All Chapters of Mahar Sepuluh Ribu : Chapter 11 - Chapter 20
114 Chapters
11. Permintaan Maaf Rayyan
Bertiga menolah ke arah pintu di mana seorang laki-laki tinggi berdiri menatap mereka. Bu Sekar dan Ajeng saling melepaskan pelukan mereka dan saling menatap satu sama lainnya."A – Aini," lirih Ajeng, terbata. Menuntut kejelasan pada Aini, tidak mungkin pemilik toko dan perusahaan bersedia datang ke rumahnya yang sederhana bahkan di bilang kumuh oleh keluarga Dimas.Aini menggeleng bukti jika dirinya pun tak tahu soal bos mereka yang tiba-tiba sudah di rumah Ajeng."Nak siapa, dia? Kenapa mengaku sebagai bos kalian? Apa kalian mengenalnya?" tanya Bu Sekar. Di lihatnya dua wanita muda yang mengangguk bersamaan.Bu Sekar tersenyum itu artinya pria yang berdiri di ambang pintu adalah orang yang baik dan tidak menyebar fitnah di kemudian hari. Namun, sesaat bibirnya kembali murung jika benar pria itu bos mereka itu artinya yang di katakan besannya itu benar. Apa mungkin putrinya berhubungan dengan bosnya?"Astaghfirullahaladzim," gumam Bu Sekar."Assalamualaikum, Bu, maaf sudah lancang
Read more
12. Wulan Marah
"Wulan ada apa, nak? Apanya yang kotor?" Bu Ida, menghampiri Wulan yang berdiri di atas kursi."I – itu, kenapa kotor? Ada kecoa lagi, jorok banget sih! Apa nggak ada yang niat bersihin?" Wulan menunjuk kecoa di bawah meja, berapa plastik bekas makanan berserakan di lantai dan meja. Kompor yang berminyak, piring kotor dimana-mana. "Oh, itu gampang. Biar Dimas buang ya," Bu Ida menepuk lengan Dimas, menyuruhnya mengambil sapu untuk membuang kecoa."Jangan! Kenapa harus nyuruh mas Dimas? Kan ada ibu sama mbak Tisna, Tyas juga ada. Untuk apa nyuruh mas Dimas? Bisa 'kan kalian yang buang?" sergah Wulan. Sapu yang ada tangan Dimas, diambil dan di berikan pada Bu Ida yang hanya diam terpaku. Sudah lama ia tidak memegang sapu sejak Ajeng tinggal di rumahnya. Jangankan untuk mengerjakan hal berat. Sekedar mengambil minum, itu pun Bu Ida selalu meminta Ajeng menyiapkan di kamar."A– apa harus, ibu?" gumam Bu Ida, bingung harus bagaimana cara membuang kecoa yang ada di bawah kaki Wulan. Dima
Read more
13. Tugas Istri
"Oke, aku setuju. Tapi ingat kamar dia nggak boleh di atas. Tapi, di bawah lebih tepatnya di samping dapur. Kita bongkar gudang itu untuk jadi kamarnya Ajeng. Jangan ada yang dekat sama dia selama di sini!" ujar Wulan, mengiyakan ucapan Tyas dengan nada mengancam."Itu hal yang gampang. Tapi, bagaimana caranya membawa Ajeng kembali ke rumah?" kali ini Tyas mengangkat bahunya menyerah untuk memikirkan cara agar bisa membawa Ajeng ke rumah mereka lagi.Berbeda dengan ibu, istri dan saudaranya Dimas terdiam tanpa menimpali ucapan mereka enggan untuk berkomentar baginya diam yang terbaik. Memikirkan bagaimana perasaan Ajeng jika harus di jemput kembali ke tempat yang tidak seharusnya, karena ia telah menjatuhkan talak dan membiarkan Ajeng kembali atau tetap tinggal. Justru keluarganya yang mengusir Ajeng termasuk dirinya. Semua yang di lakukan Ajeng sudah ditolak olehnya, terlebih sosok pria yang berada di samping Ajeng meski tidak melihat wajahnya namun hal itu membuat Dimas cemburu."D
Read more
14. Tugas Istri 2
"Siapa Bu?" Ajeng menghampirinya Bu Sekar. Yang makan berdiri di depan pintu.Reaksi yang sama saat melihat seseorang yang berdiri di sana. Wajahnya mencelos pria yang menancapkan ribuan belati di hatinya kini berdiri tanpa bersalah."Apa kabar, Jeng? Boleh mas, masuk?" Masuk? Bukankah ibunya sudah mengizinkannya untuk masuk? Ajeng hanya mengangguk. Gegas pergi ke dapur membuatkan teh hangat untuk pria yang masih berstatus suaminya secara hukum."Untuk apa kamu datang ke sini? Belum puas kamu sakiti hati Ajeng? Kamu lupa janji kamu sama ibu?" ucap Bu Sekar, lirih. Sangat lirih sehingga terdengar hanya di telinga Dimas.Bu Sekar tidak lupa apa yang pernah di ucapkan Dimas padanya, sebagai bentuk rasa terima kasihnya yang sudah memberikan restu. Namun, semua hilang begitu saja seiring Ajeng yang di bawanya pulang ke rumah.Janji yang di ucapkan di depan Bu Sekar tanpa sepengetahuan oleh siapapun. Termasuk Ajeng."Bu, aku ingat dan tujuan aku ke sini ingin meminta maaf pada ibu dan juga
Read more
15. Tawaran
"Kamu gimana sih mas, cuma bawa wanita itu aja kamu nggak bisa!" seru Wulan. Dua jam Dimas diam tanpa memberikan alasan yang kuat mengenai Ajeng tak bisa di bawa pulang. Terbayang kotor dan baunya rumah mertuanya setelah berapa hari sampah, piring kotor dan kain lap yang basah tanpa ada yang berniat untuk di cuci atau di jemur."Mas, kamu diam sih? Jawab dong!" sentak Wulan. Kesal Dimas bungkam sejak kepulangannya dari kantor."Kamu bisa diam sebentar, sayang? Aku lelah, pulang kerja aku pikir ada makanan tapi ini, segelas air saja aku tidak menemukan di atas meja. Pekerjaan ringan itu kamu juga tidak bisa?" ucap Dimas, tak kalah kesal melihat sikap Wulan yang semakin menjadi."Aku bukan pembantu kamu, mas. Kalau haus kamu bisa ambil sendiri, bisa 'kan? Ada Tyas, mbak Tisna sama ibu. Mereka pengangguran beda sama aku yang pagi ke butik pulang malam! Aku pikir nikah sama kamu hidupku lebih berwarna lebih enak tanpa pusing sama urusan rumah tapi, apa? Bahkan di rumahku, aku lebih menik
Read more
16. Tawaran 2
Pria itu seketika melepaskan tangannya mendongak mendapat dorongan keras dari wanita di depannya. Wanita yang hancur karena ulahnya yang menyudutkan posisinya agar bisa melindunginya dari amarah sang kakak kala itu."Mbak, izinkan aku menceritakan semuanya. Aku benar-benar menyesal, aku tidak bisa hidup dengan tenang setelah hari itu," ucapnya penuh sesal.Bu Sekar mendudukkan tubuhnya di kursi teras, rumah sederhana penuh dengan kenangan bersama Ajeng kecil kini terusik dengan kehadiran orang di sama lalunya. Adik dari mendiang suaminya tengah bersimpuh di kakinya.Ingatan masa lalu berkelebatan di benaknya tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja. Seandainya Bu Sekar tegas kejadian itu tak terulang dan putrinya tidak perlu di perlakukan tak adil oleh suami dan keluarga."Aku tahu kesalahan aku tidak bisa di maafkan sama mbak Sekar tapi, aku mohon dengarkan penjelasan dariku mbak. Setalah ini aku janji tidak akan mengusik kalian lagi," ucapnya sungguh-sungguh.Bu Sekar menghapus
Read more
17. Tuntutan Perceraian
"Ck! Anda begitu pandai membolak-balikkan keadaan. Anak anda yang berselingkuh dan anda pula yang merestui pernikahan mereka, menjadikan sahabat saya pembantu di rumah anda tanpa di bayar. Ibu, ibu! Lihat foto di sana, itu adalah foto kami di sini. Disana pula ada sahabat saya, lihat perubahan dulu dan sekarang!" seru Aini, seketika membuat kegaduhan. Mereka saling berebut ingin melihat wajah Ajeng, tak lama terdengar umpatan pada Bu Ida yang terpaku melihat bagaimana wajah Ajeng yang cantik tanpa polesan di antara mereka hanya Ajeng yang menutup kepalanya dengan kerudung."I– itu bohong! Bisa aja kan itu editan jaman sekarang 'kan canggih mantu saya itu —" ucapan Bu Ida terhenti seseorang datang entah dari mana dengan suara lembut."Tidak ada editan di foto itu. Bahkan saya ada di sana bersama mereka, lihat bagaimana Ajeng yang begitu cantik dan segar, di bandingkan dengan sekarang. Bagaikan langit dan bumi bukan?" ujar Bu Widya pemilik toko tempat Ajeng bekerja."Ibu jangan bohong
Read more
18. Menerima
Bu Sekar yang sejak tadi melamun terkejut dengan guncangan tubuhnya. Keterkejutannya menjadi ketika wajah mereka saling beradu."Bu–" lirih Ajeng.Bu Sekar berusaha untuk tersenyum meski senyum itu jelas terlihat berbeda. Ajeng sendiri tidak tahu harus mengatakan bagaimana pada putrinya untuk memulai kisah yang lama ia sembunyikan bagaimana perasaan putrinya setelah mengetahui kenyataan yang ada lalu bagaimana mereka bisa menjalani kehidupan mereka yang baru nanti."A– Ajeng, kamu sudah pulang? Kenapa kamu tidak mengucapkan salam?" tanya Bu Sekar."Bu, dari tadi aku sudah salam. Nyari ibu kesana kemari tapi ibu tidak ada, taunya ibu ada di sini. Boleh aku tahu apa yang ibu pikirkan? Sampai aku panggil ibu tidak jawab?" Bu Sekar gelagapan perkataan Ajeng membuatnya sulit untuk bernapas. Sesak menghimpit hatinya. "Nak, kita bicara di dalam. Ada hal yang ingin ibu katakan padamu," Bu Sekar menarik tangan Ajeng menjauh dari tanaman yang subur.Di sinilah mereka berdua, gazebo kecil yang
Read more
19. Ancaman Bu Ida
Ajeng mengikuti arah pandang Bu Widya alangkah terkejutnya Ajeng melihat dua pria berjalan ke arah mereka. Siapa lagi kalau bukan pria yang menjadi gosip untuknya hingga terjatuhnya kata talak dan pengusiran dirinya dari rumah suaminya."Kalian sudah datang? Tepat waktu," sambut Bu Widya, saat kedua pemuda itu telah sampai di depannya."Ajeng, kenalkan Ridwan. Dia pengacara yang saya pilih untuk membantu kamu merebutkan hak kamu," ucap Bu Widya. Memperkenalkan seorang pria muda yang berdiri di depannya mengulurkan tangannya."Maaf," lirih Ajeng, tak enak hati meski begitu Ajeng tetap mempertahankan apa yang seharusnya di lakukan seorang muslim. Itu yang di ajarkan agamanya. Ajeng menangkupkan ke-dua tangannya di depan dadanya."Tidak apa-apa, saya yang minta maaf," ujar Ridwan. Rayyan yang tak lain adalah putra dari Bu Widya hanya tersenyum melihat salah tingkah sahabatnya. Satu kata dalam hati untuk Ajeng, kagum. Atas apa yang di lakukan Ajeng, meski kini berstatus tanpa suami sebab
Read more
20. Ancaman Bu Ida 2
[Kamu sudah dengar? Itu hanya peringatan untuk kamu dan ibumu. Ingat, jangan macam-macam. Atau kamu akan mengalaminya.] Ajeng, mengusap dadanya yang tiba-tiba sulit untuk bernapas. Pesan kedua yang di kirim dari nomer ibu mertuanya."Ajeng!" suara ibunya menarik perhatian Ajeng yang terfokus dengan pesan yang diterima. "Bu, ibu tidak apa-apa?" tanya Ajeng, shock melihat bangkai yang di dalam dus. Bukan hanya itu saja batu berukuran sedang tergeletak di lantai dan kaca pecah berserakan tak jauh dari dus."Astaghfirullahaladzim," Ajeng tidak kalah terkejut dengan keadaan di depannya. Dus terletak di teras tidak jauh dari batu terdapat boneka di dalamnya dengan berlumuran darah pemandangan yang sangat mengerikan. Walau ia tahu bahwa darah itu adalah dari tikus. Bau penyengat membuat keduanya berlari keluar sehingga menarik perhatian para tetangga yang kebetulan keluar mendengar teriakan Bu Sekar dan Ajeng."Bu Sekar, Ajeng. Kalian kenapa berteriak?" tanya Bu Emma yang secepat kilat ber
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status