All Chapters of Terpaksa Menikahi Putri Mafia: Chapter 41 - Chapter 50
102 Chapters
Bab 40
Bella kembali ke toilet di gedung B dengan wajah murung. Ia masih memegang seragam Gara di tangannya."Bel, kenapa?" Selidik Vanilla yang melihat kedatangan Bella seperti separuh kesadaran dirinya tertinggal."Nggak apa-apa kok La. Aku ganti baju dulu ya.""Nih rokmu Bel." Vanilla menyodorkan rok di tangannya yang langsung diterima Bella dengan diam.Gadis itu tidak bicara apapun lagi hingga saat dia selesai mengganti seragamnya."Loh, Bel. Seragamnya belum dituker?" Tanya Vanilla begitu melihat nama Gara di seragam itu saat Bella keluar dari toilet. Ukuran seragam itu juga tampak kebesaran di badan Bella."Nggak. Kak Gara lagi nggak ada di kelas." Bella beralasan."Ditelpon kan bisa.""Udahlah biarin. Nanti juga dia kelabakan kalau sadar seragamnya ketuker.""Biarin mampus sekalian. Kesel deh aku," batin Bella.Bella dan Vanilla kembali ke kelas. Mereka memulai pelajaran pertama nyaris tanpa suatu kejadian yang berarti. Semua lancar dan normal kecuali saat mata pelajaran jam pertama
Read more
Bab 41
"Bel, kantin yok!" Ajak Vanilla."Kalian aja deh. Aku nggak laper," tolak Bella.Ia bukannya tidak lapar. Ia hanya malas menyaksikan Gara duduk sebangku dengan Sabia lalu gadis itu mepet-mepet suaminya sok ngasih perhatian."Yakin?" Tanya Vano."Titip beliin sesuatu nggak? Nanti kamu laper loh. Mumpung Vano lagi banyak uang nih katanya mau beliin kamu.""Iya ngomong aja Bel mau apa nanti aku beliin." Vano menimpali.Bella menggeleng. Ia malah merebahkan kepalanya di atas tumpukan tangan yang dilipat di atas meja."Nggak perlu. Kalian nikmati aja makan siangnya.""Yaudah kita tinggal ke kantin dulu ya," pamit Vanilla."Ya," jawab Bella singkat.Kedua teman akrabnya itu pun meninggalkan Bella seorang diri di dalam kelas. Mereka turun berdua saja.Setibanya di kantin Vano dan Vanilla melihat Gara duduk dengan Sabia dan juga Edo. Gara langsung bangkit mendekti Vano dan Vanilla begitu keduanya sedang mencari bangku kosong."Bella mana?" Tanya Gara."Di kelas Kak," jawab Vanilla."Nggak iku
Read more
Bab 42
Bella latihan tari hingga sore. Karena sebentar lagi dia dan anak-anak seni tari lainnya akan perform untuk memeriahkan acara hari ulang tahun sekolah.Sepulang dari sekolah Bella langsung mandi dan tidur. Bahkan ia tidur masih menggunakan handuk kimono tanpa berganti baju lebih dahulu. Sepertinya Bella terlalu letih.Gara sengaja tidak membangunkannya. Ia menyusul Bella tidur saat hari telah malam. Karena sepi juga jika Bella sudah tidur. Gara merapikan selimut Bella dan memeluknya sebelum ia terlelap.Beberapa saat lamanya Gara tidur Bella justru terbangun."Ra... Ra..." Panggil Bella sambil mengguncang bahu Gara."Hmmm..." Gara hanya bergumam. Terlalu mengantuk untuk bangun."Ih, bangun dong Ra."Gara merapatkan pelukannya untuk melanjutkan tidur. Benar-benar mengantuk."Sagara Rihandaaaa!!! Bangguuunnnn!!!" Bella berteriak keras di telinga Gara. Cara itu sukses membuat Gara langsung bangun."Ngapain sih Bel?" Tanya Gara dengan wajah merengut. Ia sepertinya marah karena dibangunkan
Read more
Bab 43
Gara dan Bella baru datang ke rumah sakit saat Edo tertunduk lesu bersama Mamanya Revan."Tante," panggil Gara. Bocah itu kemudian menyalami Mamanya Revan bergantian dengan Bella.Gara memperhatikan kondisi Revan yang masih terpejam erat."Gimana dengan Revan, Do?"Edo menggeleng sambil meremas rambutnya."Tidak terlalu baik Ra."Mamanya Revan tertunduk. Air matanya bercucuran. Sementara Bella berusaha menenangkan Mamanya Revan.Gara tidak menyangka penganiayaan itu berakibat sefatal ini."Revan, aku mohon bertahanlah," batin Gara.Kemudian datang beberapa perawat bersama dokter"Mohon maaf adek-adek semuanya bisa tunggu di luar sebentar? Pasien akan dipiksa terlebih dahulu," ucap seorang perawat wanita itu dengan sopan.Tiga bocah itu langsung keluar meninggalkan Mamanya Revan bersama para perawat dan dokter. Lama sekali para perawat dan dokter itu tidak kunjung keluar. Edo sampai gelisah menunggunya. Kentara sekali jika ia sangat khawatir dengan Revan."Duduk sini dulu kenapa sih Do
Read more
Bab 44
Gara, Edo, Bella dan keluarga Revan menjadi orang yang paling akhir meninggalkan pemakaman. Rasanya mereka masih tidak percaya jika jasad yang baru saja dikebumikan itu adalah Revan.Ribuan tetes air mata mengiringi kepergiannya. Tak perduli bahkan jika mata telah menjadi sembab karenanya. Seolah tangis saja tidak cukup untuk menyatakan betapa mereka sangat kehilangan sosok Revan."Ra..." Bella mengusap bahu Gara untuk menenangkan begitu mereka sudah berada di dalam mobil.Grep!Gara menarik Bella ke dalam pelukannya. Sekarang ia merasa berhutang janji pada Revan untuk menjaga Bella."Yang tabah Ra. Kak Revan pasti nggak mau lihat kita kayak gini.""Bel, aku akan mempertaruhkan apapun untuk menjagamu. Aku tidak mau lagi kehilangan orang-orang yang aku sayangi dalam hidupku."Bella tahu jika Gara terlalu emosional. Kehilangan Revan pasti membuatnya sadar jika sesuatu baru terasa berarti keberadaannya saat ia sudah pergi."Kau tahu aku lebih hebat darimu. Jadi jangan khawatir Ra.""Aku
Read more
Bab 45
"Raa!" Panggil Sabia.Gara menoleh. Ia berhenti di tangga. Sabia buru-buru berlari mengejarnya dengan wajah ceria.Grep!Sabia menggandeng lengan Gara tapi Gara buru-buru melepaskannya."Ra, kita sore ini latihan untuk peragaan busana ya."Gara sengaja menciptakan jarak agak jauh dari Sabia."Aku nggak bisa Bi. Aku harus ke rumah Revan." Gara beralasan."Revan lagi? Kan dia udah dimakamkan juga ngapain sih repot-repot kesana?"Gara melotot."Kamu nggak ada sedih-sedihnya Revan meninggal?" Tanya Gara."Ya kenapa harus sedih sih? Kan momen itu udah lewat. Harusnya kamu pun udah nggak sedih lagi Ra. Kamu tau nggak justru sekarang tu waktunya kita seneng. Akhirnya penghalang kita untuk bersatu telah hilang.""Bi...""Ya Ra?" Sabia tersenyum senang karena dipanggil Gara."Kamu waras nggak sih sebenarnya?" Kata Gara dengan nada tajam. Setelahnya laki-laki itu pergi meninggalkan Sabia yang syok dengan ucapan Gara."Ra, sekarang apa lagi sih alasanmu?" Sabia mengejar Gara."Revan udah nggak a
Read more
Bab 46
"Robek lagi bibirmu Ra?" Tanya Bella yang memperhatikan wajah suaminya."Besok-besok aku bakal bilang ke Pak Freddy deh biar nggak terlalu kasar kalau ngelatih kamu."Gara menggeleng."Nggak apa-apa. Kalau Pak Freddy serius aku kan jadi lebih sungguh-sungguh latihannya. Berasa memang menghadapi musuh yang nyata." Gara melepaskan kaos yang dikenakan kemudian menuju laudry room sambil membawa keranjang berisi pakaian kotor yang menggunung."Mau kemana Ra?" Tanya Bella heran."Cuci baju," jawab Gara singkat.Memang semenjak Bibi Ina mudik tak ada yang mencuci baju. Para pekerja pengurus rumah hanya bersih-bersih saat pagi. Dan mereka di larang oleh Gara untuk masuk ke kamarnya. Pasalnya Gara memang tidak suka kamarnya dimasuki orang lain. Sebab itu Gara selalu mengambil alih pekerjaan beres-beres kamar. Bahkan tanpa Bella ketahui sejak Gara menikah dan tinggal di rumah ini ia selalu mencuci pakaiannya sendiri tanpa mau dicucikan Bibi Ina.Bella menyusul Gara."Kenapa nggak di bawa ke lau
Read more
Bab 47
Hari peringatan ulang tahun berdirinya sekolah SMA Swasta di gelar hari ini. Aula sekolah sudah di sulam dengan pernak-pernik dekorasi yang megah."Ra, serius kamu nggak mau ikut lomba. Padahal hari itu kamu menyanggupi." Sabia masih mengejar Gara."Aku nggak bisa Bi. Soalnya nggak pernah latihan."Hilang sudah harapan Sabia untuk tampil bersama Gara. Padahal ia sudah membayangkan berjalan anggun sembari digandeng Gara. Mengapa semua hal yang dulunya mulus sekarang malah rusak berantakan."Ya, kamunya sih kenapa setiap diajak latihan ngilang dengan seribu alasan." Sabia terlihat sebal."Aku punya kesibukan lain." Gara beralasan."Kesibukan apa yang terus-terusan bikin wajah kamu bonyok?" Selidik Sabia. Gadis itu memang gadis yang berbahaya. Pertanyaannya kerap membuat orang gelagapan."Udah lah Bi, itu bukan urusan kamu. Jangan kepo jadi cewek," tukas Gara."Kok kamu jadi jahat gini sih Ra?""Kamu yang duluan jahat sama aku.""Kenapa diungkit lagi? Kan udah berlalu juga. Aku juga udah
Read more
Bab 48
"Apa ada yang terluka?" Tanya Gara.Bella menggeleng. Bagaimana mungkin ia terluka jika Edo benar-benar mengorbankan tubuhnya demi melindungi Bella."Kita ke UKS yok Ra. Tengokin Kak Edo. Aku nggak enak. Dia terluka gara-gara melindungi aku."Mau tak mau Gara mengangguk. Andai saat kejadian ia bisa tukar posisi dengan Edo pasti sekarang yang dikhawatirkan Bella adalah Gara, bukan Edo."Ya, ayo kita ke UKS," ujar Gara kemudian.Mereka berjalan bersama menuju UKS. Di dalam UKS ternyata penuh sesak. Dokter yang berjaga dibuat sibuk menangani luka-luka dari korban yang tertimpa ambruknya background. Terutama para penari yang saat kejadian berlangsung sedang tepat berada di atas panggung."Belum ditangani Do?" Tanya Gara."Nunggu antrian. Banyak juga yang terluka.""Ke rumah sakit aja yok Kak Edo."Edo tersenyum."Aku mah hayok aja kalau Bella yang ngajak.""Bangsat Edo! Tadi aku yang ngajak nggak mau. Giliran Bella yang ngajak langsung diiyakan."Edo hanya cengar-cengir. Merasa menang dar
Read more
Bab 49
"Kita nggak malam mingguan?" Tanya Bella yang sedang duduk di atas ranjangnya sambil memeluk si Putih."Kamu mau kemana?" Tanya Gara."Nggak tau. Kemana aja sih yang penting sama kamu."Gara melihat istrinya hanya mengenakan croptop memamerkan perutnya yang rata dan hotpants yang begitu pendek."Ganti pakaian yang bener. Aku nggak mau kamu keluar dengan pakaian itu.""Yyeeeyyyy! Oke suamiku sayang. Aku ganti pakaian dulu."Cup!Bella mengecup pipi Gara sambil menyerahkan si Putih."Dasar cewek, kalau keinginannya dituruti baiknya dah kayak ibu peri. Ya, nggak Putih?"Kucing itu hanya mengeong sekilas, seolah mengiyakan ucapan Gara.Tak berapa lama Bella muncul dengan stelan rok selutut berwarna putih dipadukan baju berwarna biru laut. Bibirnya dipoles gincu warna cerah, kontras sekali dengan warna kulit Bella yang putih. Untuk mempermanis penampilannya gadis itu juga menata rambut dengan gaya ikal panjang yang dibiarkan tergerai."Gimana Ra?" Tanya Bella meminta pendapat suaminya.Gar
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status