All Chapters of Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR : Chapter 81 - Chapter 90
110 Chapters
Bab 81
Langit yang semula gelap pekat kini perlahan-lahan berubah menjadi cerah setelah pertarungan sengit antara Raja Erresira dan Alagar usai. Awan hitam yang menutupi langit kota mulai terpecah, sinar matahari kembali menembus dan menyeruak ke bumi, menyinari wajah-wajah para penduduk yang sebelumnya murung dan cemas.Begitu hebatnya pertarungan tersebut, hingga wilayah hutan Arizon yang subur kini berubah menjadi lautan luas. Air laut mengalir dengan deras memasuki kawah besar yang terbentuk akibat kehancuran daratan. Ombak menghempas pantai baru yang terbentuk, menciptakan pemandangan yang berbeda dari sebelumnya.Warga di seluruh wilayah kota sekitar hutan Arizon merasakan perubahan yang nyata. Beban di dada mereka seolah terangkat saat langit kembali cerah dan kehidupan kembali normal.Tampak senyum kelegaan menghiasi wajah-wajah mereka, menggantikan raut ketakutan yang sempat menyelimuti kota akibat energi kegelapan yang dikeluarkan Alagar.Suasana kota pun kembali ramai, anak-anak
Read more
Bab 82
Viona dan Alagar duduk berdampingan di ranjang, cahaya matahari yang masuk dari jendela menghiasi wajah mereka yang berbinar. Mereka terlihat begitu bahagia, seperti tak pernah merasakan kepedihan dan kesedihan yang sempat menyelimuti hidup mereka. Viona menatap Alagar dengan lembut, kemudian menundukkan kepalanya mengingat saat-saat air mata mengalir deras di pipinya ketika Alagar masih belum sadarkan diri."Alagar, apa kau masih ingat saat kita pertama kali bertemu?" tanya Viona dengan tatapan sedih.Alagar tersenyum kecil dan mengangguk, "Tentu saja. Aku tidak akan pernah melupakan saat pertama kali melihatmu. Wajahmu yang ceria itu berhasil membuat hatiku berdebar."Mereka lalu terdiam sejenak, menikmati kehangatan cinta yang kini menyatukan mereka kembali. Viona memegang tangan Alagar erat, ingin meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi, bahwa mereka kini benar-benar bersama."Viona, aku bersyukur kamu telah mengingat semu
Read more
Bab 83
Keesokan harinya, setelah dunia kembali aman, Viona dan Alagar menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.Pagi yang cerah, Alagar mengantar Viona ke universitas dengan mobil mewahnya. Ketika mereka turun dari mobil, mata para mahasiswa dan mahasiswi langsung tertuju pada mereka."Astaga, apa itu benar-benar Tuan Muda Ruiz?" ujar salah satu mahasiswa dengan terkejut."Siapa wanita yang bersamanya?" tanya mahasiswi lainnya penasaran."Sepertinya mereka sangat dekat," tambah seorang mahasiswa lagi.Para mahasiswa dan mahasiswi yang melihat kedekatan Alagar dan Viona dari kejauhan, penasaran siapa wanita beruntung yang berhasil mendapatkan hati Alagar. Mereka terus berbisik-bisik dan memperhatikan setiap gerak-gerik Alagar dan Viona.Viona, yang merasa canggung dengan perhatian yang mereka terima, tersenyum malu dan menunduk. Alagar, yang menyadari rasa tidak nyaman Viona, menggenggam tangan Viona erat dan menatapnya dengan lembu
Read more
Bab 84
Setelah jam kuliah Viona selesai, terlihat dia pergi ke ruang rektor bersama dua sahabatnya seperti yang dikatakan Alagar."Viona, bagaimana bisa hubunganmu jadi sedekat itu dengan tuan muda Ruiz? Apa kau menggunakan guna-guna?" celetuk Clinton.Viona menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Clinton dan langsung memukul perutnya dengan keras. Membuat pria gendut itu reflek langsung memegangi perutnya, menahan rasa sakit yang mendalam."Kau pikir aku perlu guna-guna untuk mendekati seseorang?" balas Viona dengan suara tegas, "aku tidak pernah mengharapkan hubungan apapun dengan tuan muda Ruiz. Kedekatan kami murni karena kebaikan hatinya, bukan karena aku menggunakan cara-cara licik seperti yang kau pikirkan!" tegasnya.Clinton tampak kaget dengan reaksi Viona, dia tersenyum getir melihat sahabatnya tersebut tampak marah.Hendri segera menenangkan situasi. "Viona, tenang saja. Clinton hanya bercanda. Kita harus segera ke ruang rektor sebel
Read more
Bab 85
Maurice Ravel berdiri dengan senyum ramah di wajahnya. Viona yang sedang duduk bersama Alagar, Clinton, dan Hendri langsung terkejut melihat kehadiran teman lamanya itu.Wajah Viona berubah menjadi pucat dan matanya membulat tak percaya. Dia ingat betul bagaimana Maurice pernah menyatakan perasaannya di masa SMA, namun Viona selalu menolaknya dengan alasan mereka tak cocok."Viona, apa kau kenal dia?" tanya Alagar, sambil menatap tajam Maurice yang kini semakin mendekat."I-iya, dia teman sekelas kami dulu waktu SMA," jawab Viona dengan suara yang gemetar, mengingat kembali kenangan lama mereka.Clinton dan Hendri hanya tersenyum kecut, mereka juga mengenal Maurice dan tahu betul bagaimana perasaan teman mereka itu pada Viona dulu. Mereka berdua tidak menyangka akan bertemu lagi di tempat seperti ini setelah lulus dan berpisah untuk melanjutkan kuliah di universitas yang berbeda.Maurice melambaikan tangan pada Viona dan teman-t
Read more
Bab 86
Tiba-tiba terdengar suara keras yang meneriaki Alagar, membuat Viona, Clinton, dan Hendri langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Maurice, yang sedang diangkat kerah bajunya oleh Alagar, tersenyum tipis ketika mendengar suara tersebut. Dia yakin bahwa orang yang datang adalah seseorang yang akan membela dirinya.Namun, Alagar tidak segera menurunkan Maurice, membuat pria itu semakin bingung dan kesulitan untuk bernapas karena kerah bajunya yang semakin menghimpit lehernya."Aku bilang, lepaskan tuan Ravel!" bentak orang yang baru datang itu lagi sambil mencekal lengan Alagar dengan kuat. Alagar yang sedang mencengkram kerah baju Maurice menoleh ke arah orang yang menegur dan mencekal lengannya kuat.Melihat wajah Alagar orang yang mencengkram lengannya langsung terkejut. "T-Tuan muda Ruiz...." Suaranya langsung tercekat dan melepaskan cengkraman tangannya.Bruak!Alagar menghempaskan Maurice, hingga dia jatuh m
Read more
Bab 87
Maurice berdiri dengan tubuh tegang, wajahnya memerah karena malu dan marah. Dia tidak menyangka bahwa Alagar, ternyata adalah pendiri perusahaan tempatnya bekerja.Di tambah, Alagar bukan seperti anak orang kaya yang sombong dan angkuh seperti yang ia bayangkan selama ini.Clinton melihat kebingungan Maurice dan mencoba meredakan suasana dengan menawarkan paha ayam yang ada di piringnya. "Mau makan bersama kami?" tawarnya dengan suara lembut, berusaha untuk tidak mengejek Maurice.Maurice menatap Clinton dengan pandangan tajam, namun ia tidak bisa menahan rasa malu yang membuncah di dadanya. Dengan gigi menggeretak dan tangan yang mengepal, Maurice berbalik badan dan berjalan keluar dari restoran dengan langkah gontai, mencoba menyembunyikan kekalahan yang baru saja ia alami."Cih, salah sendiri bicara arogan, benarkan Hendri?" tanya Clinton pada temannya yang duduk di depan.Hendri mengangguk sambil tertawa kecil, menegaskan b
Read more
Bab 88
Alagar dengan langkah berat menuju kamarnya, meninggalkan Ayahnya yang masih berdiri di ruang tamu. Begitu pintu kamar tertutup, amarah yang tertahan seakan meluap tak terkendali. Dia segera menghampiri bar mini di sudut kamarnya, mengambil sebotol anggur yang tersimpan rapi di rak. Dengan tangan gemetar, Alagar menuangkan anggur tersebut ke dalam gelas kristal yang ada di atas meja. Tanpa ragu, dia menenggak habis isinya, merasakan sensasi panas yang menjalar dari tenggorokan hingga ke perutnya. Emosi yang bercampur aduk semakin memuncak. "Kenapa Ayah jadi seperti ini?" gumam Alagar dengan nada yang penuh penyesalan. "Biasanya dia tidak mengambil tindakan sendiri dan selalu memberitahu aku sebelum mengambil keputusan." Mata Alagar menatap kosong gelas anggur yang telah kosong di tangannya, seolah mencari jawaban dari pertanyaan yang terus menghantui pikirannya. Dalam hatinya, rasa kecewa dan amarah bergulir, membayangkan bagaimana Ayahnya telah berubah dan tak lagi sepe
Read more
Bab 89
Alagar tengah duduk termenung di pojok kamarnya, pikiran dan hatinya diliputi kegelisahan akan permasalahan yang sedang dihadapinya dalam perusahaan. Namun, cerita dari Bikely mengenai pertarungan untuk memperebutkan gelar Dewa Agung di Istana langit sejenak membuatnya melupakan keresahan yang mendera.Saat Alagar tengah menyelami masalah pertarungan di Istana langit, tiba-tiba suara keras Viona terdengar di balik pintu kamarnya. "Alagar, apa kamu di dalam?!" seru Viona sambil mengetuk pintu kamar Alagar dengan keras. Alagar tersentak dan kembali sadar akan realitas yang dihadapinya. Dia berdiri dan menghela napas panjang. "Pergilah, jangan buat Viona salah paham, Bikely."Bikely tersenyum getir. "Aku juga mau pergi, ingat satu minggu lagi, datanglah ke langit," ucap Dewi waktu tersebut yang langsung menghilang menggunakan sihir teleportasi.Alagar menghela nafas lagi, dengan langkah pasti, dia membuka pintu kamar dan dihadapannya berdiri Viona d
Read more
Bab 90
Keesokan harinya, Viona terbangun dari tidurnya saat sinar mentari mulai menyeruak masuk melalui celah-celah jendela kamar Alagar. Rasanya malam sangat cepat bagi Viona saat menikmati indahnya bercumbu dengan pria idamannya itu.Gadis itu mencari-cari Alagar yang sudah tidak ada di sampingnya, dia lekas beranjak duduk sambil menutupi tubuhnya yang tidak dibalut sehelai benang pun menggunakan selimut. Kepalanya masih terasa pening dan bingung akan kejadian semalam."Pagi sayang, kamu sudah bangun?" tegur Alagar yang baru keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk. Rambutnya masih basah, dan wajahnya tampak segar. Alagar menghampiri Viona dan duduk di sampingnya.Viona langsung merangkul manja Alagar, menempelkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Kamu mau kemana, pagi-pagi sudah mandi?" tanyanya dengan suara yang lembut, merasa kehilangan kehadiran Alagar.Alagar tersenyum sambil mengelus lembut rambut Viona, "ada rapat perusahaan yang h
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status