanya Dewa Agung menghampirinya, dengan suaranya bergetar sedikit.Dewa Penyembuhan mengangkat wajahnya, menatap Dewa Agung dengan mata yang lelah. "Dia sudah tidak apa-apa, tapi begitu dekat... Jika sedikit saja serangan kristal cahaya mengenai pusat energi sihirnya, kemungkinan Helius akan kehilangan kekuatannya."Dewa Agung menunduk, merasakan beban tanggung jawab yang berat di pundaknya. Ia tahu, di balik semua kekuatan dan kemampuan para dewa, mereka tetaplah makhluk yang rentan terhadap kesalahan dan kelemahan."Pemenangnya Tigras! Pertarungan akan dilanjutkan besok!" seru Dewa Agung di tengah arena, suaranya menggema seolah membangkitkan semangat para penonton.Para p
Read more
Bab 103
Saat Bikely dan Indra bersiap untuk mengajukan pertanyaan lebih lanjut kepada Alagar, tiba-tiba suasana berubah. Dewa Agung yang muncul di hadapan mereka."Salam hormat, Tuan," sapa Bikely dan Indra serempak, sambil memberikan salam hormat dengan tangan di dada dan membungkukkan badan mereka.Dewa Agung tersenyum lembut dan mengangguk. Ia mengusap jenggot putihnya yang panjang dan berkata, "Bikely, Indra, tolong tinggalkan kami berdua untuk sementara waktu. Saya ingin berbicara dengan Alagar secara pribadi."Dengan rasa hormat yang mendalam, Bikely dan Indra menjawab, "Tentu, Tuan." Mereka berdua segera pamit dengan sopan dan undur diri dari ruangan tersebut. Mereka menutup pintu rapat-rapat, meninggalkan Dewa Agung dan Alagar untuk berbicara secara empat mata.Di dalam ruangan, suasana menjadi semakin tegang dan serius, karena Dewa Agung akan membahas suatu hal yang penting dengan Alagar. Sementara itu, di luar ruangan, Bikely dan Indra saling pandang, merasa penasaran namun tak in
Read more
Bab 104
Keesokan harinya, Alagar berangkat ke Padang Suci bersama Indra dan Bikely, dua Dewa yang telah memberikan kepercayaan dan dukungan penuh padanya. Matahari pagi bersinar terang, memberi semangat baru bagi Alagar yang merasa lebih bersemangat untuk menghadapi pertandingan terakhir di Padang Suci. Saat mereka terbang mendekati tujuan mereka, Alagar menyadari bahwa beberapa Dewa lain juga bergabung dengan mereka, satu per satu, seolah-olah mereka telah terinspirasi oleh tekad Alagar dan ingin memberikan dukungan mereka. Indra, yang menyaksikan perubahan ini, mengulas sebuah senyum penuh kebanggaan. "Lihatlah Alagar, kau sudah membuat mereka percaya padamu. Sekarang bukan hanya kami berdua yang mendukungmu, tapi mereka juga," capnya sambil menunjuk para Dewa yang bergabung dalam perjalanan mereka. Bikely yang terbang di samping kanan Alagar, menimoali perkataan Indra. "Indra benar, sekarang bukan hanya kami saja yang ada di pihakmu, Dewa lain juga mulai mengakui, kalau kau layak d
Read more
Bab 105
Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang
Read more
Bab 106
Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D
Read more
Bab 107
Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya
Read more
Bab 108
Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyapā€”dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting
Read more
Bab 109
Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b
Read more
Bab 110
Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status