บททั้งหมดของ Terpaksa Menikahi Putri Mafia: บทที่ 21 - บทที่ 30
102
Bab 20
Bella baru keluar dari ruang guru untuk menyerahkan buku PR-nya pada Bu Sasna ketika ia melihat Gara turun dari lantai dua. Mereka saling tatap sesaat. Gara memperhatikan seragam Bella yang terlalu ketat sehingga bentuk badannya tercetak jelas.Gara tolah toleh sebentar untuk melihat situasi. Kemudian ia berjalan melewati Bella."Ikut aku bentar," kata Gara.Bella melotot."Ini di sekolah Ra. Banyak orang, kalau ketahuan gimana?""Ikut aja." jawab Gara tanpa menoleh.Gara berjalan lebih dulu. Tapi Bella tidak langsung menyusul. Dia sengaja memberi jarak agar tidak terlihat begitu dekat dengan Gara."Ada apa sih Ra?" Tanya Bella ketika mengikuti Gara ke lorong yang menghubungkan ruang guru dengan laboratorium kimia. Lorong itu memang sepi.Gara tampak melepaskan blazer yang ia kenakan."Pakai ini." Gara mengulurkankan blazer itu."Nggak mau. Blazernya ada namamu."Breett... Krakk!Dengan santainya Gara merobek nama yang terdapat di blazer itu."Pakai aja." Gara memaksa.Bella terpaksa
Read More
Bab 21
"Bel, satu putaran lagi ya abis itu kita rehat.""Siap," jawab Bella sambil terus berlari di samping Gara.Ya, sepasang suami istri muda itu memang tengah joging untuk mengisi waktu weekend mereka."Capek nggak?" Tanya Gara setelah mereka menyelesaikan satu putaran."Nggak. Mau lima putaran lagi aku juga masih kuat. Aku ini cewek strong tau Ra. Jangan pernah nganggep aku lemah.""Ya, kan kakimu belum sepenuhnya pulih Bel. Udah duduk sini aja, kita istirahat." Gara menarik Bella untuk duduk di sebuah bangku panjang.Bella menyeka keringat di dagunya. Ia duduk sambil meluruskan kaki."Minum dulu." Gara menyodorkan sebotol air mineral dingin."Makasih misua," Bella menerima air di tangan Gara sambil tersenyum.Gara dan Bella melihat ke tengah danau buatan. Airnya berwarna hijau bening. Di tengah-tengahnya banyak wahana bebek mengapung yang dikayuh dengan kaki. Beberapa pasangan sejoli tampak berada di atasnya. Bersenda gurau dengan bahagia."Mau naik juga?" Gara menawari istrinya karena
Read More
Bab 22
"Ka-kau..." Sabia terbata-bata.Bella menyeringai."Ya, aku Bellatrix Hyuugo. Seorang putri Hyuugo yang tempo hari berusaha di culik oleh keluargamu,"desis Bella di telinga Sabia supaya yang lain tidak bisa mendengar. Sabia langsung keringat dingin."Ah, soal aku dan Gara sepertinya kau salah paham Sabia. Aku dan Gara ada saudara sepupu. Bukankah begitu Abang Gara?"Gara yang meringis karena di banting Bella pun menjawab."Ya, benar."Bella menarik Sabia. Menegakkan tubuhnya. Ekspresi wajah yang menakutkan langsung berubah ceria lagi."Hahaha... Aku harap tidak ada yang salah paham lagi antara aku dan Abang Gara."Bella memasang tusuk kondenya lagi. Tak lupa ia juga tersenyum ke arah Edo yang benar-benar membeku di tempatnya."Aku sebaiknya pulang dulu. Dadah semuanya..."Bella cepat-cepat berlari meninggalkan tempat itu. Ia menerobos keluar kerumunan orang-orang yang berkumpul untuk melihat keributan."Gila, Bella..." Gumam Edo penuh takjub.Revan berdiri sambil memegangi kepalanya
Read More
Bab 23
"Lama banget sih Ra?" Keluh Bella yang sejak tadi menunggu Gara."Ya, nggak enak sama Edo kan Bel kalo aku keliatan langsung ngejar kamu."Gara menutup pintu mobil. Ia mulai menghidupi mesin mobilnya."Dia tu suka sama kamu." Gara memberitahu."Aku tau kok kalo Kak Edo suka sama aku. Ya, kan aku udah bilang Ra cowok yang nggak suka sama aku tu nggak normal. Kayak kamu misalnya.""Ck, semua orang punya tipe masing-masing untuk disukai Bel."Bella tidak menyahut lagi. Ia diam cukup lama sampai mobil Gara meluncur pulang."Sakit nggak Ra punggungmu aku banting?""Ya, sakit lah Bel. Bukan bantingnya di kasur. Lagipula kenapa sih kamu semarah itu dengan Sabia? Perkara begitu kan bisa diselesaikan dengan baik-baik.""Kamu nggak tahu apa-apa Ra. Antar keluarga mafia punya cara sendiri untuk mengintimidasi lawan-lawannya.""Maksudnya?" Kening Gara dipenuhi tanda tanya."Ah, kalo kamu nggak tahu mending nggak usah tahu deh. Nanti kamu nyesel kalau tahu latar belakang keluarga mantanmu yang mas
Read More
Bab 24
Di atas tempat tidur Bella sudah ada sebuah kotak besar berwarna pink yang cantik."Apa ini Ra?" Tanya Bella terlihat senang."Buka aja."Bella tidak sabaran membuka kotak itu. Ia menarik pita yang tersimpul rapi di atas kotak. Lalu membuka tutup kotaknya. Sesuatu berwarna putih langsung melompat keluar begitu tutup kotak terbuka."Wahhh apa ini Ra?""Meooonggg..." Hewan berbulu putih yang sangat lucu itu pun mengeong pelan."Aaaaa... Garaaaa... Terimakasih hadiahnya." Bella mengambil kucing itu. Membelai bulu putihnya yang lebat."Suka hadiahnya?" Tanya Gara."Bukan suka lagi. Sangat suka."Grep!Bella menghambur tanpa sadar ke pelukan Gara karena saking senangnya."Terimakasih ya Ra.""Kau sudah dua kali bilang terimakasih loh." Gara mengingatkan."Aku bakal bilang terimakasih terus karena aku benar-benar suka hadiah dari kamu.""Aku kan kemarin sudah bilang tidak menerima ucapan terimakasih. Hanya menerima ciuman. Mana katanya kemarin mau cium aku di rumah?""Eh, kenapa mesti nagih
Read More
Bab 25
"Bel, bangun." Gara membangunkan Bella.Bella tampak mengeliat dibalik selimut."Lima menit lagi Ra."Gara sudah rapi dan wangi dengan seragamnya tapi Bella, sudahlah jangan ditanya lagi. Ini pun sudah pukul tujuh. Jika bukan karena sesiang ini mana mungkin Gara mau membangunkan Bella.Sementara di rumah ini sudah tidak ada lagi yang mau membangunkan Bella. Alasannya jelas karena Bella sekarang sudah menikah. Semua orang tak enak pada Gara. Bahkan Tuan Rano juga tidak mau lagi membangunkan putrinya. Hanya Gara seorang saja yang bisa mengusik tidur lelap putri keluarga Hyuugo itu."Lima menit lagi aku tinggal ya. Ini aku sudah baik hati loh mau bangunin kamu. Kalau kamu nggak mau bangun ya udah aku berangkat sendirian aja.""Mataku lengket Ra."Gara tersenyum."Kalau nggak lengket berarti lepas Bel. Bisa ngelinding kemana-mana tuh bola mata." Celetuk Gara."Beneran loh Ra. Jangan bercanda. Aku tuh semalam jam tiga baru tidur.""Ya, kenapa nggak tidur lebih cepet?""Nggak bisa tidur aku
Read More
Bab 26
"Kenapa sih Van, La, ngebet banget ngajak ke kantin?" Tanya Bella yang heran karena ditarik oleh Vanilla ke kantin. Bahkan kesannya sangat memaksa. Ini terlihat seperti tidak biasa."Nggak apa-apa sih Bel. Laper banget aku tuh." Vanilla beralasan.Jika bukan karena dipaksa Vanilla dan Vano mungkin Bella tidak ke kantin. Soalnya tadi dia bawa bekel kok. Dia lebih senang makan roti buatan Gara ketimbang makanan di kantin."Kamu juga laper banget Van?" Bella menoleh pada Vano."Nggak sih. Aku tadi juga dibawain bekel sama Mama. Cuma kalo kalian ke kantin aku terus sama siapa?" Vano memasang wajah sok sedih."Ya, ampun Van laki-laki di kelas kita tuh ada selusin. Kenapa mesti kemana-mana ngekor kita sih? Gabung dong sama laki-laki lainnya." Vanilla menyalak."Kalo kalian nggak diikuti nanti kalo ada apa-apa yang melindungi kalian siapa?""Alah bilang aja kan kamu nggak punya temen lain selain kita. Ya kan Van?" Tanya Vanilla."Jangan jujur-jujur amat dong La." Vano nyengir kuda.Saat mere
Read More
Bab 27
"Apa lagi ini Kak Edo?" Tanya Bella. Ia juga harus bersikap menghargai Edo."Hadiah kecil aja. Buka deh!"Hadiah kecil Edo bilang. Padahal kotaknya aja segede gaban."Buka deh Bel. Aku penasaran nih," ujar Vanilla.Dengan sedikit ragu pada Gara, Bella pun membuka tutup kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah boneka beruang berwarna biru laut yang cantik dengan ukuran jumbo. Boneka itu terbuat dari kwalitas premium yang sudah barang pasti harganya menyentuh angka jutaan."Ya, ampun. Kok Kak Edo bisa tahu sih Bella suka boneka beruang? Warna biru lagi. Cantik banget."Edo tersenyum lebar. Sebuah senyum derita untuk Gara."Hehe... Tahu dong. Soalnya Bella pernah tuh post foto di kamar yang banyak boneka jadi aku pikir pasti kamu suka boneka.""Uhh... Lucu banget bonekanya. Makasih banyak loh Kak.""Iya Bella. Sama-sama.""Kak Edo nggak adih nih. Masa Bella doang yang ultahnya di kasih surprise. Kemarin Vano ulatah dibiarin tuh.""Ya, ampun Vano bisa dikira terong makan terong aku kalo kas
Read More
Bab 28
"Bella pulang. Bi... Bibi Ina. Oh, hai si Putih." Bella menyapa kucing anggora Turki berwarna putih yang sedang duduk di atas sofa."Meoonggg..." Kucing itu melompat turun. Ia mengesekkan kepalanya ke kaki Bella. Bella langsung berjongkok untuk membelai si Putih."Oh, Nona Bella sudah pulang?" Tanya Bibi Ina dengan senyuman ramah.Gara berdiri di belakang Bella. Ia menenteng boneka pemberian Edo dengan kesal."Bi, ini buat Bibi aja deh." Gara memberikan boneka itu pada Bibi Ina."Ra, jangan dong," protes Bella. Ia sudah berdiri sambil menggendong si Putih."Aku bisa beliin kamu setoko yang kayak gini tau nggak Bel," kesal Gara.Bibi Ina diam saja terjebak di antara Nona Muda dan Tuan Muda."Ya, tau. Tapi itukan dikasih Kak Edo. Nanti dikira nggak menghargai pemberiannya loh kalo dikasih ke Bibi Ina.""Bodo amat ya Bel. Aku nggak suka kamu kesenengan dapet hadiah dari Edo. Nah, Bi, ambil aja." Gara memaksa Bibi Ina untuk menerima boneka besar itu."Ih, Gara. Aku suka warnanya loh," Be
Read More
Bab 29
Bella turun dengan memasang wajah ceria. Padahal jauh di dalam hatinya ia masih merasa marah dan sedih akibat pertengkarannya dengan Gara."Bibi Ina..." Sapa Bella tersenyum manis."Eh, Nona Muda.""Lagi apa Bi?" Tanya Bella melihat aktivitas Bibi Ina di dapur."Mau masak makan malam. Nona mau request masakan apa?""Apa aja Bella makan kok Bi. Bella kan nggak pernah pilih-pilih makanan.""Ya, siapa tahu kan Nona lagi pengen suatu menu.""Bikin ayam goreng dong Bi. Bella kangen masakan rumahan Bibi.""Oke, ayam goreng. Mau pake sayur juga?""Sayurannya terserah bibi aja.""Oke siap."Bella melihat-lihat berbagai sayuran dan bumbu-bumbuan dapur yang berserak di atas meja. Lalu Bella terpikir untuk belajar masak. Daripada ia gabut kan? Mau mager di kamar males ketemu Gara. Mau rebahan di sofa malah lebih kelihatan gabutnya."Bi, ajari Bella masak dong."Bibi Ina tersenyum."Boleh. Tumben Nona mau belajar masak. Pasti karena pengen masakin Tuan Muda ya?" Goda Bibi Ina."Mana ada Bi. Bella
Read More
ก่อนหน้า
123456
...
11
DMCA.com Protection Status