All Chapters of RAYUAN SUAMI MISTERIUS: Chapter 41 - Chapter 50
65 Chapters
41. Stalker itu Siapa?
Keesokan harinya...Elrissa berpikir kalau akan lebih baik kembali menemui Reno untuk melihat daftar tamu yang datang ke kapal saat itu. Apa ada informasi lebih tentang Daniel?Dia tidak konsentrasi pada apapun. Jalan-jalan di trotoar bersama Alano, tapi pikirannya masih kemana-mana."Kamu mikir apa, sih? Dari tadi kamu nggak dengar aku ngomong, kan?" Alano menoleh ke Elrissa yang berjalan di sebelah.Elrissa masih diam. Padahal dia sekarang sudah berada di luar rumah. Jalan-jalan di wilayah yang ramai dengan pertokoan dan restoran. Tetapi, dia tidak menikmati ini.Suasana hati Alano mendadak buruk. Dia berkata lagi, "Ya, sudah kalau nggak mau bicara sama aku.""Aku ingin kita ke rumah Reno." Elrissa berhenti berjalan. "Boleh 'kan?"Langkah Alano ikut terhenti. Dia menatap wanita itu. Jelas dia tidak suka. "Untuk apa lagi?""Kamu harus minta maaf sama dia. Kamu sudah kasar waktu itu. Dia itu cuma temanku.""Nggak perlu. Aku nggak kenal sama dia." Alano terdengar cukup angkuh, tapi seb
Read more
42. Aku Selingkuh?
Alano tidak terlalu banyak bicara saat bertemu dengan orang baru. Seperti saat ini ketika bersama Reno. Dia, Elrissa dan Reno duduk di ruang tamu. Reno agak tertekan setiap kali Alano melihatnya. Elrissa membuka obrolan dengan bertanya ke sang suami, "Alano, sekarang jelaskan kenapa kamu bisa ada di kapal itu sementara Reno saja nggak tahu?" "Kamu masa nggak lihat aku di kapal? Aku datang sama Rissa waktu itu." Alano malah mengalihkan pandangan ke Reno. Reno menjawab, "maaf, tapi beneran saya nggak ingat kamu naik ke kapal." Elrissa agak curiga diabaikan Alano. Dia kembali bertanya, "kamu belum jawab pertanyaannya, kenapa? Untuk apa kamu datang?” "Pertanyaanmu salah. Aku ini suamimu sekarang, jelas aku datang sama kamu. Ini bukan salahku kalau teman kamu nggak ingat sama aku. Mungkin dia bisa tanya sama pemilik kapal yang disewa, dia temanku." Reno tidak nyaman dengan penjelasan Alano. Dia merasa kalau sedang ditekan. Tetapi, apa ini artinya pemilik kapal yang disewa memang
Read more
43. Cincin Tunangan?
Elrissa menghabiskan waktu sorenya dengan menonton televisi di rumah. Beberapa channel berita ternyata tidak bisa diakses. Alano membatasi tayangan televisinya. "Aku bingung ..." Elrissa tak fokus melihat televisi, masih memikirkan ucapan Reno. Alano datang dengan membawa semangkuk pop corn. Dia duduk di sebelah wanita itu. "Kamu sampai kapan curiga sama aku?" "Aku nggak curiga sama kamu." "Tapi kamu nggak mau bicara sama aku." "Aku ..." "Aku nggak bohong, mungkin Reno— teman kamu itu— yang nggak ingat aku di sana. Kalau kamu nggak percaya, bawa saja ponselku. Pantau aku, mungkin saja aku nipu kamu atau ada hubungan sama Bella atau yang lain." Alano menaruh ponselnya di atas meja, samping mangkuk pop corn. Perkataan Alano membuat Elrissa makin tertekan. Dia merasa sebagai orang yang tidak dewasa. Selain itu, dia juga takut kalau dirinya orang yang berselingkuh dengan Daniel.. "Tapi, kenapa kamu diam saja?" tanya Elrissa tertunduk. "Diam kenapa?" "Bella pasti sudah menunjukka
Read more
44. Ciuman Panas?
Elrissa dan Alano berbaikan sehingga mereka bermesraan lagi seperti biasa. Dari mulai menonton film berdua, lalu bercinta dengan penuh hasrat di malam hari. Elrissa bahagia setiap hari dimanjakan. Apapun yang dia butuhkan selalu tersedia di dalam rumah. Karena inilah, dia agak lupa dengan niatnya untuk mencari Daniel. Alano memberikan semua kesenangan di rumah ini. Tidak ada hari tanpa bersenang-senang dan bermain permainan papan seperti ular tangga atau catur. Saat bermain ular tangga, Alano selalu kalah karena itu mengandalkan keberuntungan dadu. Sementara, ketika bermain catur— dia tak terkalahkan. Seperti saat ini, mereka duduk di atas karpet, melingkari meja ruang tengah. Di atas meja terdapat papan catur dimana pion milik Elrissa sudah tumbang semua. "Sebenarnya gimana sih cara mengalahkanmu?“ Wanita itu jengkel. Dengan angkuh, Alano menjawab, "kalau permainan strategi, aku nggak mungkin
Read more
45. Kenapa Takut?
"Semua ruangannya nggak terkunci 'kan? Aku bebas masuk, ya?" Elrissa melihat ke lorong depannya dimana terdapat banyak pintu-pintu ruangan."Iya, semua kunci setiap ruangan di lantai bawah sampai atas sudah aku buka. Kamu bebas masuk ruangan mana saja. Tapi, kalau kebetulan masuk ke ruang kerjaku, tolong jangan sentuh apa-apa.""Iya." Elrissa menuding ke beberapa kamera pengawas menempel di tembok. "Oh iya, kamu pasti jujur 'kan, tidak pakai bantuan kamera pengawas untuk mencariku?"Alano mendadak berkata keras, "matikan semua CCTV dalam rumah!"Dalam hitungan detik, perintah itu direspon otomatis. Seluruh lampu pada kamera pengawas dalam rumah ini mati, menandakan semuanya tidak aktif.Ada suara wanita dari pengeras suara berbunyi, 'CCTV dalam rumah telah dimatikan'Kaget, Elrissa sempat menoleh ke berbagai arah. Sudah lebih dari seminggu tinggal di rumah ini, dia baru tahu ada suara asing ini. "Barusan itu mirip suara Google ...""Ya anggap saja begitu, memang virtual Assistent.""R
Read more
46. 99% Mirip?
Takut? Bingung?Elrissa masih berdiam diri di belakang rak buku. Padahal, tadi dia bersemangat ingin mengerjai Alano— tetapi memori dikejar stalker itu makin memenuhi isi kepalanya.Alano masuk ke dalam ruang perpustakaan mini ini. Dia agak kesulitan melihat di kegelapan."Sayang? Kamu di mana?" Suaranya pelan sekali.Langkah pria itu mendekat diiringi juga dengan suara lagu yang hampir habis. Dia melihat sedikit bayangan tubuh Elrissa yang bersembunyi di balik rak depannya."Sayang ..." Ia memanggil lirih, menengok ke balik rak itu, lalu mengejutkan Elrissa, "aku menemukanmu!""Ah!" Elrissa terloncat kaget, tahu-tahu Alano sudah di sebelahnya.Akibat pencahayaan kurang, alhasil wajah pria itu juga agak samar.Batin Elrissa menolak mengakui kalau Alano mirip sekali dengan sosok di gang waktu itu.Alano mendekat hingga wanita itu terhimpit di antara dadanya dan rak buku."Aku menang berarti, ya?" Alano mengambil sejumput rambut Elrissa dengan jemarinya. Lalu, berkata lebih lirih, "Sud
Read more
47. Pria Bernama Daniel?
Si pria berguling ke samping. Dia memandangi langit-langit kamar bernuansa remang ini. Suasana mendadak sunyi, hanya terdengar napas mereka yang masih terengah-engah, menikmati sisa-sia kenikmatan barusan. Ada luka jahitan sepanjang sepuluh sentimeter yang baru kering di atas puting dada kanan pria itu, seperti bekas sayatan benda tajam. "Aku mau pergi sebentar." Ia menyibakkan selimut, lalu bangkit. Ia mengenakan kemeja dan celananya yang berserahkan di lantai. Wanita yang terbaring di sebelah menarik kemeja belakang pria itu. Dia tampak. "Daniel, Kamu tega banget selalu menyebut nama orang lain saat bersamaku.“ "Maaf.” Pria bernama Daniel ini menarik kemejanya hingga terlepas dari pegangan. “Tolong jangan membahas itu, kita sepakat melakukan ini karena kebutuhan tubuh saja 'kan?” "Tapi seenggaknya jangan memanggilku Rissa, namaku ini Sarah ..." "Kenapa kamu sewot? Apa salahnya aku memanggil nama tunanganku? Kamu juga bebas memanggil nama siapapun.“ ”Aku nggak sewot,
Read more
48. Kepikiran Semalam?
Elrissa bangun dari ranjang. Ia beberapa kali menguap sembari mengerjap-ngerjapkan mata. Suasana kamar tidur ini masih remang, tapi dari jendela sudah terlihat kalau pagi hari telah datang. Tak seperti biasanya, hari ini cuaca agak lebih terang. Elrissa penasaran dengan kondisi luar. Jadi, dia menyingkap selimut, lalu turun dari ranjang, berjalan mendekat ke pintu kaca menuju balkon. "Dikunci nggak, ya?” Dia membuka tirai putih, lalu terlihatlah pemandangan luar yang indah. Dia mengotak atik kenop pintu kaca itu sampai berhasil terbuka. Saat dibuka, udara dingin menerpanya, menerobos masuk hingga mendinginkan kamar. Elrissa berjalan mendekat ke pagar balkon. Rambut berkibar oleh angin pagi yang segar. "Indah banget.“ Hujan tak turun lebat seperti hari-hari kemarin. Tetapi, halaman depan rumah Alano tampak basah, dipenuhi oleh air embun yang melimpah. Tiga pria berseragam hitam tampak mondar-mandir, satu di antaranya menata pot tanaman. Mereka adalah pegawai keamanan rumah
Read more
49. Orang yang Lebih Berbahaya?
Elrissa menghabiskan sisa waktu siang dengan menonton berita di televisi, sementara Alano bekerja di ruangannya.Tak seperti sebelumnya, saat ini Elrissa sudah bisa menonton berita, meski sedikit sekali. Sekalipun dia menggunakan saluran TV berbayar, ternyata tidak semua bisa diakses."Apa iya aku cuma boleh nonton Netflix? Yang benar saja,“ gerutunya meratapi siaran di televisi tidak ada yang menarik.Dia kembali merasa terkekang di rumah, jangankan keluar, berita pun tak bisa dia dapatkan dengan bebas.Selain itu, beberapa situs tak bisa dia akses di ponselnya, termasuk media sosial. Jadi, dia tak begitu tahu apa yang terjadi di negaranya ini.Alano sengaja memblokir semua akses berita dari luar sampai pemberitaan tentang Daniel sang pembunuh berantai lenyap.Tetapi, tak disangka, tak sengaja Elrissa menemukan channel televisi yang menayangkan breaking news tentangnya.".... Menurut kepolisian, pembunuh berantai tersebut men-tatto lehernya dengan garis vertikal kecil setiap kali ber
Read more
50. Diberi Mobil?
Alano puas dengan pemikiran Elrissa untum saat ini. Karena hal tersebut, dia mengeluarkan kunci mobil. Lalu, benda itu disodorkan kepada wanita tersebut. Dia berkata, "Maaf, kalau selama ini aku terlihat seperti mengekangmu. Tapi, mulai sekarang, kamu bebas kemanapun ... ini mobil untukmu, pakai saja." "Hah? Ini serius? Mobil untukku?" Terkejut, Elrissa agak gemetaran menerima kunci mobil itu. Dia bisa menyetir, tapi tidak pernah memiliki mobil sendiri. "Iya, di garasi 'kan ada dua mobil, satunya yang warna putih itu pakai saja, jenis matic, kamu pasti bisa 'kan? Atau kalau kamu nggak suka, kita beli baru. Kamu pilih sendiri." "Nggak usah. Aku bukan orang nggak tahu diri." "Jangan gitu dong, Sayang. Kamu itu istriku." "Tapi ini beneran. Aku pernah pakai mobil, tapi nggak tahu kalau masih bisa..." "Misal kamu lupa, kamu les berkendara dulu nggak apa-apa, kok." "Makasih." "Sama-sama." "Aku belum pernah punya mobil, y- jelas sih ...." Elrissa terharu menatap kunci mobil yang
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status